EPISODE 7: RUMAH MEWAH

    Podin merasa cocok  dengan perumahan yang ditunjukkan oleh Pak Mandor. Rumah yang sangat bagus. Tidak seperti rumahnya yang mirip gubug, yang oleh tetangganya selalu diejek. Ia sudah jengkel dengan para tetangganya yang selalu mengejek. Apalagi dengan orang-orang yang punya warung, dimana Istrinya selalu diolok-olok kalau belanja sering menghutang. Tentu hal itu menyebabkan Podin kadang-kadang tidak kerasan di kampungnya, bahkan kadang-kadang Podin ingin lari dari kenyataan itu semua, karena sering dihina, karena sering diolok oleh para tetangganya.

    Namun ketika diberikan gambaran bahwa tinggal di perumahan yang mewah itu enak, orang-orangnya semuanya sibuk dengan urusannya masing-masing, semuanya disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing, Podin jadi merasa akan nyaman, akan tentram tinggal di perumahan mewah dengan tetangga orang-orang yang tidak bakal mengurusi dirinya maupun keluarganya. Bahkan juga, di sana nanti antara tetangga yang satu dengan tetangga yang lain tidak akan saling mengurusi. Bahkan antar tetangga-tetangga yang ada di sekitarnya, mungkin tidak saling mengenal. Oleh sebab itulah Podin merasa cocok dengan gambaran yang disampaikan oleh Pak Mandor itu, untuk memiliki rumah yang ada di perumahan itu.

    Akhirnya, Pak Mandor yang berboncengan dengan Podin, sampai di gerbang masuk perumahan elit itu. Baru saja masuk, di pintu gerbang, dengan gapura yang besar dan ada posnya, pintu gerbang yang dijaga oleh satpam, satpamnya tidak hanya satu, ada dua orang satpam yang menghentikan kendaraan Pak mandor, lalu menanyai.

    "Mau ke mana, Pak?" tanya si satpam itu pada Pak mandor yang berboncengan dengan Podin. Walaupun Pak Mandor ikut kerja dengan bos pengembang yang memborong perumahan itu, tetapi tidak kenal dengan Pak Mandor. Urusan administrasinya berbeda.

    "Ini ..., mau lihat perumahan ini .... Teman saya mau beli rumah di sini" kata Pak mandor yang sudah berhenti di depan pos satpam.

    "Begini, Pak .... Bapak tidak boleh muter-muter di kompleks perumahan, sebaiknya Bapak langsung saja ke pemasaran .... Nanti di sana Bapak akan dilayani oleh pemasaran, Bapak akan ditunjukan mana-mana kapling yang akan di bangun, mana-mana kapling yang akan dijual .... Nanti bapak bisa memilih seperti apa yang dikehendaki, bangunannya, modelnya, bentuknya, tempatnya .... Semua itu nanti langsung saja ditanyakan ke pemasaran, Pak .... Itu tempatnya kantor pemasaran ada di sana itu, di gedung yang paling depan ..., itu tuh, ada tulisan kantor pemasaran." jelas si satpam kepada Pak Mandor dan Podin.

    "Oh iya, Pak .... Terima kasih." kata Pak mandor yang kemudian menjalankan kendaraannya lagi memboncengkan Podin menuju ke tempat pemasaran. Jaraknya dekat dengan pos satpam yang ada di pintu gerbang depan perumahan itu.

    Sambil berjalan menuju ke tempat pemasaran, Podin bertanya pada Pak Mandor, "Pak Mandor ..., kok Perumahan ada satpamnya, Pak?" tanya Podin pada Pak Mandor.

    "Hloh ..., kamu itu gimana toh, Din .... Yang bertugas untuk menjaga keamanan di perumahan itu ya para satpam itu .... Namanya saja perumahan mewah, barang-barangnya di sini kan mewah-mewah semua, Din .... Barang-barang yang dimiliki oleh warga sini, di perumahan ini itu kan barang-barang mahal semua, Din .... Lah kalau tidak ada yang menjaga, kalau tidak ada satpam, ya nanti maling keluar masuk tuh, Din .... Nanti penduduknya, warganya yang tinggal di sini, yang punya perumahan ini, bisa kemalingan semua tuh, Din." begitu jelas Pak Mandor kepada Podin.

