EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS

    Kehidupan keluarga Podin memang sudah berubah total. Tidak lagi seperti waktu tinggal di pojok desa dengan rumah gubug dengan kondisi yang serba memprihatinkan, tetapi kini gaya hidup keluarga Podin sudah berubah menjadi layaknya hidupnya orang kaya yang serba moderen. Kini mereka sering berfoya-foya seperti halnya para tetangga yang ada di perumahan itu. Podin mulai menghambur-hamburkan uang dengan membeli barang-barang mewah, membeli barang-barang yang dirasa bisa menyenangkan hatinya, membeli barang-barang yang dirasa bisa membahagiakan hidupnya. Demikian juga dengan istri dan anak-anaknya. Istri dan anak-anak Podin selalu dimanjakan dengan barang-barang yang mewah, selalu dimanjakan dengan barang-barang yang harganya mahal, bahkan apa saja yang diminta oleh anak dan istrinya selalu dibelikan oleh Podin. Kini keluarga Podin seperti halnya keluarga-keluarga yang ada di Perumahan Permata itu, mempunyai segalanya hal yang umum digunakan atau dipakai oleh para warga Perumahan tersebut. Podin sudah punya mobil, juga punya handphone. Anak-anaknya pun dibelikan handphone yang bagus-bagus, katanya agar tidak kalah dengan milik temannya. Istrinya, yang hanya bekerja di dapur, hanya masak, mencuci, nyeterika dan momong anaknya, juga dibelikan handphone yang bagus. Katanya gaya hidup modern, biar tidak kalah dengan para tetangganya yang kalau keluar sambil nenteng HP. Katanya untuk mempermudah melakukan komunikasi. Pokoknya, segala sesuatu yang dilihat dari tetangganya, langsung dibelinya. Tentu agar tidak kalah bersaing dengan para tetangga.

    Bahkan dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, Isti juga membelanjakan barang-barang kebutuhan pokok yang harganya mahal-mahal. Tidak seperti dulu. Membeli beras pasti memilih beras yang harganya mahal. Katanya lebih empuk, lebih enak, dan baunya wangi. Kalau beli sayuran, itu pun minta diantar suaminya ke supermarket. Sehingga harganya jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan yang dijual di pasar. Katanya kualitasnya beda, yang di supermarket lebih higienis. Bahkan menu makannya setiap hari, adalah makanan-makanan yang katanya penuh gizi, makanan-makanan yang penuh vitamin. makanan yang berprotein, yang enak-enak. Katanya untuk memberikan kekuatan kepada anak-anaknya agar anaknya tidak stanting.

    Namun, tanpa terasa, sedikit demi sedikit uang yang disimpan oleh Podin di dalam peti harta karun itu, lama-kelamaan semakin menipis, bahkan kini harus sudah habis. Sudah tidak ada uang yang tersisa yang ada di dalam peti harta karun itu. Tentu Podin bingung.

    "Bu ...! Sini, Bu ...!" teriak Podin di tengah malam, ketika istrinya akan beranjak tidur.

    "Ada apa toh, Pak ...? Malam-malam begini, orang-orang pada tidur, kok malah bengok-bengok manggil orang seperti itu." sahut istrinya yang sudah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, tentu sambil ngeloni anaknya yang paling kecil.

    "Ini loh, Bu .... Saya mau kasih tahu .... Uang kita yang ada di dalam peti harta karun itu ternyata sudah habis ...." kata Podin kepada istrinya.

    "Lah .... Terus, gimana Pak? Yang bener, Pak ...?" sahut istrinya yang tentu kaget.

    Lantas Isti bangkit dari tempat tidur. Ia tidak jadi memejamkan matanya. Ia kemudian turun mendekati ke suaminya yang bersila di depan lemari di pojok kamar, yang sudah menghadapi peti harta karun yang sudah kosong tersebut.

    "Ini lho, Bu .... Lihat .... Petinya sudah kosong, Bu .... Uangnya sudah habis ...." kata Podin sambil menunjukkan peti yang sudah dibuka itu kepada  istrinya yang membungkuk ikut mengamati isi peti tersebut.

