Beberapa hari setelah penguburan Eko, ada polisi datang ke rumah Podin. Polisi itu menyampaikan kalau ada orang yang menemukan kepala manusia. Tetapi tentunya, karena sudah beberapa hari lamanya, wujud kepala manusia itu sudah rusak. Mungkin saja dimakan semut dan lalat. Namun demikian, pihak kepolisian menganggap bahwa kepala manusia itu dimungkinkan adalah kepala dari jenazah Eko, anaknya Podin yang terlindas truk dan tidak diketemukan kepalanya saat dicari di tempat kejadian. Karena diyakini bahwa kepala yang ditemukan oleh masyarakat itu adalah kepalanya Eko, maka polisi langsung menghubungi keluarganya, tentu akan menyerahkan kepala itu, dan paling tidak akan dikuburkan pada tempat yang sama dengan tubuh Eko yang sudah terkubur lebih dulu.
Podin akhirnya menghendaki untuk membongkar kembali kuburan anaknya, untuk memasukkan kepala yang sudah ditemukan itu ke dalam peti, menjadi satu dalam kuburan bersama tubuhnya Eko yang sudah dimakamkan seminggu yang lalu. Tentu ia meminta persetujuan kepada pihak kepolisian yang menangani kasus kecelakaan yang menimpa anaknya itu. Tentunya kepolisian menyetujui permintaan Podin tersebut, karena hal ini terkait dengan masalah hak dari keluarga Podin. Demikian juga kepada pihak pengembang perumahan yang tentu menjizinkan kuburan itu dibongkar kembali untuk memasukkan bagian tubuh, yaitu kepala yang tercecer belum terkuburkan.
"Maaf, Pak Podin .... Kedatangan kami di sini ingin menyampaikan, bahwa ada salah seorang warga dari masyarakat yang sebenarnya ada yang menemukan bagian kepala yang berada di area perbukitan, yang diyakini ini adalah kepala milik anak bapak yang mengalami korban kecelakaan. Terus terang kami sudah berusaha untuk mencermati, tetapi karena kepala ini sudah rusak, maka tentunya sudah sangat sulit untuk dikenali. Tetapi melihat cirinya, ini memang kepala anak-anak berusia sekitar sembilan hingga sepuluh tahun. Kami yakin kepala ini adalah bagian dari tubuh milik Eko. Karena memang hanya kepala saja yang ditemukan, tanpa ada tubuh yang lain. Berarti bisa disimpulkan kepala ini merupakan bagian dari tubuh anak bapak yang mengalami kecelakaan tempo hari. Saat ini barangnya sudah ada di rumah sakit dan sudah dibungkus kafan. Nah, ini kami bermaksud untuk menyerahkan kepala itu kepada Pak Podin, apakah akan dikuburkan bersama dengan tubuh Eko yang sudah dikubur lebih dulu, ataukah ini akan dikubur secara tersendiri, ataukah diserahkan kepada pihak yang berwajib untuk diperiksa lebih lanjut?' kata polisi itu yang menjelaskan kepada podin.
"Iya, Pak Polisi .... Kalau memang itu kepalanya Eko, saya setuju, Pak .... Saya berkeinginan bagian dari tubuh dari anak saya itu disatukan dengan tubuhnya, agar tubuhnya tidak mencari-cari seperti yang dikatakan oleh orang-orang, yang katanya ada hantu tubuh tanpa kepala yang mencari-cari kepalanya. Dan semoga kalau kepala itu sudah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka kepala itu pun akan menjadi tenang, kembali bersama menjadi satu dengan tubuhnya. Sehingga tidak akan menakut-nakuti orang lagi." begitu jawab Podin yang tentu akan menerima ketika apa yang disampaikan oleh pihak kepolisian, untuk menyerahkan kepala anaknya dan tentunya akan dikuburkan kembali di dalam kubur yang sudah memendam peti mati yang memuat tubuh Eko itu.
"Baiklah, Pak Podin .... Kalau begitu, kapan kita akan melaksanakan pembongkaran kubur anak bapak dan kembali memasukkan kepala itu ke dalam peti yang sudah ada di liang lahat?" tanya polisi itu kepada Podin.
"Ya, tentu saya ingin dilaksanakan secepatnya, Pak .... Kalaupun memang hari ini harus segera dilakukan, kami siap .... Jadi, nanti kami akan meminta kepada pihak pemakaman untuk kembali membongkar kuburan anak kami ...." jawab Podin yang tentu dia akan senang menyaksikan tubuh anaknya lengkap dengan kepalanya.