    "Oh, begitu ya Pak .... Jadi tidak perlu ada ronda malam di sini ya, Pak ...." kata Podin.

    "Walah ..., Din .... Kamu itu ketinggalan zaman .... Kamu itu kuper, kurang pergaulan .... Tidak tahu bagaimana tinggal di perumahan mewah .... Ya enaknya tinggal di rumah mewah itu ya seperti itu, Din .... Ada yang menjaga, ada satpam yang mengontrol keliling setiap saat mengawasi rumah, mengamankan lingkungan. Jadi tidak ada giliran jaga ronda, tidak ada yang harus melek malam keliling kampung, ndak ada kerja bakti, Din .... Kegiatan seperti itu semua kan kegiatan orang-orang kampung lah .... Kalau di sini semuanya sibuk, semuanya sudah bekerja seharian sampai lembur-lembur, capek .... Kok masih disuruh ronda, ya sudah nggak zamannya lagi lah, Din .... Makanya mereka itu di sini dijaga oleh satpam, diamankan oleh satpam, diawasi oleh satpam. Kamu lihat sendiri kan, kita masuk saja tadi sudah dihentikan oleh satpam, semuanya itu, satpam-satpam itu berjaga-jaga supaya aman lingkungannya. Gitu toh, Din." jelas Pak Mandor kepada Podin.

    "Ooo .... Seperti itu ya, Pak Mandor." saut Podin yang memang tidak tahu kalau di perumahan mewah itu dijaga oleh satpam secara penuh.

    Akhirnya Pak Mandor bersama Podin berhenti di depan tempat gedung yang ada tulisan "Kantor Pemasaran". Pak mandor langsung turun dari kendaraan bersama Podin, dan setelah memarkirkan kendaraan, langsung menuju ke ruang gedung pemasaran itu,

    Di gedung pemasaran itu, Pak mandor bersama Podin langsung disambut oleh perempuan cantik yang sudah siap menerima kedatangan para tamu. Pasti sudah dihubungi oleh satpam yang berjaga di gerbang depan.

    "Selamat pagi, Bapak .... Ada yang bisa kami bantu?" begitu kata perempuan cantik yang bertugas sebagai pegawai pemasaran di tempat itu.

    "Maaf, Mbak .... Ini teman saya mau mencari rumah di perumahan ini. Dia mau beli rumah, apakah masih bisa ya, Mbak? Tolong dibantu ya, Mbak ...." begitu kata Pak Mandor kepada perempuan yang bekerja sebagai pemasaran di ruang itu.

    "Oh, tentu bisa, Pak .... Kami siap membantu .... Mari Bapak ..., silakan duduk." kata perempuan yang berjaga di ruang pemasaran itu, mempersilahkan Pak Mandor dan Podin untuk duduk di depan meja yang ada di ruang pemasaran itu.

    "Maaf, Mbak ..., saya ini kan anak buahnya Pak Jon. Kebetulan saya itu mandor yang dipercaya Pak Jon untuk mengawasi proyek yang ada di daerah sana. Nah, ini Kebetulan ada teman saya kepengin beli rumah yang bagus. Mohon dibantu ya, Mbak ...." kata Pak Mandor yang menyebut dirinya juga pekerjanya Pak Jon.

    "Siap .... Pak Jon juga sering kemari kok, Pak .... Kemarin barusan Pak Jon membawa pembeli juga kemari. Nah, begini, Pak .... Bapak nanti kira-kira akan beli rumah yang seperti apa? Tipenya seperti apa? Luas tanahnya yang berapa? Nanti kita akan bangunkan sesuai dengan permintaan Bapak." kata perempuan yang menjadi pegawai pemasaran itu kepada Pak Mandor dan Podin.

    "Hloh, Mbak ..., kalau yang sudah jadi, yang siap dihuni, apa tidak ada? Apa harus nunggu bangun dulu?" tanya Pak Mandor kepada pegawai pemasaran itu.

