Meski pihak kepolisian maupun masyarakat belum menemukan bagian tubuh korban yang hilang, jenazah Eko akhirnya dikebumikan. Ya, orang-orang rame-rame menguburkan jenazah Eko di pekuburan milik pengembang perumahan. Komplek pemakaman yang tertata rapi, karena untuk memakamkan orang di situ, harus membayar dengan biaya yang mahal.
Namun tentu satu hal yang menjadi pertanyaan bagi setiap orang yang menguburkan maupun orang-orang yang melayat korban kecelakaan Eko itu, mereka menanyakan tentang bagian tubuh, yaitu kepala Eko yang sampai hari itu belum diketemukan. Biasanya kalau penguburan jenazah itu tidak lengkap, nanti akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Namun tentu secara medis, kalau jenazah Eko ini terlalu lama di tahan atau tidak segera dikuburkan, nanti akan membusuk dan dikhawatirkan akan menimbulkan penyebaran virus. Makanya dalam waktu tiga hari setelah dimasukkan dalam peti, mayat itu harus segera dikuburkan. Tetapi karena kepala dari jenazah Eko tidak diketemukan, maka jenazah Eko yang tanpa kepala itu pun langsung dikuburkan. Tentu dengan persetujuan dari pihak keluarga.
Tentunya, kematian Eko yang terlindas truk dan hilang kepalanya itu, sudah menjadi bahan pembicaraan bagi masyarakat yang ada di sekitar sekolahan itu, dan tentu juga menjadi bahan pembicaraan orang-orang yang ada di perumahan tempat tingga Podin. Tentunya nasib malang yang dialami oleh Eko, anak laki-laki pertama Podin itu merupakan nasib yang sangat tragis. Di mana ketika Eko yang sedang menyeberang jalan di depan sekolahannya, ia ingin masuk ke sekolahan, ternyata tiba-tiba ada truk yang melaju sangat kencang dan langsung melindas tubuh Eko. Yang paling mengerikan adalah ketika tubuh Eko yang ditemukan sudah terkapar tak bernyawa itu, ternyata kepalanya hilang, lehernya terputus. Yang tergeletak yepat di depan gerbang sekolahan hanyalah tubuh saja yang sudah tidak ada kepalanya.
"Tolong ......!!! Tolong ......!!! Tolong ......!!!" seorang remaja berteriak minta tolong, saat melintas di depan sekolahan.
Tentu suara teriakan yang sngat keras itu langsung didengar oleh para tetangga dan orang-orang yang dekat di tempat itu. Orang-orang pun langsung berlari ke arah suara remaja yang minta tolong itu.
"Ada apa ...?!"
"Kenapa ...?!"
"Mengapa ...?!"
Orang-orang yang berdatangan itu langsung menanyai remaja yang menjerit itu.
"Ada hantu ....." jawab remaja yang masih ketakutan, dan tentunya langsung memegang erat tangan orang yang ada di depannya.
"Hantu apa ...?" tanya orang-orang, yang tentu mereka menjadi penasaran dan juga langsung berdiri bulu kuduknya. Mulai ikut ketakutan.
"Ada hantu ..., anak tanpa kepala berjalan di depan sekolahan." jawab remaja yang masih ketakutan itu.
"Kayak apa ...?!" tanya yang lain.
"Pokoknya menakutkan .... Anak itu seperti anak kecil, anak sekolah .... Tetapi tidak terlihat kepalanya .... Ya ..., hantu itu tidak punya kepala .... Serem ...." jawab remaja itu, yang semakin takut karena teringat lagi tentang apa yang dilihatnya.
"Waduh .... Ini mesti .... Ya, anak itu .... Anak sekolah yang tertabrak truk kemarin itu .... Ya, anak itu kepalanya hilang dan belum ketemu sampai sekarang ...." kata salah satu warga yang kemarin juga ikut menolong.
"Walah ..., berarti anak itu mencari kepalanya .... Hihiii ...." sahut yang lain, tentu langsung ketakutan.
"Saya takut ...." tentu anak-anak menjadi ketakutan.
Cerita remaja yang konon melihat ada hantu anak tanpa kepala, itu pun langsung menyebar dari mulut ke mulut.
Namun kini, setelah Eko sudah dikuburkan, ceritanya menjadi lain ketika orang-orang yang ada di sekolahan, teman-teman sekolahnya, dan juga guru-gurunya, tidak hanya menggunjingkan masalah kematian Eko yang terlindas oleh truk dan hilang kepalanya itu saja, tetapi mereka juga menggunjingkan kalau ternyata setiap malam di depan sekolahan itu ada hantu yang menakutkan, yaitu hantu mayat tanpa kepala.