    "Walah .... Lha terus kita gimana ini, Pak .... Kalau uangnya habis, nanti yang akan digunakan untuk membayar listrik apa? Yang akan dipakai untuk beli gas apa? Yang mau digunakan untuk mengisi pulsa HP itu nanti apa, Pak ...? Terus anak-anak bagaimana? Makannya gimana ...? berbagai pertanyaan langsung keluar dari mulut Isti, yang tentu kecewa ketika melihat peti harta karun yang ditunjukkan oleh suaminya itu sudah kosong, tanpa ada isi apapun, tanpa ada uang sepeser pun.

    "Lhah ..., ya itu, Bu .... Besok kita mau makan apa? Anak-anak kita mau dikasih sarapan apa? Terus anak-anak nanti bagaimana? Kasihan dengan mereka, Bu ..." kata Podin yang tentu sangat sangat merasa sedih karena keadaan keluarganya yang sudah terlanjur selalu enak, kini ia tidak punya uang sama sekali. Jangankan untuk membeli barang-barang, untuk beli beras saja tidak ada uang.

    "Terus kita bagaimana, Pak ...?" tentu istrinya yang kecewa itu secara spontan sebagai seorang wanita ia langsung menangis, karena besok pagi ia sudah tidak bisa berbelanja lagi. Pudin sudah tidak punya uang sama sekali. Ia pun langsung teringat saat hidup susah dulu, mau makan saja harus cari hutangan ke warung. Apa ini harus terulang lagi?

    "Bu ..., kalau misalnya gelang yang kamu pakai itu kita jual dulu bagaimana? Untuk tombak beli bahan makanan, Bu ...." kata Podin yang tentu mencari solusi bagaimana agar mereka tetap bisa makan.

    "Walah ..., ya jangan toh, Pak .... Eman-eman .... Sayang kalau dijual. Nanti tidak bisa beli lagi .... Terus terang, Pak ..., saya itu kan tidak pernah pakai gelang. Lhah, baru pakai gelang beberapa hari saja kok sudah mau dijual. Terus nanti tangan saya itu bagaimana kalau orang-orang melihat saya sudah tidak mengenakan gelang lagi? Pasti mereka juga akan bilang, "ya gelangnya sudah dijual" .... Seperti itu, Pak .... Saya malu ...." kata istrinya yang tentu sangat keberatan kalau gelang yang ada di tangannya itu akan dijual oleh suaminya.

    "Ya sudah .... Bagaimana kalau misalnya kalungnya saja yang kita jual?" kata Podin yang kemudian berpikir untuk menjual kalung.

    "Waduh, Pak .... Kalau kalung ini dijual, yo malah lebih kelihatan toh, Pak .... Leher saya tidak ada barang yang melingkar .... Kalau saya tidak mengenakan kalung lagi, apa Bapak tega melihat istrinya dicemooh oleh orang-orang menyaksikan saya? Apa Bapak tega kalau istrinya diejek oleh para tetangga karena saya sudah tidak memakai kalung lagi ...?" tentu lagi-lagi istrinya sangat keberatan kalau sampai perhiasan-perhiasan yang dia kenakan akan dijual untuk menambal kebutuhan hidup.

    "Lha terus bagaimana, Bu ...? Apa kalung yang dikenakan anak-anak itu yang kita jual? Biar anak-anak yang tidak memakai kalung. Atau gelangnya anak-anak?" tanya Podin yang tentu sudah kehabisan akal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ya, tentu karena ia memang sudah tidak punya uang. Namun kebutuhan hidupnya terus saja bertambah. Bahkan setiap hari anaknya yang minta ini dan itu, istrinya juga minta ini dan itu, selalu minta uang selalu, minta uang, dan selalu minta uang.

    "Lah, coba Bapak itu kerja  .... Cari uang .... Paling tidak kalau bapak itu bekerja, kan juga dapat uang .... Bisa ditabung, bisa disimpan, bisa dicelengi .... Kalau seperti ini, kita butuh uang begini, sementara Bapak tidak kerja, terus dapat uang dari mana, Pak ...?" kata istrinya yang tentu malah marah-marah kepada Podin karena merasa bahwa suaminya hanyalah pengangguran,  tidak mau bekerja, hanya menghabiskan uang saja.