    "Hlo ..., Pak mandor ini gimana sih .... Pak Mandor itu kan anak buahnya Pak Jon .... Mestinya kan sudah tahu prosedurnya pembelian perumahan di rumah-rumah kita .... Kalau temannya Pak Mandor itu akan beli rumah, mestinya kan harus pesan dahulu .... Nanti setelah tanda jadi selesai, baru dibangunkan .... Perumahan sini kan namanya pesan bangun, Pak .... Kalau belum ada yang pesan, ya kita nggak berani bangun. Ya kalau sesuai dengan keinginan pembeli? Kalau misalnya pembelinya ingin nambah ini nambah itu .... Kan repot, Pak .... Nah, kalau nanti kita sudah membangun, ternyata tidak ada yang beli ..., bagaimana?" kata perempuan itu yang  menjelaskan kepada Pak mandor dan Podin.

    "Oo ..., tidak ada stok, ya ...? Saya kira ada yang tidak jadi dibeli oleh pemesannya .... Siapa tahu kalau di sini ada yang sudah jadi bangunannya." kata Pak Mandor tentunya mengira kalau di perumahan itu ada yang tidak jadi diambil..

    "Oh, iya ..., ya, Pak .... Maaf, kalau seperti itu, mau oper tangan, yang di sana ada ....  Kalau Bapak mau, di tempat agak ke ujung sana, sudah ada yang siap untuk langsung dihuni .... Pemiliknya pindah tugas, rumah itu mau dijual. Maaf, Pak ..., kalau misalnya Bapak mau menempati rumah yang bekas punya orang itu, apa kira-kira Bapak mau? Itu bekas milik pejabat ...." kata perempuan pegawai pemasaran itu kepada Pak Mandor dan Podin.

    "Maksudnya bagaimana ya, Mbak?" tanya Pak Mandor yang tentu ingin tahu keadaan rumah itu.

    "Begini, Pak ..... Rumah itu dulunya milik pejabat. Karena kebetulan dinasnya itu pindah ke luar Jawa, maka rumah itu kosong, tidak ada yang menempati. Nah, daripada rumah itu kosong, menghabiskan biaya perawatan, oleh pemiliknya, rumah itu dikembalikan kepada kita supaya ditawarkan kalau ada yang mau beli. Tapi, ya terus terang, Pak bangunannya sudah jadi sehingga Bapak tidak bisa memilih lagi, tidak bisa menentukan modelnya, tidak bisa menentukan tipenya, dan tidak bisa menentukan bentuk bangunannya seperti apa. Karena ini sudah jadi sesuai pesanan pejabat yang dulu beli." begitu kata petugas pemasaran itu kepada Pak Mandor dan Podin.

    "Aha .... Begini, Mbak .... Apakah kita bisa melihat rumah yang milik pejabat yang mau dijual itu? Siapa tahu Pak Podin cocok dengan modelnya, dengan bangunannya." kata Pak Mandor kepada perempuan itu.

    "Bisa, Pak .... Nanti sebentar saya panggilkan petugas yang akan mengantarkan ke rumah itu." kata perempuan itu yang kemudian mengangkat HP menelepon pegawai yang lain.

    Sebentar kemudian, ada seorang laki-laki yang mengendarai sepeda motor datang ke kantor pemasaran itu. Lantas pemuda yang menaiki sepeda motor itu mengajak Pak Mandor dan Podin untuk melihat rumah milik pejabat yang ditawarkan oleh bagian pemasaran. Tidak lama mengendarai motornya, karena dekat dekat dengan kantor pemasaran. Dua sepeda motor yang beriringan itu sudah sampai di rumah yang dituju yaitu bangunan yang megah dan bagus. Namun sayang, bangunan itu sudah beberapa bulan tidak ditempati oleh pemiliknya, karena pemiliknya pindah tugas. Sehingga lantainya kotor ditimbun debu.

    "Ini, Pak ...., rumahnya." kata laki-laki yang bertugas sebagai pemasaran itu.

     "Wow .... Ini rumah yang sangat bagus ...." tentu Podin terheran dan kagum dengan rumah yang ditunjukkan oleh laki-laki pemasaran itu.

    "Berapa harganya ini, Mas?" tanya Podin.

    "Wah .... Kalau yang ini minta satu setengah milyar, Pak ...." jawab pegawai yang mengantarkannya itu.

    "Hah ...?! Satu setengah milyar ...?" Pak Mandor geleng-geleng, terheran dengan harga yang fantastis itu.

    "Iya, Pak .... Ini bagus loh, Pak. Jualnya All in .... Dengan barang-barangnya. Sudah beres semua, tinggal masuk tanpa bawa barang baru .... Semuanya sudah lengkap, Pak .... Terus terang ini karena pemiliknya itu seorang pejabat, karena dia pindah tugas, sekarang dia ditugaskan ke daerah lain di luar Jawa, maka rumah ini ditinggalkan. Tetapi rupanya karena dia akan menetap di tempat kerja yang baru, maka beliau memutuskan kalau rumah ini akan dijual saja. Bulan lalu sudah diserahkan kepada pihak pemasaran untuk minta tolong rumah ini dijualkan dengan harga satu setengah milyar .... Mari Pak, silakan masuk .... Kita lihat bagian dalam rumah ini." kata petugas itu.

    "Wah ..., keren sekali .... Bagus banget ini, Pak Mandor ...." kata Podin.

    "Hahaha .... Iya ini, Din .... Yang namanya rumah mewah ya seperti ini .... Besok kalau jadi kamu beli, lantainya langsung di pel .... Pasti mengkilap, Din ...." kata Pak Mandor.

    "Mari, Pak ..., silakan kita lihat bagian dalamnya." kata si petugas pemasaran itu, lantas petugas pemasaran itu membuka pintu depan dan mengajak 2 orang calon pembelinya itu masuk.

    Lantas tiga orang itu pun masuk ke ruangan dalam. Yang pertama kali dilihat adalah ruang tamu. Di ruang tamu juga sudah terdapat kursi-kursi tamu yang bagus namun hiasan-hiasan dinding memang sudah diambil oleh pemiliknya. Biasanya foto-foto keluarga yang tentu sudah diambil. Memang hanya mebel-mebelar yang ditinggal. Tentu kalau mebel susah membawanya, karena memang ukurannya yang besar dan juga berat. Kalau pindah keluar Jawa tidak mungkin mengangkutnya. Paling tidak harus dinaikkan ke kapal.

    Memang biasanya orang-orang kaya seperti itu, pejabat-pejabat yang selalu berpindah-pindah tugas, mebeler itu selalu ditinggal dan dijual sekaligus sebagai isi rumahnya. Masalahnya tidak praktis dan tidak ekonomis. Justru akan menghabiskan waktu dan menghabiskan biaya untuk dibawa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Biasanya yang dibawa hanyalah barang-barang berharga atau barang-barang yang mempunyai nilai-nilai historis, misalnya seperti foto-foto keluarga atau cinderamata dari para pejabat atau dari luar negeri.

    "Lihatlah Pak .... Ini ruangan tamunya, cukup besar kan, Pak." kata si petugas pemasaran itu.

    "Wah ..., ini ruang tamu yang besar .... Apalagi kursinya .... Wah ..., bagus sekali .... Lihat ini, Din ...." kata Pak Mandor pada Podin, orang yang tidak pernah melihat barang-barang bagus, tidak pernah melihat rumah mewah. Maka ketika ia menyaksikan ruangan tamu itu, ia sudah berdetak kagum. Dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, tanda terheran, tanda takjub dengan rumah yang ditawarkan itu.

    "Nah ..., ini Pak .... Ini bagian ruang kamar. Ini kamarnya ada tiga. Jadi nanti, karena ini kamarnya ada tiga,  bisa untuk anak, dan bisa untuk Bapak Ibu. Ini, Pak .... Ini yang namanya ruang keluarga. Coba lihat, Pak .... Ruang keluarganya juga bagus. Ruang keluarganya besar." kata si petugas pemasaran yang menunjukkan kamar-kamar yang ada tempat tidur serta ruang keluarga yang sangat bagus. Ruang keluarga yang cukup luas. Di mana, di ruang keluarga itu juga terdapat sofa. Biasanya ruang keluarga inilah yang digunakan untuk seluruh keluarga menyaksikan televisi ataupun bercerita dan berbagi perasaannya.

    Podin yang belum pernah melihat apa itu namanya kamar tidur, ketika dia masuk ke dalam salah satu kamar tidur, dia mencoba duduk di atas tempat tidurnya, sangat empuk.

    "Ini yang namanya tempat tidur mewah .... Ini yang namanya kasurnya orang kaya .... Kasur yang empuk dan mentul-mentul." kata Pak Mandor yang pamer kepada Podin.

    Podin yang meletakkan pantatnya di atas kasur itu, benar-benar merasakan betapa enaknya jadi orang kaya. Bisa menikmati tidur di atas kasur yang empuk. Ruangan itu cukup besar, bahkan di sudut kamar tidur itu masih terdapat lemari rias yang ada kacanya. Namun barang-barangnya sudah tidak ada. Tentu kalau barang-barang rias biasanya dibawa oleh pemiliknya.

    Kemudian di sudut kamar satunya lagi, ada lemari pakaian, lemari yang cukup besar terbuat dari kayu yang di plitur kelihatan kinclong. Sangat bagus. Sengaja oleh pemiliknya ditinggal. Tentu karena saking besarnya lemari itu. Pasti susah untuk membawanya berpindah ke tempat yang jauh. Apalagi kata dari petugas pemasaran itu, pemilik aslinya itu berpindah tugas ke luar pulau, keluar Jawa.

    "Nah, ini pak yang namanya ruang keluarga. Ruang ini saja besarnya seperti ini. Ruang ini sangat cocok kalau untuk keluarga besar, Pak .... Misalnya kalau pas lebaran, saudara-saudaranya pada datang, family-nya pada kemari, ini sudah cukup dipakai untuk bercengkrama, untuk ngobrol bareng, untuk bersilaturahmi dengan family. Bagus kan, Pak." kata si petugas pemasaran itu.

    "Wah .... Kalau ini benar-benar rumah yang sangat bagus, Din .... Kalau saya punya uang, saya pengen punya rumah yang seperti ini, Din ...." begitu kata Pak Mandor pada Podin, yang tentunya Pak Mandor berharap Podin mau membeli rumah itu.

    "Apalagi ..., ini loh ..., lihat .... Kursi sofanya saja itu harganya jutaan .... Mahal ini .... Masak ditinggal begitu saja, diberikan kepada pembelinya." lanjut Pak Mandor.

    "Betul, Pak .... Semua isi rumah ini oleh pemiliknya memang sengaja dijadikan satu paket dengan rumah yang akan dijual ini. Ya karena memang yang punya dulu itu orang kaya, Pak .... Dia pejabat tinggi, sehingga uangnya banyak .... Ya, kalau hanya rumah seperti ini, kecil, Pak .... Apalagi hanya perabotan-perabotan seperti ini, bagi mereka tidak ada artinya .... Beli-beli barang kayak gini ini, kalau orang kaya ini ibaratnya seperti beli kacang goreng, Pak." begitu kata si petugas pemasaran itu.

    Podin tidak bisa berkata-kata apa-apa. Ia hanya bisa heran. Heran dan heran. Podin hanya bisa takjub, takjub dan takjub. Ya, memang semuanya itu belum pernah dibayangkan oleh Podin, walaupun ia ingin menjadi orang kaya, tetapi belum pernah melihat keadaan orang kaya itu seperti apa. Kondisi orang kaya itu seperti apa. Rumah orang kaya itu seperti apa. Yang dia tahu hanyalah gubuk dari papan-papan bekas, tanpa ada perabotan sama sekali. Bahkan yang namanya tempat tidur saja hanya dari kayu-kayu bekas yang dipaku, kemudian di atasnya ditaruh kasur-kasur bekas yang sudah dibuang oleh tetangganya. Maka begitu melihat keadaan rumah yang sangat mewah itu, melihat perabotan-perabotan yang sangat bagus itu, Podin hanya bisa berdecak kagum berkali-kali. Ia hanya bisa menelan ludah, karena saking pengennya untuk segera punya rumah seperti itu.

    "Mari Pak, kita ke belakang .... Nah, ini yang namanya ruang makan .... Ini ruang makannya memang sederhana, Pak ..., tidak begitu besar, tetapi kalau hanya untuk keluarga, ruangan ini sudah cukup. Nah, ini juga. Masih ada meja kursinya, Pak .... Meja kursi makan semuanya terbuat dari kayu jati. Ini bagus sekali, Pak. Kursinya memang ada empat. Nah, nanti kalau bapak keluarganya ada lebih, bisa beli kursi lagi." kata si petugas pemasaran itu menjelaskan kepada Podin. Di ruang yang hanya berukuran tiga kali tiga meter itulah tempat ruang makan yang sudah tersedia meja bulat dengan empat buah kursi yang mengelilingi meja itu.

    Kemudian di sudut meja, di sudut ruang makan itu, ada kulkas. Kemudian ada rak yang berisi perangkat perabot makan.

    "Nah, kalau yang ini dapurnya, Pak. Kompornya saja ditinggal loh, Pak. Ini mereka tidak membawa kompor, tidak membawa tabung gas. Ini ditinggal semua, Pak. Lihat ini, Pak ...., dapurnya bersih rapi dan bagus. Kompornya saja empat tungku, Pak. Ini kompor besar. Jadi kalau bapak itu mau masak untuk orang banyak, itu bisa sekaligus masak dengan empat tungku ini, Pak." kata si petugas pemasaran itu kepada Podin.

    Lagi-lagi, Podin hanya bisa menelan ludah. Dia belum pernah melihat yang namanya kompor gas. Dia belum pernah melihat dapur yang bagus yang ada wastafelnya, yang ada kran dengan airnya yang langsung mengalir, dia juga bingung menyaksikan ruang dapur itu yang jauh berbeda dengan ruang dapurnya. Jika di gubuk Podin dapurnya gandeng jadi satu ruang dengan tempat tidur, dapurnya hanya terbuat dari tumpukan bata yang diplester, dapurnya tidak ada tabung gas, tetapi yang ada hanyalah tumpukan kayu bakar. Dapurnya tentu sangat kotor dengan jelaga yang menempel di dinding-dinding, sangat kotor dengan abu-abu sisa pembakaran dari kayu bakar yang digunakan untuk memasak, juga penuh dengan coretan-coretan bekas arang yang menempel atau menggores pada dinding-dindingnya. Tetapi dapur di rumah mewah ini benar-benar sangat bersih, seakan tidak pernah dipakai. Itulah yang membuat Podin semakin bingung, semakin tidak paham, semakin tidak mengerti dengan kemegahan dari rumah yang dimiliki oleh orang kaya.

    "Nah, Pak coba lihat. Ini adalah tempat mencuci. Mesin cucinya juga ditinggal, Pak. Jadi memang semua perabot rumah tangga yang ada di rumah ini tidak dibawa oleh pemiliknya. Ya, katanya waktu itu pemiliknya dipindah tugaskan secara mendadak. Tetapi yang namanya pejabat, Pak ..., pergi secara mendadak pun dia di sana juga langsung bisa memiliki rumah yang bagus. Bahkan mungkin di sana rumahnya lebih bagus dari ini, karena dia kan naik jabatan. Otomatis gajinya lebih besar, uangnya lebih banyak. Nah, ini, Pak ..., ini tempat mencuci. Kemudian yang di sebelah sini untuk menjemur pakaiannya. Nah, yang ini tempat jemurannya juga masih ada. Lihat, Pak ..., ini di bagian belakang rumah masih ada sisa tanah yang oleh pemilik lama ini digunakan untuk menanam tanaman hias, untuk keindahannya dulu di sini dilatanami anggrek-anggrek semua,  Pak. Tapi sekarang sudah tidak ada karena memang anggreknya itu bagus-bagus, maka oleh pemiliknya anggrek-anggrek itu dibawa ke rumah yang baru. Maklum, Pak ..., orang kaya bunga anggreknya harganya mahal-mahal, dan itu anggrek biasanya langka. Maka mereka membawa ke rumahnya yang baru untuk ditanam di sana." jelas si petugas pemasaran itu.

    Begitulah saat Podin menyaksikan keindahan rumah mewah yang ditawarkan oleh Pak Mandor.

Episodes
1 Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2 Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3 Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4 Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5 EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6 Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7 EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8 EPISODE 8: MASUK BANK
9 EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10 EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11 EPISODE 11: BELI MOTOR
12 EPISODE 12: PERGI KE MALL
13 EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14 EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15 EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16 EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17 EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18 EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19 EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20 EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21 EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22 EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23 EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24 EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25 EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26 EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27 EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28 EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29 EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30 EPISODE 30: RENCANA GILA
31 EPISODE 31: TERDAMPAR
32 EPISODE 32: TAK SANGGUP
33 EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34 EPISODE 33: BERITA PILU
35 EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36 EPISODE 35: PIKNIK
37 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39 EPISODE 38: DIUSIR
40 EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41 EPISODE 40: SENAM
42 EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43 EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44 EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45 EPISODE 44: MINTA ANAK
46 EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47 EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48 EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49 EPISODE 48: MENCOBA LARI
50 EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51 EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52 EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53 EPISODE 52: CURIGA
54 EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55 EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56 EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57 EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58 EPISODE 57: MENANYA USAHA
59 EPISODE 58: MENATA WARUNG
60 EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61 EPISODE 60: ANAK ANEH
62 EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63 EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64 EPISODE 63: ULAH PODIN
65 EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66 EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67 EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68 EPISODE 67: MELAHIRKAN
69 EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70 EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71 EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72 EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73 EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74 EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75 EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76 EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77 EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78 EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79 EPISODE 78: TERJERAT
80 EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81 EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82 EPISODE 81: MINTA WARISAN
83 EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84 EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85 EPISODE 84: MASALAH LAGI
86 EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87 EPISODE 86: MENANTU BAIK
88 EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89 EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90 EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91 EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92 EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93 EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94 EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95 EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96 EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97 EPISODE 96: DITOLAK
98 EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99 EPISODE 98: BERUNTUNG
100 EPISODE 99: DITEMU ORANG
101 EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102 EPISODE 101: KENA GODAAN
103 EPISODE 102: AMBYAR
104 EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105 EPISODE 104: PLONG
106 EPISODE 105: CURHAT
107 EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108 EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109 EPISODE 108: MENCURI PETI
110 EPISODE 109: GAGAL
111 EPISODE 110: SELALU KOSONG
112 EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113 EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114 EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115 EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116 EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117 EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118 EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119 EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120 EPISODE 119: JADI MANGSA
121 EPISODE 120: MERAUP UANG
122 EPISODE 121: KETAGIHAN
123 EPISODE 122: MENCARI PETI
124 EPISODE 123: MASUK PENJARA
125 EPISODE 124: PODIN BEBAS
126 EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127 EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128 EPISODE 127: LEBIH LICIK
129 EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130 EPISODE 129: KETAKUTAN
131 EPISODE 130: DIUSIR
132 EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133 EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134 EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135 EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136 EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137 EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138 EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139 EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140 EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141 EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142 EPISODE 141: BINGUNG
143 EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144 EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145 EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146 EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147 EPISODE 146: KECEWA
148 EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149 EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150 EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151 EPISODE 150: HARI PERTAMA
152 EPISODE 151: BERIBADAH
153 EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154 EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155 EPISODE 154: USAHA BARU
156 EPISODE 155: SANTAI SAJA
157 EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158 EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159 EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160 EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161 EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162 EPISODE 161: GERHANA BULAN
163 EPISODE 162: PODIN HILANG
164 EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165 EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166 EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167 EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168 EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169 EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170 EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171 EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172 EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173 EPISODE 172: BIMBANG
174 EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175 EPISODE 174: HIDUP BARU
176 EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177 EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178 EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179 EPISODE 178: PENGAKUAN
180 EPISODE 179: PENGUPING
181 EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182 EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183 EPISODE 182: PODIN SEHAT
184 EPISODE 183: PODIN RAIB
185 EPISODE 184: BIJAKSANA
186 EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187 EPISODE 186: PERTEMUAN
188 EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189 EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190 EPISODE 189: CERITA ANAK
191 EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192 EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193 EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194 EPISODE 193: AKUR
195 EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196 EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197 EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198 EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199 EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200 EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201 EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202 EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203 EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204 EPISODE 203: JADI PENDIAM
205 EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206 EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207 EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208 EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209 EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210 EPISODE 209: PULAU ANEH
211 EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212 EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213 EPISODE 212: MASUK ISTANA
214 EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215 EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216 EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217 EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218 EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219 EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220 EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221 EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA
Episodes

Updated 221 Episodes

1
Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2
Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3
Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4
Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5
EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6
Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7
EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8
EPISODE 8: MASUK BANK
9
EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10
EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11
EPISODE 11: BELI MOTOR
12
EPISODE 12: PERGI KE MALL
13
EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14
EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15
EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16
EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17
EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18
EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19
EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20
EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21
EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22
EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23
EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24
EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25
EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26
EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27
EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28
EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29
EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30
EPISODE 30: RENCANA GILA
31
EPISODE 31: TERDAMPAR
32
EPISODE 32: TAK SANGGUP
33
EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34
EPISODE 33: BERITA PILU
35
EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36
EPISODE 35: PIKNIK
37
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39
EPISODE 38: DIUSIR
40
EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41
EPISODE 40: SENAM
42
EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43
EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44
EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45
EPISODE 44: MINTA ANAK
46
EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47
EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48
EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49
EPISODE 48: MENCOBA LARI
50
EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51
EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52
EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53
EPISODE 52: CURIGA
54
EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55
EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56
EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57
EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58
EPISODE 57: MENANYA USAHA
59
EPISODE 58: MENATA WARUNG
60
EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61
EPISODE 60: ANAK ANEH
62
EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63
EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64
EPISODE 63: ULAH PODIN
65
EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66
EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67
EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68
EPISODE 67: MELAHIRKAN
69
EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70
EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71
EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72
EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73
EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74
EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75
EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76
EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77
EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78
EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79
EPISODE 78: TERJERAT
80
EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81
EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82
EPISODE 81: MINTA WARISAN
83
EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84
EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85
EPISODE 84: MASALAH LAGI
86
EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87
EPISODE 86: MENANTU BAIK
88
EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89
EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90
EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91
EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92
EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93
EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94
EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95
EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96
EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97
EPISODE 96: DITOLAK
98
EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99
EPISODE 98: BERUNTUNG
100
EPISODE 99: DITEMU ORANG
101
EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102
EPISODE 101: KENA GODAAN
103
EPISODE 102: AMBYAR
104
EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105
EPISODE 104: PLONG
106
EPISODE 105: CURHAT
107
EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108
EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109
EPISODE 108: MENCURI PETI
110
EPISODE 109: GAGAL
111
EPISODE 110: SELALU KOSONG
112
EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113
EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114
EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115
EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116
EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117
EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118
EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119
EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120
EPISODE 119: JADI MANGSA
121
EPISODE 120: MERAUP UANG
122
EPISODE 121: KETAGIHAN
123
EPISODE 122: MENCARI PETI
124
EPISODE 123: MASUK PENJARA
125
EPISODE 124: PODIN BEBAS
126
EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127
EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128
EPISODE 127: LEBIH LICIK
129
EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130
EPISODE 129: KETAKUTAN
131
EPISODE 130: DIUSIR
132
EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133
EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134
EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135
EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136
EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137
EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138
EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139
EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140
EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141
EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142
EPISODE 141: BINGUNG
143
EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144
EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145
EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146
EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147
EPISODE 146: KECEWA
148
EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149
EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150
EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151
EPISODE 150: HARI PERTAMA
152
EPISODE 151: BERIBADAH
153
EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154
EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155
EPISODE 154: USAHA BARU
156
EPISODE 155: SANTAI SAJA
157
EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158
EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159
EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160
EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161
EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162
EPISODE 161: GERHANA BULAN
163
EPISODE 162: PODIN HILANG
164
EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165
EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166
EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167
EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168
EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169
EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170
EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171
EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172
EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173
EPISODE 172: BIMBANG
174
EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175
EPISODE 174: HIDUP BARU
176
EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177
EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178
EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179
EPISODE 178: PENGAKUAN
180
EPISODE 179: PENGUPING
181
EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182
EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183
EPISODE 182: PODIN SEHAT
184
EPISODE 183: PODIN RAIB
185
EPISODE 184: BIJAKSANA
186
EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187
EPISODE 186: PERTEMUAN
188
EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189
EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190
EPISODE 189: CERITA ANAK
191
EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192
EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193
EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194
EPISODE 193: AKUR
195
EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196
EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197
EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198
EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199
EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200
EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201
EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202
EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203
EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204
EPISODE 203: JADI PENDIAM
205
EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206
EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207
EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208
EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209
EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210
EPISODE 209: PULAU ANEH
211
EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212
EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213
EPISODE 212: MASUK ISTANA
214
EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215
EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216
EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217
EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218
EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219
EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220
EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221
EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!