EPISODE 12: PERGI KE MALL

    Setelah memiliki kendaraan, maka Podin tentu ingin menyenangkan hati anak-anaknya. Podin ingin memanjakan anak dan istrinya. Ia pun mengajak anak dan istrinya keliling perumahan, menyaksikan indahnya perumahan itu, menyaksikan bangunan-bangunannya yang bagus-bagus, termasuk menyaksikan para tetangga yang ada di perumahan itu. Maklum, selama tiga hari ia tinggal di perumahan itu, ia belum pernah ketemu dengan para tetangganya. Mungkin benar yang dikatakan oleh Pak Mandor, kalau perumahan itu para warganya keluar dari rumah sudah ada di dalam mobil. Pulang ke rumah juga langsung masuk ke garasi. Sehingga ia tidak bisa berkomunikasi dengan para tetangga. Maka, ketika ia berputar-putar komplek perumahan, ia sangat jarang melihat tetangganya berada di luar rumah.

    "Pak ..., katanya mau mengajak saya sama anak-anak ke mall? Katanya mau membelikan baju untuk anak-anak? Kapan, Pak ...?" tiba-tiba Isti bertanya pada suaminya, saat ia diajak jalan-jalan keliling perumahan. Tentu sambil menggendong Antok di boncengannya, anaknya yang paling kecil.

    "Iya, Buk .... Nanti kamu kasih tahu anak-anak, kapan kita akan ke mall. Setidaknya kita harus belikan pakaian buat anak-anak, biar kelihatan baru dan bagus, Buk ...." jawab Podin.

    "Apa besok, Pak ...?" kata istrinya. Tentu Isti sebenarnya sudah ngebet penginke mall. Pastinya ia ingin tahu, seperti apa sebenarnya mall itu.

    "Tidak apa-apa .... Yang penting anak-anak siap ...." jawab Podin.

    "Besok habis si Eko sama Dewi pulang sekolah ya, Pak ...." kata istrinya.

    "Ya ..., begitu saja .... Tapi besok kita naik taksi saja .... Kalau naik motor, boncengan berenam kurang nyaman, Bu .... Apalagi nanti kalau pulang bawa belanjaan yang lumayan banyak, susah bawanya ...." kata Podin yang tentu juga pikir-pikir kalau naik motor dengan memboncengkan istri dan anaknya ada empat orang. Pasti susah.

    "Apa tidak naik angkot saja ...?" tanya Isti yang tentu khawatir kalau naik taksi bayarnya mahal.

    "Walah, Bu .... Sekali-sekali jadi orang kaya gitu, lho .... Biar para tetangga kita di perumahan ini juga tahu kalau kita ini punya uang banyak ...." kata Podin yang tentu ingin pamer. Maklum jadi orang kaya memang gaya hidupnya juga pengin seperti orang-orang kaya para tetangganya yang lain itu.

    "Iya, Pak .... Malah enak .... Tidak perlu jalan kaki." sahut Isti yang tentunya juga senang.

    "Besok habis menjemput anak-anak pulang sekolah, kita langsung berangkat ya, Bu ...." kata Podin.

    "Iya .... Besok beli mobil, Pak .... Biar kayak para tetangga kita itu .... Dari rumah keluar langsung sudah berada di dalam mobil. Tidak perlu susah-susah jalan ...." kata istrinya, yang tentu juga tergiur dengan para tetangga di perumahan itu, yang semuanya punya mobil.

    "Saya belum bisa nyopir, Bu ...." sahut Podin polos.

    "Ya latihan dong, Pak ...." sahut istrinya.

    "Siapa ya, yang mau mengajari saya menyetir ...?" tentu Podin bingung.

    "Tanya Pak Mandor .... Kalau Bapak bisa nyopir, punya mobil sendiri, pasti anak-anak akan lebih senang, Pak .... Saya juga senang, karena tidak repot sambil menggendong Antok terus-terusan begini ini .... Dan yang pasti, Pak ..., kalau kita punya mobil, panas tidak kepanasan ..., hujan tidak kehujanan .... Enak, kan ...?" kata istrinya yang tentu ingin suaminya beli mobil.