    "Terus saya itu disuruh kerja apa ...?" begitu sahut Podin yang memang dasarnya adalah pemalas. Maka kalaupun disuruh bekerja, paling-paling dia bisanya hanya menjadi kuli bangunan. Itu saja kuli bangunan yang tidak becus. Selalu dimarahi oleh tukang dan mandor, karena cara kerjanya yang tidak benar dan lamban.

    "Lhah, ya kerja apa saja toh, Pak .... Pokoknya kerja, biar dapat duit. Kalau bapak tidak mau kerja, ya seperti ini jadinya. Bapak itu sukanya foya-foya saja. Uang segudang pun kalau tidak bekerja ya pasti akan habis, Pak ...!" kata istrinya lagi yang tentu masih saja marah-marah karena jengkel kepada Podin.

    Pagi hari, setelah semalam dimarahi oleh istrinya, setelah mengatarkan anak-anaknya sekolah, Podin tidak langsung pulang. Rencananya mau cari kerja. Pasti ia langsung menemui Pak Mandor. Ya, hanya Pak Mandor lah yang sering dijadikan sebagai tempat keluh kesah bagi si Podin. Podin langsung menuju proyek yang sedang dikerjakan oleh Pak Mandor.

    "Pagi, Pak Mandor ...." kata Podin yang ketemu Pak Mandor di proyek pembangunan perumahan.

    "Walah .... Selamat pagi, Din .... Ada kabar apa ini, kok pagi-pagi sudah sampai di proyek .... Mau diantar beli apa lagi?" kata Pak Mandor yang tentu sudah tahu kebiasaan Podin.

    "Iya, Pak .... Pagi ini saya sengaja ingin ketemu Pak Mandor .... Terus terang semalam saya itu dimarahi istri saya gara-gara uang saya sudah habis. Saya tidak punya uang lagi. Padahal anak dan istri butuh makan. Terus terang, Pak mandor ..., kalau boleh saya mau ikut kerja Pak Mandor." jawab Podin yang tentu ingin ikut kerja kembali kepada di tempat Pak Mandor, menjadi kuli proyek bangunan.

    "Walah ..., Din ..., kamu itu mau kerja apa? Jadi kuli proyek saja kamu tidak becus. Lah kalau saya mempekerjakan kamu lagi, apa kamu itu nanti tidak dimarah-marahi sama para tukang." sahut Pak Mandor yang tentu juga dalam hatinya menolak kalau Podin bekerja di tempatnya. Ya, hal itu memang dilihat dari cara kerja Podin yang memang tidak baik dan tentunya Pak mandor akan rugi kalau Podin ikut kerja di tempatnya lagi.

    "Lah, terus sebaiknya saya kerja apa, Pak Mandor? Padahal saya itu kan juga butuh uang. Saya butuh rezeki untuk memberi makan kepada anak dan istri saya." kata |Podin yang tentu sangat berharap diberi pekerjaan.

    "Halah, Din .... Saya itu sudah menduga dari awal, bahwa kamu itu punya uang sebanyak itu, tidak bakal bertahan lama. Karena dari gaya hidupmu saja itu sudah ketahuan bahwa kamu itu orangnya boros. Kamu itu pemalas. Kamu itu tidak bisa bekerja. Kamu itu bisanya ya menghambur-hamburkan uang ..." begitu kata Pak Mandor yang malah justru marah-marah kepada Podin.

    "Tapi bagaimana, Pak Mandor .... Itu semua kan untuk memenuhi kebutuhan hidup." jawab Podin.

    "Itu bukan memenuhi kebutuhan .... Tetapi kamu itu pamer .... Tidak bisa mengatur pengeluaran." sahut Pak Mandor tanpa basa-basi.

    "Ya, Pak Mandor .... Saya mengakui .... Tapi sekarang, saya itu pengin kerja .... Terus saya ini harus kerja apa?" tanya Podin kembali, yang tentu bingung harus bekerja apa.

    "Din .... Kamu itu paling cocok, ya datang lagi ke tempat kakekmu itu .... Minta uang lagi yang lebih banayk, dibawa ke sini dan di habis-habiskan di sini. Itu yang paling cocok." kata Pak Mandor yang sebenarnya mengejek Podin.