Pagi itu, di pemakaman, ada beberapa polisi dan juga warga yang ingin menyaksikan, serta para petugas penggali kubur yang dipekerjakan oleh pihak pengembang perumahan. Pagi itu mereka kembali membongkar kuburan anaknya Podin, tempat pemakaman Eko. Ya, kuburan itu dibongkar kembali, karena akan memasukkan kembali bagian dari tubuh Eko yang belum terkubur, karena waktu itu tidak ketemu, yaitu bagian kepalanya.
Beberapa orang pekerja penggali kuburan itu dengan cepat langsung menancapkan cangkulnya, kembali mengangkat timbunan tanah yang masih empuk. Sehingga dalam waktu singkat, kuburan itu pun sudah terbongkar kembali, dan terlihat peti mati yang ada di dalam lubang kubur itu. Kemudian secara perlahan, beberapa orang penggali kubur itu membersihkan tanah yang ada di atas peti mati tersebut. Kemudian mereka membuka tutup peti mati itu, karena nantinya akan memasukkan kepala ke dalam peti mati itu.
Saat para penggali kubur itu membuka tutup peti, semua mata fokus melihat peti itu. Terutama Isti dan Podin, yang tentu sangat tegang dalam menyaksikannya. Mereka ingin tahu, seperti apa kondisi mayat yang sudah terkubur itu saat dibongkar lagi.
Namun, alangkah kagetnya para penggali kubur yang sudah membuka peti mati itu, dan tentunya juga orang-orang yang ikut menyaksikan pembongkaran kuburan Eko tersebut, yang mengelilingi liang kubur yang baru saja dibongkar. Karena ternyata setelah peti mati itu dibuka, mayat dari tubuh Eko yang sudah terkubur selama satu minggu, ternyata hilang. Tubuh Eko yang sudah dikubur di dalam peti itu dan ditutup dengan tanah, ternyata sudah tidak ada di dalam peti itu lagi.
"Waduh ..., bagaimana ini ...?! Kok bisa seperti ini ...?!" para penggali kubur yang mebuka peti mati itu kaget dan bingung saat menyaksikan peti yang dibuka itu ternyata kosong.
"Hah ...?!"
"Kenapa ...?!"
"Ada apa ...?!"
"Petinya kosong ...!!"
"Hah ...?! Yang benar ...?!
"Ya ...!! Peti mati itu kosong ...!! Mayatnya tidak ada ...!!"
"Coba lihat ...!! Ini ..., peti matinya sudah tidak ada mayatnya ...!! Mayat yang ada di dalam peti mati itu sudah hilang ...!!" begitu teriak orang-orang penggali kubur yang berada di dalam liang lahat itu, yang sudah membuka peti mati yang digunakan untuk menguburkan Eko, peti mati itu benar-benar kosong. Peti mati itu benar-benar tidak ada isinya. Dan peti mati itu benar-benar mayatnya sudah tidak ada lagi.
Tentu Isti dan Podin kaget. Sontak Isti langsung pingsan, karena tidak kuat melihat peti mati anaknya yang sudah kosong, tidak ada tubuh anaknya. Ya, peti mati itu sudah tidak ada apa-apanya lagi. Maka begitu tahu mayat anaknya sudah tidak ada lagi, tanpa terasa kepala dan mata Isti langsung berkunang-kunang, dan sebentar kemudian Isti pun pingsan.
Demikian juga Podin. Dia sok, kaget, terkejut. Sungguh di luar dugaannya, bagaimana bisa terjadi sebuah mayat yang sudah dikubur di dalam kuburan seperti dan sudah ditimbun dengan tanah, bahkan bagian atasnya sudah di plester dengan pasir dan semen, tetapi kenyataannya bahwa peti yang ada di dalam tanah pekuburan yang sudah ditimbun seperti itu, ternyata mayatnya sudah hilang. Tidak ada sama sekali, hilang tanpa bekas.
"Kok bisa seperti ini ya ...?" orang-orang yang ikut menyaksikan pun bertanya-tanya.
"Iya ..., ya .... Apa yang terjadi? Kok aneh begini ...? Ini benar-benar tidak masuk akal ...." sahut yang lain,
"Waduh ....?! Siapa yang mencuri mayatnya ....?"