Tentu cerita ini langsung menyebar ke berbagai daerah. Tidak hanya menyebar di tempat lingkungan sekolah saja, tidak hanya di kampung sekitar sekolahan itu, tetapi cerita ini juga menjadi sesuatu yang menakutkan bagi masyarakat yang tinggal di daerah sekitar sekolahan. Terutama para wanita, ibu-ibu yang selalu takut dengan yang namanya hantu. Ya, hantu itu tentunya sudah menjadi teror bagi orang-orang yang ada di sekitar sekolahan tersebut. Apalagi untuk anak-anak kecil. Mereka akhirnya takut untuk keluar rumah. Konon katanya, hantu ini adalah hantu dari tubuh Eko yang mencari kepalanya. Hantu ini setiap malam keluyuran mencari kepalanya yang hilang.
Tentu orang-orang pada ketakutan, karena nanti kalau hantu itu akan menemuinya dan mengambil kepalanya sebagai ganti untuk dikembalikan ke tubuhnya. Dan tentunya anak-anak yang paling takut. Terutama anak-anak SD yang jadi temannya Eko. Mereka ketakutan kalau nanti dia akan diambil kepalanya. Karena hantu tanpa kepala ini katanya sedang mencari kepalanya yang hilang.
Cerita tentang hantu mayat tanpa kepala itu pun akhirnya juga sampai ke telinga Podin maupun istri dan anak-anaknya yang lain. Orang-orang yang mengatakan kalau anaknya Podin, yaitu Eko, yang meninggal tertabrak truk itu, kini dia sudah menjadi hantu, yaitu hantu mayat tanpa kepala. Mayat hidup yang hanya tubuh saja, tidak memiliki kepala, yang gentayangan kesana kemari. Hantu yang menakutkan bagi nak-anak maupun orang dewasa. Karena tersebar cerita katanya hantu tanpa kepala ini akan meminta kepala kepada siapa saja yang ditemui, sebagai ganti kepalanya yang hilang. Tentu desas-desus hantu Eko, yang mencari kepalanya sangat ditakuti oleh orang-orang.
Mendengar cerita itu, tentu Podin menjadi resah. Podin pun gelisah. Karena anaknya nasib anaknya yang tragis itu, yang tertabrak truk dan meninggal itu, kini digunjing banyak orang. Bukannya dibicarakan yang baik-baik, tetapi anaknya yang sudah dikuburkan itu justru diomong oleh setiap orang, kalau Eko sekarang dikatakan sudah menjadi hantu. Hantu mayat tanpa kepala.
Ya, tentu kata-kata hantu, kata-kata anaknya menjadi hantu tanpa kepala yang katanya menghadang setiap orang yang melintas di depan sekolahan itu, bahkan mengejar anak-anak, yang katanya akan meninta kepalanya untuk dipasangkan kembali pada tubuhnya, sudah sangat mencemarkan nama baik. Podin menjadi malu dengan omongan-omongan orang seperti itu. Apalagi Isti, sebagai ibunya Eko, yang paling sering mendengar gunjingan dari ibu-ibu saat berbelanja, yang mengatakan kalau anaknya dianggap sebagai hantu seram, hantu yang sangat menakutkan, tentu seorang wanita yang perasaannya lebih peka, hatinya lebih lembut, maka ketika mendengar jika anaknya sudah menjadi hantu mayat tanpa kepala, pasti Isti langsung menangis. Ia sangat sedih meratapi nasib anaknya yang sangat malang itu, dan kini malah bertambah tidak karuan, karena anaknya sudah menjadi hantu.
Dan yang paling kasihan lagi adalah Dewi, adiknya Eko, yang masih sekolah di tempat sekolahnya Eko itu. Tentu dia mendengar cerita dari teman-temannya, ia mendengar berita dari kawan-kawannya, bahkan ia juga ditanya terkait dengan hantu mayat tanpa kepala. Bahkan tidak hanya ditanya, tetapi juga diejek dan dijauhi oleh teman-temannya.
"He ..., jangan dekat-dekat Dewi ...! Nanti kalau kakaknya datang, dia akan mengambil kepala kita .... Awas ..., jangan dekat-dekat ...!" kata salah satu murid kelas empat SD, yang dulu satu kelas dengan Eko.
"Iya .... Jangan dekat-dekat Dewi .... Nanti bisa dikejar hantu tanpa kepala ...!"
"Hii .... Aku takut ...."