    Podin mulai berfikir, kapan bisa menyetir agar bisa beli mobil. Karena untuk beli mobil maka setidaknya ia harus sudah bisa menyopir sendiri.

    "Ya sudah .... Besok kapan-kapan saya akan tanya ke Pak Mandor, mau cari orang yang bisa mengajari nyopir. Besok kalau sudah bisa nyopir, kita beli mobil yang baru. Yang penting besok siang setelah menjemput Eko dan Dewi, kita berangkat ke mall. Kita belikan dulu pakaian untuk anak-anak. Kasihan sama mereka, pakaiannya jelek semua." kata Podin yang tetap akan berangkat ke mall untuk membelikan pakaian anak-anaknya.

    "Tidak cuman pakaian anak-anak, Pak .... Saya juga minta untuk dibelikan .... Pakaian saya juga jelek-jelek kok, Pak ...." kata Isti yang tentu juga ingin dibelikan baju yang baru.

    "Iya ..., nanti saya akan belikan semuanya .... Anak-anak dan juga kamu .... Pokoknya semuanya beli pakaian yang baru, beli baju yang baru, agar kita semua kelihatan seperti orang kaya dengan pakaian yang selalu bagus dan selalu baru ...." begitu kata Podin pada istrinya. Tentu dia tidak ingin anak dan istrinya kelihatan kumuh, kelihatan seperti gembel, yang tentu sangat tidak baik dipandang oleh para tetangga di perumahan yang semuanya adalah orang-orang kaya. Dan pastinya, Podin akan terlihat benar-benar layaknya orang kaya, karena pakaiannya yang dikenakan oleh anak-anak maupun yang dikenakan oleh istrinya tidak jauh berbeda dari para tetangganya.

    "Iya ..., Pak .... Terima kasih .... Pokoknya nanti, saya dibelikan baju yang bagus, sama rok yang bagus .... Hehe ...." kata istrinya yang tentu sangat senang dengan apa yang sudah dijanjikan oleh suaminya. Ia pun tahu bahwa suaminya saat ini punya uang yang sangat banyak. Dan pasti bisa membelikan pakaian yang bagus-bagus.

    Seperti yang telah direncanakan, akhirnya siang itu, setelah Podin menjemput anak-anaknya dari sekolah, ia mengajak seluruh keluarganya untuk pergi ke mall. Podin akan mengajak anak dan istrinya untuk berbelanja di mall.

    "Ayo, semuanya .... Kita berangkat .... Kita akan pergi ke mall .... Kita akan beli pakaian yang baru ...." begitu ajak Podin kepada anak dan istrinya.

    "Asiiik ...." anak-anaknya langsung gembira.

    Isti yang memang sudag bersipa sejak suaminya berangkat menjemput anaknya dari sekolah, maka ia sudah berganti pakaian yang bagus. Demikian juga dengan Asri dan Antok. Dua anaknya yang kecil-kecil. Mereka sudah disalini pakaian yan paling baik. Tentu Isti tidak ingin kelihatan kumuh. Ia berfikir kalau orang-orang yang bisa dayang ke mall adalah orang-orang kaya yang tentu juga memakai pakaian bagus-bagus. Makanya ia pun mengenakan pakaian terbaiknya yang dibelikan oleh suaminya saat lebaran tahun lalu.

    "Pak ..., nanti Eko dibelikan kaos, baju sama celana, ya ...." kata anaknya yang paling besar, yang tentu kepengin punya kaos yang bagus seperti teman-temannya.

    "Iya ...." jawab bapaknya.

    "Pak ..., nanti Dewi juga dibelikan rok yang bagus, ya ...." kata anak perempuannya yang besar.

    "Iya .... Semuanya akan dibelikan baju baru yang bagus-bagus ...." jawab bapaknya lagi.

    Setelah semuanya siap, dan sudah mengenakan pakaian terbaiknya, maka Podin langsung naik motornya, untuk ke pos satpam di depan, akan memesan taksi. Cari taksi di depan gerbang perumahan sangat mudah. Karena memang sering ada taksi yang mangkal di sana. Maklum, perumahan mewah yang penghuninya adalah orang-orang kaya, maka setiap saat banyak yang butuh taksi. Untuk sarana transportasi yang paling nyaman bagi mereka adalah dengan naik taksi. Apalagi taksi zaman sekarang, sudah dilengkapi dengan aplikasi on line. Jadi sangat memudahkan pemesanan.