"Ini tidak mungkin .... Kalau ada yang mencuri, untuk apa ...?"
"Kuburannya masih utuh .... Kalau dicuri kan harus digali dahulu .... Tapi tadi tidak ada tanda-tanda pencurian ...?!"
"Lha, iya .... Kuburannya masih utuh, kok .... Apa mungkin dulu mayatnya tidak dimasukkan ke dalam peti ...?!" orang-orang pun mulai meragukan peti yang dikuburkan dulu.
"Lah ..., itu kan dari rumah sakit .... Apa benar rumah sakit yang keliru mengirimkan peti mati ...?! Jangan-jangan petinya tertukar dengan peti kosong ...." orang-orang yang ada di situ bingung dengan fakta yang memperlihatkan kalau peti yang dikubur itu memang kosong tidak ada apa-apanya.
Mereka saling bertanya dan tentu mempunyai argumentasi masing-masing. Mereka pun pastinya punya argumen sendiri-sendiri tetapi fakta yang ada di lapangan peti mati yang digunakan untuk menguburkan Eko itu sudah tidak ada isinya lagi.
"Terus ..., ini bagaimana, Pak ...? Kita mau apakan ini ...?" tanya para penggali kubur itu.
"Sudah .... Itu kepalanya yang sudah dibungkus kain mori, dimasukkan saja ke dalam peti .... Lantas kita kubur lagi." kata orang-orang yang ikut membantu membongkar kuburan itu.
Tentunya, orang-orang yang menyaksikan sangat heran dengan kejadian itu. Mestinya mereka tidak setuju kalau kepala itu dimasukkan dalam peti mati dan dikubur lagi. Karana menurut mereka, seandainya nanti memang tubuhnya ketemu, pasti akan dibongkar lagi dan menguburkannya lagi. Itu artinya akan dua kali kerja. Pasti repot dan menyusahkan.
Namun akhirnya, kepala yang sudah ditemukan itu, dengan pertimbangan kalau kepala itu sudah rusak, maka kepala yang sudah dibungkus dengan kain kafan itu pun akhirnya dimasukkan ke dalam peti mati, dan selanjutnya peti mati itu pun ditutup kembali tanpa ada tubuhnya. Peti itu dikembalikan ke liang lahat. Jika dulu yang dikuburkan hanya tubuhnya saja, tetapi sekarang yang dikuburkan hanya kepalanya saja. Sungguh tragis, miris, menakutkan, dan tentu membuat orang bertanya-tanya tentang kejadian ini. Ada apa gerangan dengan mayat Eko yang sudah dikuburkan tetapi bisa hilang begitu saja? Ya, akhirnya para penggali kubur itu pun kembali menguburkan peti mati itu. Mereka memasukkan kembali peti mati yang sudah terisi kepala. Kemudian menutup kembali peti tersebut dan kembali menguruk dengan tanah.
Peristiwa yang terjadi di pekuburan siang itu. spontan menjadi bahan pembicaraan banyak orang. Bahkan berita tentang hilangnya mayat di dalam peti mati itu menjadi buah bibir hampir di setiap orang. Terutama ketika berita itu sampai di kampung sekitar sekolahan tempat Eko belajar. Pasti orang-orang yang ada di kampung itu membenarkan, bahwa hantu yang berkeliaran tanpa kepala itu, hantu yang sering menemui orang di depan sekolahan, memang benar-benar mayat dari anak sekolah yang tertabrak truk itu dan hilang kepalanya. Hantu itu merupakan mayat yang keluar dari kuburnya, yang sedang mencari kepalanya. Karena kenyataannya, ketika peti mati itu dibuka, dan ternyata memang di dalamnya tidak ada tubuh mayat yang dikuburkan, itu berarti mayat yang ada di dalam peti mati itu keluar dari dalam kubur. Tentu masyarakat semakin yakin, jika Eko, anak sekolah yang tertabrak truk itu menjadi hantu penasaran, menjadi hantu tanpa kepala yang keluyuran mencari kepalanya.
Orang-orang yang tinggal di sekitar sekolahan tentu semakin ketakutan. Bagi orang tua yang juga meyakini hantu tanpa kepala itu semakin tegas melarang anak-anaknya untuk keluar malam. Karena hantu itu memang terbukti ada. Tentunya orang tua-orang tua pada ketakutan jika anaknya sampai nanti ditemui oleh hantu tanpa kepala tadi, kemudian diambil kepalanya untuk dijadikan ganti.