    "Waduh, Pak Mandor .... Pak Mandor itu bagaimana, dimintai pertimbangan, dimintai pekerjaan, kok malah jawabannya ngejek saya. Lha mbok ya memberi nasehat itu yang baik gitu loh, Pak ...." sahut Podin yang merasa tersinggung karena diejek oleh Pak Mandor.

    "Lha dulu Itu kan saya sudah nasehati kamu, Din .... Ya uang sebanyak itu, mbok ya sebagian uang kamu itu dibuat usaha, misalnya untuk jualan atau dagang. Misalnya beli kios di pasar atau buat sendiri di kampung. Bisa juga untuk ikut menanam saham. Atau lagi, untuk beli lahan tanah, pekarangan atau sawah ..., kemudian kamu mencangkul di situ .... Lumayan kalau kamu punya sawah, setidak-tidaknya setiap hari bisa panen. Tapi kamu punya uang sebanyak itu malah dibelikan rumah mewah, dibelikan motor, dibelikan mobil .... Ya sekarang habis. Kalau sekarang kamu  bingung tidak punya uang, ya dijual saja rumahnya, jual saja motornya, jual saja mobilnya. Sudah .... Barang-barangmu itu dijual untuk makan. Kalau kamu tidak mau bekerja, kalau kamu tidak mau usaha. bisa dapat uang dari mana? Lha terus yang kamu makan bersama anak istrimu setiap hari itu hasil dari apa, Din ...?" begitu kata Pak Mandor yang justru menyalahkan Podin. Tentu karena Pak Mandor juga jengkel kalau Podin setiap saat mengganggu waktunya, kalau Podin setiap saat selalu datang ke tempat kerjanya, tetapi tidak memberi apa-apa, justru mengajak ngobrol orang yang sedang bekerja. Itu yang namanya mengganggu orang kerja.

    "Wah ..., Pak Mandor itu payah .... Masak dimintai pertimbangan, dimintai pekerjaan, malah orang datang dimarah-marahin. Ini keterlaluan Pak Mandor." kata Podin yang tentu merasa jengkel karena dimarahi oleh Pak Mandor.

    "Lah, kalau kamu tidak mau mendengarkan kata-kata saya, ya silahkan angkat kaki, silahkan pergi dari sini. Jangan ganggu saya terus .... Saya itu di sini kerja, bukan dolan kayak kamu itu ...." Pak Mandor semakin emosi karena merasa kalau memberi nasehat kepada Podin justru berbalik menjadi kata-kata yang tidak enak didengarkan di telinga.

    Tanpa pamitan, tanpa kata apa-apa, Podin menghidupkan kendaraannya, lalu pergi meninggalkan Pak Mandor begitu saja.

    "Ooo .... Semprul ...!!" Pak |Mandor jengkel.

*******

    Siang itu, di depan rumah Podin yang sepi, hanya tinggal istrinya dan dua orang anaknya yang masih kecil-kecil, saat Isti menengok ke depan rumahnya melalui jendela di ruang tamu, Isti melihat ada seorang kakek tua yang berdiri di depan rumah itu. Kakek tua dengan pakaian compang-camping serta mengenakan caping keropak yang terbuat dari anyaman bambu, seperti layaknya seorang gembel yang akan mengemis.

    Laki-laki tua itu memandangi rumah Podin terus, terus, dan terus memandangi rumah Podin tersebut, seakan kakek tua itu menyelidiki sesuatu di rumah Podin. Isti bersembunyi di balik pintu, dengan kepalanya yang jelujurkan ke jendela, ia mengintip kakek gembel tersebut dari dalam rumah, dari balik gorden jendela.

    Isti terus memperhatikan gerak gerik si kakek tua itu yang terlihat jelas dari balik jendela kacanya. Tentu Isti heran, ada apa sebenarnya kakek tua yang berdiri di depan rumahnya itu? Padahal kalau diperhatikan, kakek tua itu bukanlah karyawan kebersiha di perumahan. Dia juga bukan satpam perumahan. Bahkan Isti pasti juga bukan warga perumahan yang rata-rata pakaiannya bagus dan rapi. Baru kali ini Isti melihat ada seorang kakek tua yang geluturan di perumahan.

    Isti terus mengamati kakek tua itu. Si kakek gembel itu berdiri tepat di depan pintunya, walau masih berada di jalan. Tetapi seakan mau masuk ke pintu rumahnya. Namun kalau misalnya kakek tua itu adalah seorang pengemis. bagimana si kakek tua itu bisa masuk dan berada di komplek perumahan? Padahal setiap orang yang masuk ke perumahan, mestinya harus melalui pintu gerbang yang dijaga oleh satpam. Tapi kenapa ini bisa lolos?

    Isti sangat heran, ada apa sebenarnya kakek tua itu berada di depan rumahnya. Sangat lama memandangi rumahnya terus-menerus. Bahkan seakan kakkek tua itu mematung di depan rumahnya. Berdiri tenang, menatap rumahnya dengan pandangan yang sangat tajam. Dan anehnya, kakek tua itu hanya memandangi rumah POdin, tanpa melihat rumah-rumah yang lain milik para tetangganya. Tentu hal ini sangat mencurigakan. Dan pastinya hal ini sangat menakutkan bagi Isti, seorang perempuan yang berada di rumah sendirian, hanya dengan berteman anak yang masih bayi.

    Maka Isti mulai ketkutan. Kemudian Isti mengambil HP-nya. Ia mengangkat HP, dan menghubungi satpam penjaga yang tentu ada di pos.

    "Halo, Bu Podin .... Ada yang bisa kami bantu ...?" tanya petugas satpam yang ada di pos.

    "Iya, halo Pak Satpam, maaf, begini .... Ini saya mau bilang, kalau di depan rumah saya itu ada kakek-kakek tua seperti pengemis, tapi dia tidak pergi-pergi .... Dia berada di depan rumah saya terus-menerus dan memperhatikan rumah saya, seakan-akan ada sesuatu .... Apakah tadi orang ini tidak lewat di depan pintu gerbang? Kok dibiarkan saja ada pengemis masuk ke perumahan .... Katanya perumahan dijaga ketat dan tidak boleh ada orang yang tidak dikenal masuk. Tetapi kenapa ini kok ada pengemis tua compang-camping bisa keluyuran masuk perumahan? Ini orangnya berdiri di depan rumah saya, menakutkan .... Saya khawatir kalau-kalau dia itu bukan pengemis, tetapi orang yang mencari-cari akan mencuri atau merampok di perumahan." kata Isti kepada satpam itu.

    "Loh, masak sih, Buk ...? Sebentar, Bu .... Ini namanya kecolongan .... Saya tidak melihat kalau ada pengemis atau orang yang masuk ke perumahan dengan ciri-ciri kakek tua pakai caping keropak seperti layaknya pengemis itu. Sebentar, Bu .... Saya akan mengamankan. Saya akan datang ke tempatnya Ibu .... Ibu tenang saja .... Jangan khawatir ...." kata satpam itu yang tentu langsung menghidupkan motornya dan menuju ke rumah Podin.

    Walau sudah menelepon ke satpam, Isti terus saja memperhatikan kakek tua yang masih berdiri di depan rumahnya itu dari balik jendela. Ia memang benar-benar sangat khawatir. Semoga saja petugas satpam segera menangkapnya. Setidaknya satpam itu akan segera datang untuk menghalau kakek tua yang mencurigakan itu.

    Namun, setelah satpam itu sampai di depan rumah Isti, tiba-tiba saja kakek tua itu sudah menghilang. Isti yang melihat kedatangan petugas satpam, ia langsung keluar untuk itu menunjukkan. Tetapi kakek tua itu sudah tidak ada. Satpam itu tidak menjumpai siapa-siapa.

    "Mana, Bu ...? Mana pengemis itu?" tanya satpam itu.

    "Tadi barusan di sini .... Mungkin begitu mendengar suara motor dia langsung lari pergi ...." jawab Isti yang sudah keluar rumah menemui satpam itu.

    "Sudah tidak ada siapapun .... Bahkan kakek tua juga tidak saya temui ...." kata satpam itu, yang masih tengak-tengok mencari.

    "Barusan di sini .... Coba mungkin ke arah sana. Siapa tahu ia menghindari kejaran satpam." kata Isti yang menyampaikan kemungkinan.

    "Ya sudah ..., Bu .... Kalau begitu akan saya cari .... Saya akan keliling Perumahan ini untuk mencari Si kakek tua itu. Saya akan keliling .... Akan saya cari ke setiap lorong jalan." kata satpam itu yang langsung menjalankan motornya sambil mengamati sekelilingnya. Tentu untuk menjaga keamanan komplek.

    Satpam itu selanjutnya mengelilingi jalan-jalan di perumahan untuk mencari kakek tua seperti yang digambarkan oleh Isti tadi. Namun setelah berjalan berkeliling mengendarai motornya sambil memperhatikan semua jalanan di situ, dan tentu juga memperhatikan rumah-rumah yang ada di situ, satpam itu tidak menemukan kakek tua seperti yang dimaksud oleh istrinya Podin. Tentu satpam itu heran dan kebingungan. Akhirnya ia pun mencoba mencari melalui rekaman kamera pengaman yang dipasang di setiap sudut perumahan. Ia masuk ke kantor pengelola yang sekaligus menjadi kantor administrasi dari perumahan. Ya, ia akan menanyakan tentang adanya kakek tua yang mencurigakan melalui rekaman CCTV.

    Setelah beberapa saat memperhatikan rekaman CCTV yang ada, tetap tidak menemukan gambar ada seorang kakek tua. Dalam rekaman CCTV itu hanya ada berkas-berkas cahaya, yang seakan cahaya lampu yang menyala dan berjalan cepat. Seperti lampu kendaraan bermotor. Ya, jika mencocokkan perkiraan waktu pelaporan istrinya Podin, cahaya itulah yang mungkin dikatakan sebagai sosok kakek tua.

    Lantas para satpam dan yang mengamati CCTV, langsung berdiri bulu kuduknya. Para satpam yang memperhatikan rekaman CCTV itu tentunya takut, karena menganggap bahwa kakek tua yang diceritakan oleh istrinya Podin tadi adalah gambaran dari makhluk halus yang melintas berada di depan rumah Podin. Berarti di Jalan Permata Ujung itu ada penunggunya.

    Sore itu, setelah Podin pulang ke rumah, istrinya langsung menceritakan pengalaman yang dilihatnya tadi siang di depan rumahnya. Ia bilang bahwa ia melihat seorang kakek tua yang mencurigakan yang berdiri di depan rumahnya. Kakek tua itu memandangi terus-menerus ke rumahnya itu. Istrinya pun menceritakan takut kalau-kalau orang itu adalah pencuri yang akan mencuri barang-barang miliknya.

    "Deg ...!" jantung Podin seakan berhenti berdenyut. Ia terkejut dengan cerita istrinya. Apa yang dilihat oleh istrinya, orang yang berdiri di depan rumahnya itu. kakek tua gembel dengan pakaian compang camping serta mengenakan caping keropak itu, pastilah kakek tua yang pernah ditemuinya. Kakek tua yang pernah memberikan uang kepadanya.

    Perasaan Podin menjadi tidak karuan. Tentu karena Podin sudah menghabiskan semua uangnya yang ada di dalam peti harta karun yang pernah ia bawa dari pulau tempat istana si kakek. Podin langsung berlari ke kamarnya. Ia langsung mebuka lemari tempat menyimpan peti harta karun itu. Podin langsung mencari peti harta karunnya. Dan ternyata, peti harta karun yang ada di dalam lemari itu sudah tidak ada lagi. Peti harta karun itu sudah menghilang. Peti harta karun itu sudah lenyap.

    "Bu ...!! Bu ...!! Peti harta karun kita hilang ...!!" itu yang bisa dikatakan oleh Podin.

    Dua orang itu hanya bisa ngowoh di depan lemari. Namun Podin yakin, bahwa kakek tua itu yang sudah mengabil kembali peti harta karun tersebut, untuk dibawanya kembali ke dalam istananya.

Episodes
1 Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2 Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3 Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4 Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5 EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6 Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7 EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8 EPISODE 8: MASUK BANK
9 EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10 EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11 EPISODE 11: BELI MOTOR
12 EPISODE 12: PERGI KE MALL
13 EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14 EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15 EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16 EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17 EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18 EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19 EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20 EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21 EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22 EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23 EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24 EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25 EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26 EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27 EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28 EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29 EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30 EPISODE 30: RENCANA GILA
31 EPISODE 31: TERDAMPAR
32 EPISODE 32: TAK SANGGUP
33 EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34 EPISODE 33: BERITA PILU
35 EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36 EPISODE 35: PIKNIK
37 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39 EPISODE 38: DIUSIR
40 EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41 EPISODE 40: SENAM
42 EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43 EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44 EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45 EPISODE 44: MINTA ANAK
46 EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47 EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48 EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49 EPISODE 48: MENCOBA LARI
50 EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51 EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52 EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53 EPISODE 52: CURIGA
54 EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55 EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56 EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57 EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58 EPISODE 57: MENANYA USAHA
59 EPISODE 58: MENATA WARUNG
60 EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61 EPISODE 60: ANAK ANEH
62 EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63 EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64 EPISODE 63: ULAH PODIN
65 EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66 EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67 EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68 EPISODE 67: MELAHIRKAN
69 EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70 EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71 EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72 EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73 EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74 EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75 EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76 EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77 EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78 EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79 EPISODE 78: TERJERAT
80 EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81 EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82 EPISODE 81: MINTA WARISAN
83 EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84 EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85 EPISODE 84: MASALAH LAGI
86 EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87 EPISODE 86: MENANTU BAIK
88 EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89 EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90 EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91 EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92 EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93 EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94 EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95 EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96 EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97 EPISODE 96: DITOLAK
98 EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99 EPISODE 98: BERUNTUNG
100 EPISODE 99: DITEMU ORANG
101 EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102 EPISODE 101: KENA GODAAN
103 EPISODE 102: AMBYAR
104 EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105 EPISODE 104: PLONG
106 EPISODE 105: CURHAT
107 EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108 EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109 EPISODE 108: MENCURI PETI
110 EPISODE 109: GAGAL
111 EPISODE 110: SELALU KOSONG
112 EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113 EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114 EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115 EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116 EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117 EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118 EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119 EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120 EPISODE 119: JADI MANGSA
121 EPISODE 120: MERAUP UANG
122 EPISODE 121: KETAGIHAN
123 EPISODE 122: MENCARI PETI
124 EPISODE 123: MASUK PENJARA
125 EPISODE 124: PODIN BEBAS
126 EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127 EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128 EPISODE 127: LEBIH LICIK
129 EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130 EPISODE 129: KETAKUTAN
131 EPISODE 130: DIUSIR
132 EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133 EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134 EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135 EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136 EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137 EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138 EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139 EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140 EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141 EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142 EPISODE 141: BINGUNG
143 EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144 EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145 EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146 EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147 EPISODE 146: KECEWA
148 EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149 EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150 EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151 EPISODE 150: HARI PERTAMA
152 EPISODE 151: BERIBADAH
153 EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154 EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155 EPISODE 154: USAHA BARU
156 EPISODE 155: SANTAI SAJA
157 EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158 EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159 EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160 EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161 EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162 EPISODE 161: GERHANA BULAN
163 EPISODE 162: PODIN HILANG
164 EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165 EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166 EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167 EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168 EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169 EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170 EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171 EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172 EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173 EPISODE 172: BIMBANG
174 EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175 EPISODE 174: HIDUP BARU
176 EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177 EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178 EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179 EPISODE 178: PENGAKUAN
180 EPISODE 179: PENGUPING
181 EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182 EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183 EPISODE 182: PODIN SEHAT
184 EPISODE 183: PODIN RAIB
185 EPISODE 184: BIJAKSANA
186 EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187 EPISODE 186: PERTEMUAN
188 EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189 EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190 EPISODE 189: CERITA ANAK
191 EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192 EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193 EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194 EPISODE 193: AKUR
195 EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196 EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197 EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198 EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199 EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200 EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201 EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202 EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203 EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204 EPISODE 203: JADI PENDIAM
205 EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206 EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207 EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208 EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209 EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210 EPISODE 209: PULAU ANEH
211 EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212 EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213 EPISODE 212: MASUK ISTANA
214 EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215 EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216 EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217 EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218 EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219 EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220 EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221 EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA
Episodes

Updated 221 Episodes

1
Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2
Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3
Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4
Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5
EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6
Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7
EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8
EPISODE 8: MASUK BANK
9
EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10
EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11
EPISODE 11: BELI MOTOR
12
EPISODE 12: PERGI KE MALL
13
EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14
EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15
EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16
EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17
EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18
EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19
EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20
EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21
EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22
EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23
EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24
EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25
EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26
EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27
EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28
EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29
EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30
EPISODE 30: RENCANA GILA
31
EPISODE 31: TERDAMPAR
32
EPISODE 32: TAK SANGGUP
33
EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34
EPISODE 33: BERITA PILU
35
EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36
EPISODE 35: PIKNIK
37
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39
EPISODE 38: DIUSIR
40
EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41
EPISODE 40: SENAM
42
EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43
EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44
EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45
EPISODE 44: MINTA ANAK
46
EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47
EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48
EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49
EPISODE 48: MENCOBA LARI
50
EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51
EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52
EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53
EPISODE 52: CURIGA
54
EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55
EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56
EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57
EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58
EPISODE 57: MENANYA USAHA
59
EPISODE 58: MENATA WARUNG
60
EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61
EPISODE 60: ANAK ANEH
62
EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63
EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64
EPISODE 63: ULAH PODIN
65
EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66
EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67
EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68
EPISODE 67: MELAHIRKAN
69
EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70
EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71
EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72
EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73
EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74
EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75
EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76
EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77
EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78
EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79
EPISODE 78: TERJERAT
80
EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81
EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82
EPISODE 81: MINTA WARISAN
83
EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84
EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85
EPISODE 84: MASALAH LAGI
86
EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87
EPISODE 86: MENANTU BAIK
88
EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89
EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90
EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91
EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92
EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93
EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94
EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95
EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96
EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97
EPISODE 96: DITOLAK
98
EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99
EPISODE 98: BERUNTUNG
100
EPISODE 99: DITEMU ORANG
101
EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102
EPISODE 101: KENA GODAAN
103
EPISODE 102: AMBYAR
104
EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105
EPISODE 104: PLONG
106
EPISODE 105: CURHAT
107
EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108
EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109
EPISODE 108: MENCURI PETI
110
EPISODE 109: GAGAL
111
EPISODE 110: SELALU KOSONG
112
EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113
EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114
EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115
EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116
EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117
EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118
EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119
EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120
EPISODE 119: JADI MANGSA
121
EPISODE 120: MERAUP UANG
122
EPISODE 121: KETAGIHAN
123
EPISODE 122: MENCARI PETI
124
EPISODE 123: MASUK PENJARA
125
EPISODE 124: PODIN BEBAS
126
EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127
EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128
EPISODE 127: LEBIH LICIK
129
EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130
EPISODE 129: KETAKUTAN
131
EPISODE 130: DIUSIR
132
EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133
EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134
EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135
EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136
EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137
EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138
EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139
EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140
EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141
EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142
EPISODE 141: BINGUNG
143
EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144
EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145
EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146
EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147
EPISODE 146: KECEWA
148
EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149
EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150
EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151
EPISODE 150: HARI PERTAMA
152
EPISODE 151: BERIBADAH
153
EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154
EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155
EPISODE 154: USAHA BARU
156
EPISODE 155: SANTAI SAJA
157
EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158
EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159
EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160
EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161
EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162
EPISODE 161: GERHANA BULAN
163
EPISODE 162: PODIN HILANG
164
EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165
EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166
EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167
EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168
EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169
EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170
EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171
EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172
EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173
EPISODE 172: BIMBANG
174
EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175
EPISODE 174: HIDUP BARU
176
EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177
EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178
EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179
EPISODE 178: PENGAKUAN
180
EPISODE 179: PENGUPING
181
EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182
EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183
EPISODE 182: PODIN SEHAT
184
EPISODE 183: PODIN RAIB
185
EPISODE 184: BIJAKSANA
186
EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187
EPISODE 186: PERTEMUAN
188
EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189
EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190
EPISODE 189: CERITA ANAK
191
EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192
EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193
EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194
EPISODE 193: AKUR
195
EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196
EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197
EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198
EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199
EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200
EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201
EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202
EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203
EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204
EPISODE 203: JADI PENDIAM
205
EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206
EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207
EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208
EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209
EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210
EPISODE 209: PULAU ANEH
211
EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212
EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213
EPISODE 212: MASUK ISTANA
214
EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215
EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216
EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217
EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218
EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219
EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220
EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221
EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!