    "Mau ke mana, Pak Podin ...?" tanya satpam yang jaga di gerbang kepada Podin, saat melihat adaPodin yang lewat di situ.

    "Anu .... Mau pesan taksi ...." jawab Podin.

    "Kok tidak pakai aplikasi atau ditelepon saja ...?" kata satpam itu, yang tentu sudah lebih paham tentang aplikasi taksi on line.

    "Nggak papa .... Sambil jalan-jalan, kok .... Biar sopir taksinya gampang untuk ke rumah saya. Kan bareng saya ...." sahut Podin, yang sebenarnya memang belum tahu apa itu aplikasi, dan juga belum punya HP.

    "Ya, Pak ...." kata petugas satpam itu, yang lantas berteriak memanggilkan taksi, "Taksi ...!!"

    Sopir taksi yang sudah paham kalau akan ada penumpang yang pesan taksinya, ia pun langsung menjalankan taksinya masuk gerbang.

    "Ini, Pak Podin mau pakai taksi .... Silakan ikuti Pak Podin itu ...." kata petugas yang berjaga di pintu gerbang itu, sambil membukakan pintu gerbang.

    Sopir taksi itu pun masuk ke pomplek perumahan, dan mengikuti jalannya sepeda motor yang dikendarai oleh Podin. Sebentar kemudian, taksi itu sudah sampai di depan rumah Podin, dimana anak dan istrinya sudah bersiap naik taksi.

    "Asiiik .... Kita naik mobil sedan ...." Dewi kelihatan senang.

    "Itu namanya taksi ...." kata Eko memberi tahu pada adiknya.

    "Ayo ..., semuanya naik ...." kata Isti yang menyuruh anak-anaknya masuk ke taksi.

    "Dewi duduk depan dipangku Bapak ...." kata Podin yang duduk di samping sopir.

    Setelah semua siap, sopir itu menutup pintu, kemudian berangkat. Perlahan meninggalka halaman rumah Podin.

    "Mau ke mana, Pak ...?" tanya sopir taksi itu ingin tahu tempat yang akan dituju.

    "Ke mall ...." Isti langsung menyaut. Pastinya, Isti memang benar-benar gembira karena akan diajak ke mall.

    "Oke ...." sahut sopir taksi itu yang langsung melajukan taksinya menuju mall.

    Tidak terasa dan sangat enak rasanya naik taksi. Tentu karena mobilnya yang model sedan itu, memang dirancang agar penumpangnya seolah hanya seperti duduk saja. Suspensi yang bagus serta kelenturan shokbreaker yang juga baik, membuat penumpangnya terasa nyaman. Dan seolah dalam waktu sekejap, tanpa terasa ternyata mobil taksi itu sudah sampai di depan pintu masuk mall.

    "Sudah sampai ...." begitu kata Podin kepada anak-anaknya, saat taksi itu sudah berhenti.

    "Ayo turun ...." kata Isti, yang sudah dibukakan pintunya oleh sopir taksi itu.

    Podin yang memangku anak perempuannya juga keluar dari taksi. Lantas mengulungkan lembaran uang kepada sopir taksi itu, untuk membayar ongkosnya.

    Kemudian mereka memasuki halaman mall itu, menuju ke pintu masuk.

    "Wao .... Bagus sekali, Pak ...." Isti terkagun saat menyakiskan bangunan megah dan besar yang ada di depan matanya itu.

    "Ini mall, Pak ...?" tanya Eko, yang tentu belum pernah tahu tempat perbelanjaan yang besar itu.

    "Iya .... Di dalam gedung itu, semua kebutuhan kita tersedia .... Mau apa saja, ada semuanya di sana." jawab Podin, yang tentunya juga agak gemetar menyaksikan bangunan super besar itu. Walau tahu tentang mall, tetapi ia juga belum pernah masuk ke dalamnya.

    "Ayo kita masuk ...." ajak ibunya pada anak-anaknya. Tentu Isti sudah sangat ingin tahu yang namanya mall.

    Mereka berenam pun masuk ke ruangan yang super besar itu. Dan tentu, saat pertama kali mereka menginjakkan kaki ke dalam mall, mereka berhenti sejenak. Mereka bingung dan sangat takjub. Ternyata di dalam gedung yang besar itu, terdapat banyak barang yang bermacam-macam jenisnya. Tentu mereka malah tengak-tengok kebingungan.

    "Pak ..., tempat yang jual pakaian di mana ...?" tanya Isti pada suaminya.

    "Sebentar, Bu .... Saya akan tanya ke satpam itu. Tolong anak-anak dipegangi semua, jangan sampai lepas ...." kata Podin yang langsung menemui satpam yang ada di dekatnya.

    "Pak Satpam ..., kalau yang jualan pakaian-pakaian untuk istri dan anak-anak saya di bagian mana, ya?" tanya Podin pada satpam itu.

    "Oh, pakaian di lantai dua, Pak .... Bapak bisa naik lift atau eskalator .... Itu tempatnya di sana." kata satpam itu sambil menunjukkan ke atas.

    Podin melongokkan pandangannya ke atas. Ya, ia menyaksikan di lantai atas terlihat banyak pakaian yang bagus-bagus, yang terpajang sangat banyak. Lantas ia menemui anak dan istrinya.

    "Di mana, Pak ...?" tanya istrinya.

    "Itu, Buk ...." kata Podin sambil tangannya menunjuk ke atas.

    "Walah ....?!" anak dan istrinya langsung melongok heran, begitu menyaksikan banyaknya pakaian yang terlihat dari tempatnya ia berdiri.

    "Lhah, naiknya ke atas bagaimana, Pak ...?" tanya istrinya.

    "Katanya naik lift atau eskalator ...."

    "Tempatnya lift sama eskalaotor di mana, Pak ...?" tanya istrinya.

    Mereka tengak-tengok. Bingung mencari benda yang namanya lift atau eskalator. Maklum, mereka baru pertama kali mendengar kata-kata itu. Pasti belum tahu maksudnya, apa itu lift dan apa pula itu eskalator.

    "Pak ..., Buk .... Mungkin lewat di situ .... Itu ada orang-orang bisa naik ...." kata Eko yang setelah tengak-tengok, ia menyaksikan ada orang yang bisa berjalan naik.

    "Ya ..., coba kita ke sana ...." ajak Podin pada anak dan istrinya.

    Mereka pun bersama-sama menuju ke tempat yang ditunjuk oleh Eko. Dan ternyata benar. Di tempat itu terdapat tangga yang bisa berjalan sendiri.

    "Walah ..., itu caranya naik bagaimana? Aku takut, Pak ...." kata Isti yang tentu takut saat menyaksikan tangga yang bisa berjalan itu.

    Mereka mengamati setiap orang yang naik lewat tangga itu, Tentu mereka ingin tahu bagaimana caranya naik tangga yang bisa berjalan itu.

    Tiba-tiba Dewi berlari, dan langsung naik ke tangga itu.

    "Eee ..., Dewi .......!!! Hati-hati, Nok ...." Isti langsung berteriak, takut kalau anaknya kenapa-kenapa.

    Tetapi, ternyata Dewi sudah sampai di atas. Sudah sampai di lantai dua. Eko pun yang sudah melihat Dewi, adiknya bisa naik, maka ia juga ikut-ikutan. Ternyata hanya dengan berdiri dan pegangan di bagian pinggirnya saja, ia sudah bisa naik sendiri. Wah, ini pengalaman yang baru buat mereka. Sesuatu yang belum pernah ia lakukan.

    "Oo ..., naiknya memang lewat sini, Buk ...." kata Podin, yang kemudian membopong Asri, mengajak naik lewat tangga yang berjalan sendiri itu.

    "Pak ..., saya bagaimana ...?" tanya Isti yang masih takut.

    "Ayo, kita bareng-bareng .... Sambil pegangan saya, Bu ...." kata Podin yang tentu sambil memegangi istrinya dan membopong anak perempuannya yang kecil.

    "Halah ..., Pak .... Saya takut ...." Isti masih ketakutan.

    "Tangannya pegangan samping itu .... Biar tidak jatuh." kata Podin menyuruh istrinya pegangan.

    Dan akhirnya, mereka sampai di atasm di lantai dua. Isti terhuyung-huyung saat selesai dan akan turun dari eskalator itu.

    "Oo ..., ini kan yang namanya eskalator itu ...." gumam Podin yang seumur hidupnya baru pertama kali menyaksikan tangga yang bisa berjalan sendiri tersebut.

    Begitu sampai di lantai dua, tempat dimana terpajang banyak pakaian, pasti anak-anaknya langsung berhambur memilih pakaian yang paling pas buat diri mereka masing-masing. Podin bingung, karena anaknya pada menghilang, ke berbagai tempat.

    "Eee ..., semuanya bergandengan .... Jangan ada yang lepas .... Nanti kalau hilang, kalian tidak bisa pulang ...!" teriak Podin mengingatkan anak dan istrinya yang sudah tidak karuan ingin mendapatkan pakaiannya sendiri-sendiri.

    "Tapi ini tempatnya beda-beda, Pak ...." kata Isti pada suaminya.

    "Ya gantian .... Carikan dulu yang untuk anak-anak .... Nanti kamu yang terakhir .... Kalau anakmu hilang, bagaimana?" kata Podin yang mengingatkan istrinya.

    Ya, memang di mall, pakaian itu ditata sesuai dengan ukuran dan jenisnya masing-masing. Pakaian untuk anak ditata berjejer khusus untuk anak-anak. Pakaian dewasa, ditata sesuai dengan ukuran dewasa. Pakaian wanita di sendirikan, pakaian pria juga disendirikan. Macamnya pun sangat banyak. Yang digelar pada tempat yang sangat luas. Pasti kalau Isti atau Podin membiarkan anak-anaknya memilih sendiri-sendiri, mereka akan hilang, tidak bisa menemukan orang tuanya. Makanya, Podin meskipun baru pertama kali masuk mall, ia tetap ingin menjaga anak-anaknya agar tidak tersesat begitu saja.

    Akhirnya, mereka ke mana-mana selalu bersama dan saling bergandengan. Isti pun mulai sadar, kalau ia harus memenuhi kebutuhannya sendiri, nanti bisa bingung mencari suaminya. Kalau membayar, pakai uang siapa? Makanya, mereka memilihkan pakaian satu persatu anak-anaknya. Tentu anak-anaknya senang, karena bisa bebas memilik baju yang disenangi.

    "Eko ..., katanya kamu mau beli kaos .... Sana pilih kaos yang bagus-bagus ...." kata bapaknya.

    "Dua boleh, Pak ...?" tanya Eko yang tentu sudah memegang-pegang kaos yang dari tadi sudah dilirik.

    "Tiga juga boleh .... Yang ini, Eko .... ini ada diskonnya ...." kata bapaknya yang sudah mengambilkan satu kaos untuk anaknya.

    "Saya maunya yang warna biru atau abu-abu, Pak ...." sahut Eko.

    "Ya .... Ini .... Biru satu, abu-abu satu ...." kata Podin yang sudah memilihkan kaos untuk anaknya yang paling besar itu.

    "Sama ini ya, Pak ...." kata Eko yang sudah menunjukkan kaos yang dipegangnya.

    "Ya ...." sahut bapaknya.

    Eko sudah senang duluan. Karena kaos yang dikehendaki sudah dimasukkan dalam tas belanja. Malah masih ditambah pilihan bapaknya. Tidak hanya kaos, tetapi juga baju dan celana. Pasti ia sangat gembira. Baru kali ini ia dibelikan pakaian yang bagus-bagus oleh bapaknya. Biasanya kalau lebaran, yang membelikan ibunya, itu saja belinya di pasar kampung, nunggu obralan dari pedagang di pasar.

    "Pak ..., rok yang ini untuk Dewi, cocok, nggak ...?" tanya Isti yang sudah mengangkat rok gadis kecil.

    "Aku mau, Buk ...." Dewi langsung memegangi rok yang diambil oleh ibunya.

    "Iya ...." kata ibunya yang langsung melepaskan rok yang sudah direbut oleh anaknya itu.

    "Buat Asri sekalian, Bu ...." sahut Podin.

    Setelah membelikan pakaian untuk anak-anaknya komplit, barulah Isti memegang-pegang pakaian yang pantas untuk dirinya. Ia mulai memegang daster, memegang baju gamis, bahkan juga memegang pakaian-pakaian lainnya. Termasuk memegang pakaian dalam yang selama ini kalau beli yang murahan di pasar. Kalau dimasuki tangan suaminya, kolornya langsung putus.

    Demikian juga Podin. Ia juga memilih kaos, baju dan celana. Pastinya Podin juga ingin berpenampilan layaknya orang kaya. Maka ia pun tidak hanya membeli satu setel, tetapi Podin mengambil tiga potong kaos. Rencananya, nanti kaos-kaosnya yang sudah jelek akan dibuang saja.

    "Sudah, Buk ....?! Ada yang mau dibeli lagi apa nggak ...?" tanya Podin pada istrinya.

    "Sudah, Pak .... Sudah cukup .... Besok kalau mau lebaran, kita ke mall lagi ya, Pak .... Di sini pakaiannya bagus-bagus ...." kata istrinya yang tentu juga sudah senang karena sudah dibelikan pakaian yang bagus-bagus.

    "Iya ...." sahut Podin yang tentu juga merasa puas bisa menyenangkan anak dan istrinya.

    Selanjutnya, mereka ke kasir. Untuk membayar semua pakaian yang diambilnya. Ada empat tas belanja yang dibawanya. Maklum, memang kali ini mereka benar-benar memborong pakaian. Pastinya Podin ingin menunjukkan kalau anak dan istrinya punya pakaian yang dibeli di mall. Pakaian dengan kelas orang kaya.Bukan sekadar baju-baju kelas pasar kampung, yang kalau dipakai rasanya panas, dan begitu dicuci malah luntur warnanya.

    Saat di kasir, pasti pegawai kasir itu terheran menyaksikan Podin bersama keluarganya itu berbelanja pakaian sebegitu banyak. Padahal ini bukan lebaran. Tetapi orang ini sudah memborong pakaian. Habis uang berapa ini untuk membeli pakaian sebanyak itu. Ya, kalau rata-rata satu orang dibelikan sekitar lima potong pakaian, dikalikan enam orang, berarti sudah ada tiga puluh potong pakaian. Wah, jumlah yang sangat banyak. Pantas sampai harus membawa empat buah tas belanja.

    "Semuanya tiga juta delapan ratus lima puluh ribu, Pak ...." kata kasir yang sudah menghitung harganya. Tentu kasir itu berfikir, kok tidak sayang uang sebanyak itu untuk sekadar membeli pakaian. Tapi namanya orang kaya, kalau hanya sebesar empat juta, pasti jumlah uang yang sangat kecil.

    "Ini, Mbak .... Tolong hitungkan." kata Podin yang memberikan segepok uang kepada kasir.

    Tentu masih sisa banyak. Uang yang diberikan oleh Podin itu ada sekitar lima juta. Maka kasir itu pun memberikan sisa kembaliannya.

    "Ini, Pak .... Masih sisa banyak ...." kata kasir itu.

Hari itu, Podin sudah membahagiakan anak-anak dan istrinya, bersenang-senang di mall.

Episodes
1 Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2 Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3 Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4 Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5 EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6 Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7 EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8 EPISODE 8: MASUK BANK
9 EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10 EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11 EPISODE 11: BELI MOTOR
12 EPISODE 12: PERGI KE MALL
13 EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14 EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15 EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16 EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17 EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18 EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19 EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20 EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21 EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22 EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23 EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24 EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25 EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26 EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27 EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28 EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29 EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30 EPISODE 30: RENCANA GILA
31 EPISODE 31: TERDAMPAR
32 EPISODE 32: TAK SANGGUP
33 EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34 EPISODE 33: BERITA PILU
35 EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36 EPISODE 35: PIKNIK
37 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39 EPISODE 38: DIUSIR
40 EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41 EPISODE 40: SENAM
42 EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43 EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44 EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45 EPISODE 44: MINTA ANAK
46 EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47 EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48 EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49 EPISODE 48: MENCOBA LARI
50 EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51 EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52 EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53 EPISODE 52: CURIGA
54 EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55 EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56 EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57 EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58 EPISODE 57: MENANYA USAHA
59 EPISODE 58: MENATA WARUNG
60 EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61 EPISODE 60: ANAK ANEH
62 EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63 EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64 EPISODE 63: ULAH PODIN
65 EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66 EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67 EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68 EPISODE 67: MELAHIRKAN
69 EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70 EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71 EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72 EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73 EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74 EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75 EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76 EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77 EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78 EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79 EPISODE 78: TERJERAT
80 EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81 EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82 EPISODE 81: MINTA WARISAN
83 EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84 EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85 EPISODE 84: MASALAH LAGI
86 EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87 EPISODE 86: MENANTU BAIK
88 EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89 EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90 EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91 EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92 EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93 EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94 EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95 EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96 EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97 EPISODE 96: DITOLAK
98 EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99 EPISODE 98: BERUNTUNG
100 EPISODE 99: DITEMU ORANG
101 EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102 EPISODE 101: KENA GODAAN
103 EPISODE 102: AMBYAR
104 EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105 EPISODE 104: PLONG
106 EPISODE 105: CURHAT
107 EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108 EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109 EPISODE 108: MENCURI PETI
110 EPISODE 109: GAGAL
111 EPISODE 110: SELALU KOSONG
112 EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113 EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114 EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115 EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116 EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117 EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118 EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119 EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120 EPISODE 119: JADI MANGSA
121 EPISODE 120: MERAUP UANG
122 EPISODE 121: KETAGIHAN
123 EPISODE 122: MENCARI PETI
124 EPISODE 123: MASUK PENJARA
125 EPISODE 124: PODIN BEBAS
126 EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127 EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128 EPISODE 127: LEBIH LICIK
129 EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130 EPISODE 129: KETAKUTAN
131 EPISODE 130: DIUSIR
132 EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133 EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134 EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135 EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136 EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137 EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138 EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139 EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140 EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141 EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142 EPISODE 141: BINGUNG
143 EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144 EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145 EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146 EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147 EPISODE 146: KECEWA
148 EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149 EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150 EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151 EPISODE 150: HARI PERTAMA
152 EPISODE 151: BERIBADAH
153 EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154 EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155 EPISODE 154: USAHA BARU
156 EPISODE 155: SANTAI SAJA
157 EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158 EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159 EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160 EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161 EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162 EPISODE 161: GERHANA BULAN
163 EPISODE 162: PODIN HILANG
164 EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165 EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166 EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167 EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168 EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169 EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170 EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171 EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172 EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173 EPISODE 172: BIMBANG
174 EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175 EPISODE 174: HIDUP BARU
176 EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177 EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178 EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179 EPISODE 178: PENGAKUAN
180 EPISODE 179: PENGUPING
181 EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182 EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183 EPISODE 182: PODIN SEHAT
184 EPISODE 183: PODIN RAIB
185 EPISODE 184: BIJAKSANA
186 EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187 EPISODE 186: PERTEMUAN
188 EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189 EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190 EPISODE 189: CERITA ANAK
191 EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192 EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193 EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194 EPISODE 193: AKUR
195 EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196 EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197 EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198 EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199 EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200 EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201 EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202 EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203 EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204 EPISODE 203: JADI PENDIAM
205 EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206 EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207 EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208 EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209 EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210 EPISODE 209: PULAU ANEH
211 EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212 EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213 EPISODE 212: MASUK ISTANA
214 EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215 EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216 EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217 EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218 EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219 EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220 EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221 EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA
Episodes

Updated 221 Episodes

1
Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2
Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3
Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4
Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5
EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6
Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7
EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8
EPISODE 8: MASUK BANK
9
EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10
EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11
EPISODE 11: BELI MOTOR
12
EPISODE 12: PERGI KE MALL
13
EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14
EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15
EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16
EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17
EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18
EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19
EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20
EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21
EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22
EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23
EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24
EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25
EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26
EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27
EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28
EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29
EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30
EPISODE 30: RENCANA GILA
31
EPISODE 31: TERDAMPAR
32
EPISODE 32: TAK SANGGUP
33
EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34
EPISODE 33: BERITA PILU
35
EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36
EPISODE 35: PIKNIK
37
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39
EPISODE 38: DIUSIR
40
EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41
EPISODE 40: SENAM
42
EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43
EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44
EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45
EPISODE 44: MINTA ANAK
46
EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47
EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48
EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49
EPISODE 48: MENCOBA LARI
50
EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51
EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52
EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53
EPISODE 52: CURIGA
54
EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55
EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56
EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57
EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58
EPISODE 57: MENANYA USAHA
59
EPISODE 58: MENATA WARUNG
60
EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61
EPISODE 60: ANAK ANEH
62
EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63
EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64
EPISODE 63: ULAH PODIN
65
EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66
EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67
EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68
EPISODE 67: MELAHIRKAN
69
EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70
EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71
EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72
EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73
EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74
EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75
EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76
EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77
EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78
EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79
EPISODE 78: TERJERAT
80
EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81
EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82
EPISODE 81: MINTA WARISAN
83
EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84
EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85
EPISODE 84: MASALAH LAGI
86
EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87
EPISODE 86: MENANTU BAIK
88
EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89
EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90
EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91
EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92
EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93
EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94
EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95
EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96
EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97
EPISODE 96: DITOLAK
98
EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99
EPISODE 98: BERUNTUNG
100
EPISODE 99: DITEMU ORANG
101
EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102
EPISODE 101: KENA GODAAN
103
EPISODE 102: AMBYAR
104
EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105
EPISODE 104: PLONG
106
EPISODE 105: CURHAT
107
EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108
EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109
EPISODE 108: MENCURI PETI
110
EPISODE 109: GAGAL
111
EPISODE 110: SELALU KOSONG
112
EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113
EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114
EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115
EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116
EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117
EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118
EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119
EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120
EPISODE 119: JADI MANGSA
121
EPISODE 120: MERAUP UANG
122
EPISODE 121: KETAGIHAN
123
EPISODE 122: MENCARI PETI
124
EPISODE 123: MASUK PENJARA
125
EPISODE 124: PODIN BEBAS
126
EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127
EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128
EPISODE 127: LEBIH LICIK
129
EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130
EPISODE 129: KETAKUTAN
131
EPISODE 130: DIUSIR
132
EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133
EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134
EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135
EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136
EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137
EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138
EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139
EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140
EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141
EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142
EPISODE 141: BINGUNG
143
EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144
EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145
EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146
EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147
EPISODE 146: KECEWA
148
EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149
EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150
EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151
EPISODE 150: HARI PERTAMA
152
EPISODE 151: BERIBADAH
153
EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154
EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155
EPISODE 154: USAHA BARU
156
EPISODE 155: SANTAI SAJA
157
EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158
EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159
EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160
EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161
EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162
EPISODE 161: GERHANA BULAN
163
EPISODE 162: PODIN HILANG
164
EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165
EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166
EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167
EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168
EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169
EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170
EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171
EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172
EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173
EPISODE 172: BIMBANG
174
EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175
EPISODE 174: HIDUP BARU
176
EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177
EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178
EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179
EPISODE 178: PENGAKUAN
180
EPISODE 179: PENGUPING
181
EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182
EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183
EPISODE 182: PODIN SEHAT
184
EPISODE 183: PODIN RAIB
185
EPISODE 184: BIJAKSANA
186
EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187
EPISODE 186: PERTEMUAN
188
EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189
EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190
EPISODE 189: CERITA ANAK
191
EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192
EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193
EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194
EPISODE 193: AKUR
195
EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196
EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197
EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198
EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199
EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200
EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201
EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202
EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203
EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204
EPISODE 203: JADI PENDIAM
205
EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206
EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207
EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208
EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209
EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210
EPISODE 209: PULAU ANEH
211
EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212
EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213
EPISODE 212: MASUK ISTANA
214
EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215
EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216
EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217
EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218
EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219
EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220
EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221
EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!