Pihak Kepolisian yang menjadi sorotan dari masyarakat, kini menjadi sasaran pertanyaan bagi keluarga Podin. Terutama adalah bagaimana proses waktu pemasukan jenazah anaknya ke dalam peti mati? Kenyataannya, ternyata peti mati itu kosong. Podin menuduh kalau di rumah sakit sudah terjadi keteledoran. Di rumah sakit ada kesengajaan untuk tidak memasukkan jenazah anaknya itu ke dalam peti mati. Dan dari pihak rumah sakit, yang dikirim ke rumahnya Podin saat itu hanyalah peti kosong.
"Pantas waktu itu akan kami buka, tetapi tidak diperbolehkan ...? Berarti ini memang sudah disengaja, Pak ..." kata Podin kepada petugas kepolisian. Memang waktu itu, saat ambulan datang mengantarkan jenazah Eko, tidak diturunkan, tetapi langsung diberangkatkan ke pemakaman, dengan alasan jenazah sudah mulai membusuk.
"Akan kami selidiki, Pak Podin ...." kata petugas kepolisian itu.
"Saya yakin, wakyu itu yang dikirim oleh ambulan hanyalah peti kosong, Pak Polisi .... Sekarang saya ingin tanya, saya ingin meminta pertanggungjawaban dari pihak kepolisian, dan juga kepada pihak rumah sakit. Bagaimana ini bisa terjadi pada anak saya yang sudah mengalami kecelakaan? Anak saya yang mengalami kehancuran tubuhnya? Ternyata oleh pihak rumah sakit maupun pihak kepolisian tidak memasukkan tubuh anak saya itu ke dalam peti mati. Lantas, dikemanakan tubuh anak saya?" Podin pun menjadi jengkel dengan kejadian itu.
"Sabar, Pak Podin .... Kami akan melakukan penyelidikan ...." lagi-lagi, polisi itu hanya meminta agar Podin sabar.
"Sabar bagaimana, Pak ...?! Buktinya hari ini kita melihat semuanya. Semua orang yang ada di pekuburan itu tahu kalau ternyata peti mati yang dikirimkan ke rumah saya, peti mati yang kemudian dikuburkan di pemakaman, hanyalah peti kosong .... Sekarang saya tanya, Pak Polisi ..., tolong katakan, di mana tubuh anak saya? Untuk apa tubuh anak saya dicuri?" kata Podin yang tentu berapi-api marah kepada polisi yang saat itu berada di tempat pemakaman untuk menyaksikan pembongkaran kembali kuburan anaknya Podin.
"Mohon maaf, Pak Podin .... terus terang kami tidak tahu waktu itu ..., dan kami memang keliru. Saya mengakui kami tidak mengecek lebih dulu apa yang sudah dilakukan oleh pihak rumah sakit. Sebagai pertanggungjawaban kami, maka saya akan menyampaikan permasalahan ini kepada pihak rumah sakit dan saya ingin minta pertanggungjawaban itu secara moral maupun secara hukum." begitu jawab pihak kepolisian kepada Podin.
"Permasalahannya itu bukan hanya sekedar tanggung jawab, Pak Polisi .... Tetapi Ini masalah harga diri. Ini masalah krusial, masalah penting yang menyangkut harkat dan martabat dari keluarga saya, Pak Polisi .... Oleh sebab itu, pokoknya saya meminta pertanggungjawaban. harus ditemukan kembali, di mana tubuh anak saya itu berada." begitu kata Podin yang tentu sangat terpukul dengan kejadian itu. Bahkan dia menuntut kepada pihak kepolisian agar tubuh anaknya bisa diketemukan kembali. Jika tidak, Podin akan menempuh jalur hukum.
"Pak Podin ..., percayalah kepada kami .... Saya akan menanyakan dan menuntut kepada pihak rumah sakit, agar bertanggung jawab penuh atas tragedi ini. Dan saya mohon dukungan dari Pak Podin untuk bisa mengurus masalah ini sampai tuntas. Yakinlah kepada kami, Pak Podin ...." begitu kata polisi yang memberi jawaban meyakinkan kepada Podin.
Akhirnya, saat itu juga pihak kepolisian pun melakukan investigasi, melakukan penyelidikan kepada pihak rumah sakit yang sudah dipercaya untuk mengurus jenazah Eko, anaknya Pak Podin tersebut. Dan ini, ketika hal itu terjadi, maka akan menambah tugas berat dan tantangan tersendiri bagi kepolisian maupun rumah sakit yang sudah melakukan keteledoran. Dan pastinya, rumah sakit sekarang menjadi bingung, karena kehilangan tubuh dari orang yang mengalami kecelakaan dan tidak masuk di dalam peti. Bahkan ternyata peti yang dikirim ke rumah keluarga dan dikuburkan itu hanyalah peti kosong tanpa ada isinya.
Setelah pulang dari kuburan tentu Isti menjadi bingung. Isti sok. Isti stres. Ya, tentu karena masalah yang dialaminya kini bertambah lagi. Ternyata setelah ditemukannya kepala anaknya itu tidak menyelesaikan masalah, tetapi justru menambah masalah baru karena sekarang justru tubuhnya yang hilang. Pasti gunjungan dari para tetangganya, omongan dari orang-orang di warung, dan berita-berita yang mengarah kepada anaknya akan kembali mencuat, akan kembali heboh, dan akan kembali memerahkan serta membakar telinga Isti.
"Pak ...,anak kita itu bagaimana nasibnya, Pak .... Huhuhu .... huhuhu ...." begitu kata istri yang tentu menangis di hadapan Podin, bahkan tangannya sudah memukuli dada suaminya, saat mereka sampai di rumah.
"Sabar ..., Bu .... Biarkan polisi yang menangani masalah ini dulu .... Nanti kalau polisi sudah menemukan kembali dan meminta pertanggung jawaban kepada pihak rumah sakit, kita akan lakukan pembongkaran lagi agar anak kita tubuhnya utuh kembali ...." begitu kata Podin yang menenangkan istrinya.
"Sabar ..., sabar ..., sabar .... Sampai kapan sabarnya, Pak .... Ini orang-orang pasti sudah mulai menggunjing kita semua, Pak .... Ini pasti orang-orang sudah membicarakan tentang Eko lagi, Pak .... Huhuhuc ...." begitu kata Isti yang masih saja memukuli dada suaminya karena jengkelnya.
"Iya .... Kita tidak bisa gegabah, Bu .... Kita tidak bisa begitu saja keluar masuk untuk marah-marah kepada pihak rumah sakit .... Semua itu ada aturannya .... Kita jangan marah-marah kalau belum tahu kepastiannya. Biarlah pihak kepolisian yang menangani .... Nanti sebentar lagi pasti ada berita dari kepolisian." kata Podin yang menasehati istrinya agar sabar.
"Bapak itu gampang ngomong seperti itu .... Tapi saya ini, sebagai ibunya, saya tidak rela, Pak .... Saya ini wanita yang melahirkan anak itu, Pak .... Saya yang susah payah mengandung, saya yang kesakitan waktu melahirkan, tapi kok sekarang keadaan anak kita seperti itu, menderita ..., Pak .... Saya sedih. Saya tidak kuat, Pak ....! Hukhuhuhu ...." begitu kata Isti yang tentu sangat terpukul menyaksikan keadaan yang terjadi saat ini terhadap anaknya yang disayangi itu.
Podin diam. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Kenyataannya memang seperti itu, bahwa kuburan anaknya memang sudah kosong. Tubuh anaknya itu sudah tidak ada lagi di dalam peti mati yang sudah dikubur. Peti yang terkubur di pemakaman itu hanyalah peti kosong. Tidak ada isinya. Tidak ada mayatnya. Tetapi mau diapakan? Podin tidak mampu mencari alasan. Kalaupun dia protes, kepada siapa harus protes? Kenyataannya memang eperti itu. Tetapi tentunya Podin jengkel dengan pihak rumah sakit, jengkel dengan pihak kepolisian yang ternyata memang tidak becus di dalam bekerja.
Ya, kejadian aneh dialami oleh Podin kembali. Kini kuburan anaknya yang dibongkar itu, ternyata hanyalah kuburan kosong.
Lantas, di manakah sebenarnya tubuh Eko berada? Apakah ini memang kelalaian dari pihak rumah sakit? Atau ada yang mencuri mayat tubuh anak tersebut? Tetapi jika memang mayat itu dicuri, kenapa kuburannya tidak rusak? Bagaimana bisa mengambil mayat tanpa membongkar makam?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments