Seperti halnya orang yan makan masakan yang enak, ketika dia kembali lapar, maka pastilah ia akan kembali menikmati masakan-masakan yang enak tadi. Seperti halnya Podin yang sudah menikmati enaknya harta karun yang berlimpah dengan jumlah uang yang tidak terhitung nilainya, maka ketika ia sudah kehabisan uang, tentu ia akan kembali untuk mendapatkan uang yang lebih besar lagi, tanpa mau berusaha, tanpa mau bersusah payah, tanpa mau bekerja, tanpa mau keluar keringat.
Dasarnya sifat Podin adalah pemalas, tidak mau bersusah-susah dalam bekerja. Maka ketika ada kakek yang baik hati, kakek kaya raya yang mau memberikan uang secara cuma-cuma, maka sifat serakahnya Podin langsung terlihat. Yaitu ingin memperoleh harta sebanyak-banyaknya, tanpa usaha ataupun bekerja.
Ya, saat Podin sudah tidak punya uang lagi, saat ia bingung karena harus mencari pekerjaan, dan pastinya tidak ada pekerjaan yang cocok untuk dirinya, maka ketika ia diberitahu oleh istrinya, kalau ada kakek tua yang datang ke rumahnya, Podin langsung teringat dengan kakek baik hati itu. Apalagi ketika ia juga kehilangan peti yang berisi harta karun yang dia simpan dalam lemari sudah tidak ada. Peti harta karun itu sudah menghilang. Itu berarti, kakek tua yang diceritan oleh istrinya yang sudah mengambilnya.
"Pasti peti yang sudah kosong itu akan diisi lagi dengan uang yang banyak oleh si kakek tua ...." begitu gumam Podin yang memang sangat berharap akan mendapat uang lagi.
Karena hasrat yang semankin menggebu untuk mendapatkan uang yang banyak itu, maka Podin berniat untuk kembali ke pulau yang ada bangunan istana itu, tempat tinggal kakek tua yang kaya raya tersebut. Pasti, kakek tua yang baik hati itu, yang bisa memberikan harta kekayaan, memberikan uang, memberikan emas permata, memberikan perhiasan-perhiasan yang beraneka rupa, sudah menyiapkan kembali peti harta karun yang pernah diangkat dan dibawa pilang oleh Podin.
Maka Podin yakin kalau dirinya nanti akan datang kembali ke istana milik si kakek tua itu, yang berada di tengah pulau yang belum ia ceritakan kepada siapapun, ia sudah disiapkan peti harta karun yang penuh uang. Podin berharap akan datang kembali ke pulai itu, untuk menemukan kakek itu, kemudian ia akan meminta harta kekayaannya lagi, akan meminta uangnya lagi, agar hidupnya kembali bergelimang uang. Bahkan Podin juga ingin agar menjadi lebih kaya dan lebih banyak uang lagi.
Tanpa pikir panjang, tanpa berkata-kata kepada istrinya, Podin langsung menghidupkan kendaraannya. Kemudian ia mengendarai sepeda motor itu melaju ke arah selatan. Melaju terus, semakin jauh dan semakin tidak diketahui oleh siapapun. Seperti halnya ketika ia dipesan oleh si Kakek pada saat pertama kali dia menuju Pulau yang dirahasiakan itu, kini Podin kembali menyusuri jalan ke arah selatan. Jalan yang sepi, jalan yang jarang dilalui oleh orang. Jalan yang bahkan seakan-akan tidak pernah dilewati oleh siapapun, hingga dalam waktu yang cukup lama, akhirnya Podin sampai juga di tepi pantai, tempat dulu ia pernah datang ke situ. Tempat di mana ia pernah dijemput oleh tukang perahu yang kemudian mengantarkannya menuju ke pulau yang kini sudah tampak oleh matanya. Pulau yang tertutup oleh rimbunnya tanaman bakau. Dimana dalam pulau itu terdapat istana yang sangat megah. Dan di dalam istana itu terdapat rahasia harta karun yang tak terhitung jumlahnya. Bahkan jika diingat waktu itu, Podin melihat sendiri, bahwa di dalam istana yang sangat megah itu terdapat banyak harta karun yang ada di dalam peti-peti harta karun yang tidak terhitung jumlahnya.
Podin juga masih ingat, waktu itu ia disuruh memilih untuk mengangkat peti harta karun yang ia sanggup mengangkat dan membawa peti pulang ke rumahnya.Namun kala itu, Podin hanya sanggup mengangkat peti harta karun yang paling kecil, yang hanya berisi uang dan beberapa gelang dan kalung saja.
Tetapi, kali ini niatan Podin datang ke pulau itu lagi, ia ingin mengambil harta karun sebanyak-banyaknya. Tidak hanya sekedar mengambil uang, tidak hanya sekedar mengangkat peti yang paling kecil, tetapi Podin ingin mengambil peti yang berisi perhiasan emas, intan dan permata, yang tentu harganya jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan jumlah uang yang ia dapat dari peti yang kecil itu. Niatan Podin ingin mengangkat peti yang paling besar, yang isinya berbagai perhiasan yang mahal-mahal.
Yah, namanya saja Podin. Dia itu orang pemalas yang ingin hidup enak. Dia itu serakah. Maka ia selalu ingin mendapatkan harta kekayaan yang paling banyak. Dia selalu ingin mendapatkan segala sesuatu yang paling mewah. Namun ia tidak pernah berpikir, bagaimana caranya untuk bisa mendapatkan harta karun yang sebanyak itu.
Setelah sampai di tepi pantai, Podin menghentikan sepeda motornya. Lantas ia memarkirkan sepeda motor itu di pinggir jalan yang hanya setapak lebarnya itu. Lalu ia menengok ke kanan dan ke kiri. Ia mengamati lautan yang ada di depannya. Ia mengamati pulau yang rimbun tertutup tanaman bakau tersebut. Ia kembali mencari, di mana tempat beradanya tukang perahu yang ia yakini sebagai karyawan dari kakek tua yang kaya raya itu? Ia mencari tukang perahu yang di yakini sebagai pegawai dari istana kerajaan yang ada di tengah pulau itu.
Namun beberapa kali ia menengok ke kanan dan ke kiri, mencari ke sisi pantai, belum juga mendapati orang yang dulu pernah mengangkutnya dengan naik perahu dari tepi pantai itu menuju ke pulau yang ia sudah inginkan untuk segera sampai di tempat yang menyimpan harta berlimpah.
Memang kalau diingat, waktu itu datangnya tukang perahu adalah saat matahari akan tenggelam. Dan saat ini, hari masih terlalu siang. Mungkin belum saatnya tukang perahu itu datang menjemput atau bahkan mungkin belum saatnya Podin diizinkan masuk ke dalam pulau yang tentu sangat dirahasiakan itu. Podin kembali berdiri di dekat motornya. Mungkin datangnya terlalu awal. Tentu Podin tetap ingin menunggu sampai datangnya tukang perahu itu.
"Mau ke mana, Pak ...?" tiba-tiba terdengar suara, ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Podin.
Podin tersenyum kepada orang itu yang sudah berada di dekatnya.
"Saya mau ke pulau itu .... Menunggu perahu yang mau ke sana, kok sampai saat ini belum ada yang datang." jawab Podin, tentu tetap merahasiakan niatannya.
"Mau pergi ke pulau itu?" tanya orang yang ada di dekat Podin itu.
"Ya ..., mau ke pulau itu. Mau piknik ...." jawab Podin yang tentu tetap merahasiakan niatnya.
"Piknik ...?! Piknik kok ke situ ...?! Memang Bapak tidak takut ...?" tanya laki-laki itu lagi.
"Memang kenapa ...?" tanya Podin yang pura-pura tidak tahu.
"Memang, Bapak belum tahu ya, itu pulau apa? Itu Pulau Berhala, Pak .... Tidak ada orang yang berani masuk ke pulau itu." kata orang itu yang tentu dengan nada agak menakutkan.
"Pulau Berhala ...?" Podin melongong setelah tahu nama pulau itu.
Ya, menurut penuturan banyak orang yang tinggal di daerah situ, pulau yang tertutup rimbunnya tanaman bakau tersebut, disebut orang sebagai Pulau Berhala. Sesuai dengan namanya, di pulau itu dihuni oleh banyak berhala. Konon setiap malam bulan purnama, saat bulan berada tepat di atas Pulau Berhala itu, masyarakat di perkampungan yang dekat dengan pulau itu, mendengar suara-suara aneh. Banyak yang mendengar jeritan-jeritan seperti orang yang disiksa. Tetapi yang paling membuat orang pada penasaran, saat sinar bulan purnama itu jatuh tepat di tengah pulau, dari Pulau Berhala itu keluar cahaya yang sangat terang, seakan sinar bulan purnama tersebut memantul ke banyak cermin warna warni, dan pantulan cahaya itu memendar terang di tengah pulau yang tertutup rapat oleh hutan bakau. Sehingga seolah-olah, di tengah pulau itu ada ribuan lampu-lampu yang sangat terang menyala secara bersamaan. Tepat di tengah pulau itu, terlihat sangat terang.
Bahkan juga, menurut penuturan para warga di sekitar pulau itu, mereka sering menyaksikan kejadian-kejadian aneh yang dilihatnya saat menjelang matahari akan tenggelam ataupun saat matahari akan terbit. Orang-orang di daerah sekitar Pulau Berhala itu sering menyaksikan adanya kapal hantu. Ya, kapal layar yang sangat besar, yang melintas di Pulau Berhala itu, seakan mengejar matahari yang akan tenggelam, atau berlari saat matahari akan terbit. Tetapi kapal layar yang besar itu melintas hanya sekejap. Beberapa saat dilihat, kapal itu langsung menghilang. Konon menurut dongeng orang-orang tua, kapal layar itu adalah kapal yang dikemudikan oleh prajurit siluman yang mengangkut harta karun untuk membangun kerajaan, membangun istana siluman di tengah Pulau Berhala itu.
Meski Pulau Berhala itu dekat dengan tempat tinggal orang-orang yang ada di sekitarnya, mereka tidak ada yang berani masuk ke Pulau Berhala. Mereka takut untuk melintas di pulau itu. Tentu karena cerita seram yang selalu disampaikan oleh para leluhurnya.
Diceritakan pula bahwa di Pulau Berhala konon banyak orang yang pernah datang ke tempat itu. Katanya akan mencari harta karun yang disembunyikan oleh para prajurit untuk kepentingan pribadinya. Namun orang-orang yang masuk ke Pulau Berhala itu, mereka tidak pernah kembali. Mereka tidak bisa pulang. Mereka tidak bisa keluar dari pulau itu. Konon, orang-orang yang nekat masuk ke Pulau Berhala, mereka akan ditangkap oleh prajurit-prajurit siluman, dan dijadikan budak di istananya. Setidaknya, orang-orang itu akan dijadikan mangsa berhala-berhala yang seram dan menakutkan.
"Ya .... Di pulau itu banyak berhala-berhala yang menyeramkan ...." kata laki-laki yang sudah dekat dengan Podin tersebut. Tentu laki-laki itu bercerita sambil terlihat ketakutan.
Podin tidak tahu, dan memang tidak perlu tahu. Podin juga tidak perlu percaya dengan cerita yang dikatakan oleh laki-laki itu. Dan memang jangan percaya. Karena Podin sudah tahu dengan mata kepalanya sendiri, kalau di tengah pulau itu memang terdapat istana yang di dalamnya berlimpah harta kekayaan yang tak ternilai jumlahnya. Podin justru berharap, agar warga di sekitar pulau itu tidak ada yang berani masuk. Karena di pulau itulah Podin sudah berniat akan mengambil seluruh harta kekayaannya.
Podin diam.Ia tidak menjawab. Podin hanya termangu mendengarkan penuturan laki-laki setengah baya yang mencoba mempengaruhinya tersebut. Dan jika Podin mengingat kembali ketika ia pertama kali datang ke pulau itu, yang dijemput oleh tukang perahu pada senja hari, tidak kapal besar yang melintas seperti yang diceritakan laki-laki itu. Yang datang menjemput Podin hanyalah perahu kecil uang hanya dijalankan dengan cara mendorong galah yang dipegangi oleh tukang perahu itu. Podin juga tidak mendengar suara jeritan-jeriyan orang yang disiksa. Temapt itu sepi. Tidak ada seorang pun yang berada di pulau itu.
Memang, saat Podin berada di tengah pulau itu, ia menyaksikan cahaya yang sangat terang. Tapi itui bukanlah cahaya yang dinyalakan oleh siluman-siluman pekerja kerajaan berhala, tetapi itu adalah lampu-lampu dari istana yang sangat gemerlapan sinarnya. Maka wajar jika gemerlapan cahaya lampu-lampu itu terlihat sampai di perkampungan mereka. Karena memang istana itu sangat megah dan gemerlap dengan aneka perhiasan yang menempel di dindingnya.
Dan Podin pun masih ingat betul bahwa di istana itu tidak ada manusia-manusia yang diperbudak. Bahkan Podin saat di istana itu tidak melihat orang sama sekali. Ia hanya mendengar suara si kakek tua yang menyuruhnya untuk memilih dan mengambil peti yang berisi harta karun.
Diam-diam, Podin merasa senang jika apa yang diceritakan oleh laki-laki itu, jika di kampungnya tidak ada orang yang berani masuk atau melintas ke Pulau Berhala. Tentu bagi Podin itu justru suatu kebetulan. Warga kampung tidak ada yang tahu tentang rahasia pulau itu. Mereka tidak tahu jika di tengah pulau yang mereka anggap sebagai Pulau Berhala itu, sebenarnya menyimpan banyak harta karun. Harta karun-harta karun itulah yang selalu ingin diambil oleh Podin.
"Jika boleh saya beri saran, sebaiknya Bapak tidak usah masuk ke Pulau Berhala. Di tengah Pulau Berhala itu setidaknya ada ribuan berhala-berhala yang senantiasa mencari mangsa. Kalau hanya mau piknik, pilihlah tempat piknik yang baik dan menyenangkan." kata lelaki itu yang tentu memberikan nasehat baik kepada Podin.
Podin diam. Ia mendengar cerita laki-laki itu, bukannya takut, tetapi justri seperti diberi tahu jika di tengah Pulau Berhala itu terdapat banyak harta. Siapapun yang memiliki harta itu, bangsa apapun yang sudah menaruh harta karun di istana itu, bagi Podin bukan menjadi soal. Yang penting baginya, ia bisa mengambil dan membawanya pulang. Toh kenyataannya, ia sudah pernah memanggulnya satu peti berisi uang dan berbagai perhiasan yang sangat banyak jumlahnya, yang tentu sudah memberikan kenikmatan dalam hidupnya.
"Ya sudah, Pak ...., pikir-pikir dulu .... Sebelum Bapak terlanjur memasuki Pulau Berhala itu .... Saya mau pergi dulu ya, Pak .... Saya harus mencari rumput untuk pakan ternak." kata laki-laki itu yang kemudian pergi meninggalkan Podin untuk merumput.
Podin tidak menjawab. Ia masih termangu dengan kata-kata yang diucapkan oleh laki-laki yang sudah menghampirinya itu. Niatannya untuk masuk ke dalam pulau itu menjadi ragu-ragu. Bingung antara mau masuk ke pulau itu, atau tidak jadi. Kalau dia pulang, berarti dia tidak akan mendapatkan uang lagi. Kalau tidak jadi masuk pulau itu, dia tidak akan mendapatkan harta kekayaan lagi. Tetapi tekad hatinya sudah bulat. Ia harus mengambil peti harta karun lagi, yang tentu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Cukup lama Podin termangu dalam kebingungan, saat tiba-tiba ada perahu kecil yang dijalankan oleh seorang laki-laki dengan caping keropak yang sangat besar, sehingga wajah orang itu tidak kelihatan.
"Hoeii ....!! Mau ikut apa tidak ...?!!" teriak laki-laki yang menjalankan perahu kecil tersebut.
"Ya ...!!" Podin menyahut. Tekadnya sudah bulat. Ia harus pulang dengan membawa peti harta karun yang lebih banyak.
Pengendara perahu kecil itu pun langsung menghalau perahunya dengan galah yang panjang yang selalu menempel di tangannya. Perahu kecil itu pun langsung bergerak menuju ke arah tempat berdirinya Podin. Lantas orang itu menyuruh Podin untuk segera naik ke atas perahu, karena sebentar lagi hari akan berubah menjadi gelap gulita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Kardi Kardi
hmmm. becareful din, dinnn
2024-05-14
1