Setiap anak mulai menghindar. Taku berdekatan dengan Dewi. Tentu hal yang demikian ini membuat hati si Dewi menjadi sedih. Hati Dewi menjadi terpukul, dan sangat menyakitkan. Hingga di sekolah, ia selalu menangis. Berkali-kali gurunya mengundang Dewi, pastinya untuk menenangkan agar Dewi bisa tabah, bisa menerima kenyataan. Dan para guru juga melarang murid-muridnya berbicara tentang hantu mayat tanpa kepala itu.
Namun yang namanya Dewi itu anak perempuan yang masih kecil, dia belum tahu apa-apa, belum bisa menalar, belum bisa berpikir panjang, maka yang ia lakukan, yang ia bisa hanyalah menangis dan menangis.
"Pak ..., Buk .... Saya tidak sekolah saja .... Saya sedih dan nangis terus kalau di sekolah teman-teman Dewi selalu menanyai, katanya Mas Eko sekarang menjadi hantu .... Apa benar, Pak ...? Apa benar, Bu ...?" kata Dewi yang berkeluh kesah ketika mereka berada di rumah berlima di tempat makan. Ada ibunya, ada bapaknya, serta dua orang adiknya yang masih kecil, ketika mereka menikmati makan malam.
"Aah .... Itu hanya cerita-cerita bohong .... Tidak usah didengar .... Tidak usah diurusi .... Biarkan saja mereka cerita .... Mosok ada orang yang sudah meninggal, dan sudah dikubur, bahkan kuburnya juga sudah diplester. bisa keluar menjadi hantu .... Itu tidak masuk akal .... Yang namanya hantu itu kan setan .... Dia itu hanya bertujuan untuk menakut-nakuti manusia. Kalau manusia yang dilihati setan itu ketakutan, maka setannya akan tertawa. Setan itu senang .... Dia puas, karena yang ditakuti lari tunggang langgang, bahkan ada yang pingsan karena ketakutan .... Ya, begitu itu .... Jadi Dewi tidak usah takut .... Bila perlu beri penjelasan pada teman kamu ...." demikian kata bapaknya, yang tentu memberi pengertian dan pemahaman kepada Dewi ya memang tidak bisa dipungkiri, yang namanya anak kecil, kalau ada apa-apa bisanya hanya menangis dan mengadu.
Tetapi kali ini, bagi Dewi, kondisinya sangat berbeda. Karena Dewi sekolah di tempat yang sama dengan kakaknya. Dan Eko, kakaknya itu, sudah meninggal karena terlindas truk. Dan ketika itu, kepalanya Eko memang hilang. Kepalanya Eko tidak diketemukan di tempat kejadian. Sehingga mayat Eko yang sudah dikuburkan itu hanya tinggal tubuhnya saja. Nah, ketika teman-temannya bercerita, tentu teman-temannya juga tahu kalau cerita-cerita itu diomongkan oleh orang tuanya, diomongkan oleh tetangganya, diomongkan oleh orang-orang yang ada di sekitar sekolahan, bahkan katanya sudah ada orang-orang yang melihat hantu mayat tanpa kepala itu yang mondar-mandir di depan sekolahan, maka tentu teman-temannya itu pun percaya, karena tempat kejadiannya ada di depan sekolahan. Dan tentunya murid-murid di sekolah itu hampir semuanya melihat dan tahu presis kejadiannya. Ketika di sekitar sekolahan itu tersebar isu, tersebar berita terkait dengan kematian Eko yang hilang kepalanya, dan setiap malam muncul menjadi sosok hantu yang menakutkan, sosok hantu mayat tanpa kepala, tentu saja itu menjadi bahan pembicaraan setiap anak yang rata-rata tinggalnya memang di sekitar sekolahan tersebut.
Tentu, Dewi sebagai adik yang masih belum hilang traumanya, yang masih sedih, masih berduka, dan ketika mendengarkan teman-temannya membicarakan kakaknya itu maka tidak bisa dipungkiri ia langsung menangis dan bersedih.
"Iya, Dewi .... Mana ada orang yang sudah meninggal kok jadi hantu .... Itu omongan orang yang sekadar menakut-nakuti anaknya, agar anaknya tidak pergi-pergi .... Agar anaknya tidak dolan terus .... Agar anaknya tidak keluar rumah malam-malam. Makanya orang tua-orang tua itu menakut-nakuti anaknya. Sudahlah, kamu tenang saja .... Tidak usah risau, tidak usah sedih .... Yang penting hidup kita tentram dan nyaman. Faktanya, kita yang di sini juga tidak pernah ada apa-apa, kan ...." begitu kata Podin memberi penjelasan kepada anaknya.
"Tapi, Pak ..., katanya sudah ada yang melihat dan itu benar-benar mas Eko .... Ia masih pakai seragam merah putih .... Tapi Mas Eko itu tidak ada kepalanya .... Katanya jalan ke sana kemari, katanya mondar-mandir di depan sekolahan. Nah, kata orang-orang lagi, Mas Eko itu mencari kepalanya yang hilang .... Saya takut, Pak ...." cerita Dewi yang tentu mendengar dari cerita teman-temannya di sekolahan.
"Betul, Pak .... Saya juga sangat sedih, saya tidak nyenyak, saya tidak nyaman, saya malu, Pak .... tetangga-tetangga kita pada mencibir, tetangga-tetangga ada mengomongkan anak kita, yang katanya anak kita menjadi hantu mayat tanpa kepala .... Bagaimana ini, Pak ...? Kenapa ini terjadi pada anak kita, Pak .... Huhukhukhu ...." kata istrinya yang tentu sudah sangat mengalami tekanan batin, dan tidak bisa membendung air matanya untuk tertumpah lewat tangisan. Dirinya sudah menderita, ketika ia harus kehilangan anaknya yang tertabrak treuk secara tragis, dan kini orang-orang pada menggunjingkan kalau anaknya sudah menjadi hantu mayat tanpa kepala. Tentu Isti ingin tahu kebenarannya, Istri ingin mengerti bagaimana nasib anaknya itu di alam kubur?
"Yang sabar, Bu .... " kata Podin menghibur istrinya.
Memang kalau ditelisih dari peristiwa kecelakaan itu, mestinya Polisi bisa menetapkan kebenarannya. Siapa sebenarnya yang keliru, siapa sebenarnya yang sudah menabrak anaknya? Karena ternyata, sampai anaknya dikubur, kepolisian belum menemukan truk yang menabrak anaknya. Bahkan polisi tidak tahu ciri-ciri dari truk itu sendiri. Meskipun warga masyarakat banyak yang sudah memberikan ciri-ciri truk yang menabrak Eko, tetapi sudah dicari ke mana-mana, bahkan sudah dikomunikasikan dengan berbagai kantor kepolisian, namun truk yang menabrak anaknya memang tidak ditemukan. Tentu hal itu menjadi PR besar yang harus diselesaikan oleh Polisi. Pastinya Isti maupun Podin sudah meminta pihak kepolisian untuk mencari truk yang menabrak anaknya itu. Setidaknya ia ingin sopir truk itu bertanggung jawab atas meninggalnya anak kesayangannya.
Memang, tentu sangat sulit untuk mencari kendaraan atau truk yang menabrak Eko. Karena truk itu, yang melaju sangat kencang, bahkan ada yang mengatakan kecepatan truk itu seperti angin. Tentunya sangat sulit untuk mengamati ciri-ciri yang ada pada truk itu. Kalaupun ada yang melihat, pasti hanya tahu ciri-ciri itu sepintas saja. Dan yang disampaikan oleh para warga yang katanya sebagai saksi mata, mereka hanya mampu meberi gambaran-gambaran umum saja, mulai dari warna bagian depan, warna bak truk serta gambar-gambar yang ada di truk itu. Tetapi tidak ada yang tahu plat nomor serta ciri khusus lainnya. Bahkan pihak kepolisian yang datang di tempat kejadian, juga mengatakan tidak ada tanda-tanda bekas ban ataupun bekas pengereman. Dan bahkan yang aneh dari kecelakaan itu, tidak ditemukan juga adanya tanda-tanda anak yang tertabrak itu terpental. Jadi seakan anak yang mengalami kecelakaan itu seperti ditidurkan lalu dipenggal kepalanya dan langsung kepalanya itu dibawa kabur oleh truk yang memenggalnya. Namun tentunya yang tidak masuk akal ini tidak akan menjadi laporan di kepolisian. Jadi, laporannya telah terjadi kecelakaan anak sekolah yang tertabreak truk.
Polisi sudah mencari kemana-mana. Bahkan polisi sudah menyampaikan ke berbagai daerah untuk ikut membantu. Namun kenyataannya polisi-polisi yang sudah berusaha mencari ke berbagai daerah tersebut tidak pernah mengetahui ada truk dengan ciri-ciri bagian depan kepalanya bergambar Wanita penari ular, dengan baknya yang bergambar lidah-lidah api, serta bagian belakangnya yang bergambar tengkorak-tengkorak manusia. Memang sangat sulit untuk mencari truk yang baru saja menabrak dan melindas anak sekolah itu. Kenyataannya sampai berhari-hari, polisi tidak menemukan truk itu. Bisa saja yang mempunyai truk, atau sopir yang menabrak, langsung mengecat bak truknya lagi, jugas mengecat bagian kepalanya, dan tentunya juga menghilangkan semua gambar-gambar yang ada pada truk itu. Sehingga truk itu tidak akan diketahui lagi ciri-cirinya saat menabrak. Karena tampilannya sudah berubah.
Sebenarnya, saat Podin menyaksikan anaknya yang tertabrak truk sampai kepalanya hilang itu, ia teringat pada peristiwa malam sebelum anaknya mengalami kecelakaan, peristiwa yang terjadi di Pulau Berhala. Waktu itu, ketika ia akan mengambil peti harta karun, Podin disuruh untuk membasuh tangannya, katanya sebagai syarat, yang ternyata saat tangannya dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air dan kembang sesaji, air dalam askom itu berubah menjadi darah. Tangan Podin saat itu pun berlumur darah. Podin mulai berfikir, apakah itu sebagai pertanda kalau anaknya yang paling besar itu akan mengalami kecelakaan dan darahnya berhamburan keluar?
Podin juga teringat, saat ia sampai di tepi dermaga Pulau Berhala itu, saat dia menunggu perahu yang akan menjemputnya, kakinya menginjak benda bulat yang disangkanya buah kelapa. Namun ternyata yang ia injak itu adalah kepala manusia. Ya, Podin ingat betul, bahkan masih ingat juga bagaima saat ia melihat kepala manusia yang diinjaknya itu mulutnya meringis menunjukkan gigi-giginya dengan taring yang runcing. Ketika Podin menatap matanya yang terbelalak memandangi dirinya seakan penuh amarah. Sehingga Podin harus meloncat e mundur menjauh dari kepala itu. Podin ketakutan, karena kepala tanpa badan itu seolah-olah akan menggigitnya. Saat Podin mendengar cerita tentang anaknya yang kini menjadi hantu mayat tanpa kepala, ia pun berpikiran, benarkah kepala yang ia injak di Pulau berhala itu adalah perlambang sebagai kepala anaknya yang akan hilang?
Namun bagi Podin, yang beranggapan bahwa nasib seseorang itu sudah digariskan oleh Yang Kuasa, takdir seseorang itu sudah dicatat dalam buku besar. Maka ketika anaknya yang masih duduk di kelas empat SD itu terlindas truk, pasti sudah menjadi suratan takdir. Ia harus ikhlas, harus menerima kenyataan, harus bisa menjalaninya nasibnya sendiri-sendiri.
"Bu .... Semua yang menjadi nasib seseorang itu, sudah digariskan oleh yang membuat kehidupan. Anak kita mungkin memang takdirnya seperti itu. Mungkin memang nasibnya demikian. Maka kita harus tabah, Bu .... Kita harus bisa menerima kenyataan. Kita harus bisa ikhlas, biar anak kita yang ada di alam kubur itu tenang. Biar anak kita yang ada di alam kelanggengan itu tidak menjadi bahan pembicaraan orang lain. Agar anak kita tidak seperti apa yang dikatakan oleh orang-orang .... Cobalah, Bu .... Mari kita bersabar, kita mulai bisa menerima kenyataan ini, kita tabah dan ikhlas ...." Podin berusaha menasehati istrinya.
"Bapak itu kalau ngomong enak saja .... Bapak itu asal bicara .... Bapak itu tidak berpikir .... Saya, Pak .... Saya yang sakit .... Saya yang sedih .... Saya yang tersiksa ..... Coba Bapak bayangkan, orang-orang membicarakan kalau anak kita itu sekarang menjadi hantu mayat tanpa kepala .... Dan ucapan-ucapan itu membakar telinga saya .... Coba Bapak bayangkan, bagaimana perasaan Bapak ...? begitu kata istrinya yang tentu sangat marah ketika suaminya menyuruh untuk bisa tabah dan ikhlas.
Memang perempuan berbeda dengan laki-laki. Apalagi Isti yang menerima kenyataan, anak pertamanya, anak laki-laki yang disayang mengalami kecelakaan. Ini adalah musibah yang sangat menyedihkan. Namun memang takdir itu sudah digariskan oleh sang pencipta kehidupan. Ya, mau tidak mau mereka harus menerima kenyataan itu.
Namun di luar sana, orang-orang tetap membicarakan tentang hantu tanpa kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments