EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU

    Setelah beberapa hari tinggal di perumahan itu, lama-kelamaan Podin mulai kenal dan paham tentang keadaan di perumahan. Bahkan dengan para satpam pun, ia juga kenal dan boleh dikatakan Podin malah lebih dikenal dan dekat dengan para satpam dan karyawan pegawai perumahan. Bahkan dengan satpam yang berjaga di gerbang depan, Podin sangat akrab. Tentu karena Podin hanyalah seorang laki-laki yang tidak bekerja alias pengangguran. Kerjaannya hanya ngantar dan menjemput anak sekolah, dan yang pasti ngantar istrinya pergi ke warung sebelah perumahan. Paling jauh ke pasar krempyeng untuk beli sayuran dan lauk pauk.

    Jika melihat sejarahnya, dulu Podin pun hanyalah sebagai seorang kuli bangunan. Tentu Hal itu membuat Podin bisa akrab bersama-sama duduk dengan para satpam itu. Berbeda dengan para penghuni Perumahan lainnya yang rata-rata adalah para pekerja yang sibuk, para pegawai yang berangkat pagi pulang malam, para pejabat yang selalu sibuk ngurusi kantor dan jarang pulang. Mereka pasti tidak sempat untuk ngobrol dengan satpam maupun karyawan. Mereka sudah disibukkan dengan pekerjaannya sendiri-sendiri.

    Itulah sebabnya, diantara penghuni-penghuni Perumahan itu, Podin lah yang paling dekat dengan para satpam maupun karyawan yang ada di perumahan itu. Tentu karena saking akrabnya dengan para satpam, maka gaya bahasa maupun tutur kata-katanya yang dilakukan oleh Podin dengan para satpam maupun karyawan, adalah percakapan antara teman dengan teman. Satpam yang ada di depan maupun para karyawan yang sering membersihkan Perumahan, menata taman serta menata segala macam urusan di perumahan, mereka sudah sangat biasa dan akrab dengan Podin. Itulah ketika seorang rakyat kecil yang kembali kumpul dengan rakyat kecil, orang biasa duduk bersama orang biasa, maka bahasanya pun bahasa seorang rakyat jelata yang tidak ada istilah unggah-ungguh. Antara satpam, karyawan dengan Podin, seperti tidak ada perbedaan.

    "Pak Podin .... Warga di perumahan sini, yang paling akrab dengan karyawan itu cuma Pak Podin, lho .... Saya senang dengan Pak Podin, yang walaupun orang kaya, tetapi mau duduk berdekatan bersama kami-kami ini ...." begitu kata salah seorang satpam yang berterus terang kepada Podin.

    "Memang bedanya apa ...? Saya manusia ..., kamu juga manusia .... Saya makan nasi ..., kamu juga makan nasi .... Sama, kan .... Tidak perlu membeda-bedakan ...." sahut Podin yang justru semakin dianggap baik oleh para satpam.

    "Yang membedakan rezekinya, Pak .... Pak Podin orang kaya, sementara saya ..., ya beginilah nasib ...." sahut satpam itu.

    Apalagi, diantara para penghuni di perumahan itu Podin yang sering merepotkan para satpam dan pegawai di situ. Podin sering minta bantuan karena tidak tahu cara pengoperasian peralatan rumah tangga di rumahnya. Bahkan Podin juga sering minta tolong ini dan itu. Pokoknya Podin itulah warga yang paling sering berurusan dengan para satpam dan karyawan perumahan. Makanya para satpam dan karyawan sangat hafal dengan Podin maupun keluarganya. Dan sekiranya bagi Podin atau keluarganya merasa ada hal yang dibutuhkan, maka tidak sungkan dan tidak malu, Podin pun sering bertanya dan sering meminta bantuan kepada para satpam itu. Terutama dalam hal urusan rumah tangga dan urusan kebutuhan-kebutuhan pribadi Podin. Tentu disisi lain, Podin juga sering membelikan rokok kepada para satpam itu. Makanya para satpam pun senang ketika diajak ngobrol oleh Podin.

    Hari berganti hari. Kehidupan Podin mulai berubah. Dan perubahan itu terlihat drastis. Dimulai sejarah Podin dari pola hidup yang dulu hanya sebagai seorang kuli bangunan dengan bayaran yang sangat kecil, yang tentu penghasilannya itu tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, kini Podin sudah berubah menjadi orang kaya dengan uang yang berlimpah. Uang yang dimiliki oleh Podin seakan tidak ada habis-habisnya. Maka gaya hidup Podin dan keluarganya pun berubah drastis. Dari gaya hidup saat itu yang serba kekurangan, hidup orang miskin yang selalu dipenuhi dengan tuntutan istrinya untuk beli bahan-bahan makanan, bahkan kehidupan yang serba kekurangan dengan hutang-hutang kepada para tetangganya, pinjam uang sana sini kepada para temannya. Itulah Podin ketika ia hanya menjadi seorang kuli bangunan dengan kehidupan yang sangat kekurangan, bahkan rumah pun hanya seperti gubuk. Itupun pemberian dari warga desa yang diamanatkan oleh Pak Lurah yang sudah memberikan tanah desa untuk didirikan bangunan khusus untuk Podin.

    Namun kini, Podin sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Kehidupan Podin sudah tidak seperti ketika ia miskin. Kehidupannya tidak seperti ketika ia hanya menjadi seorang kuli bangunan. Kehidupannya tidak seperti dulu yang selalu kekurangan bahkan banyak hutang. Kehidupannya tidak seperti dulu ketika kesulitan untuk memenuhi kebutuhan makan. Tetapi kini Podin sudah bergelimang harta benda. Tinggalnya di perumahan orang-orang kaya. Podin tinggal di rumah mewah dengan harta benda yang serba moderen. Bahkan mau apa saja bisa.

    Kini boleh dikatakan, kehidupan Podin sudah berubah. Gaya hidupnya sudah menjadi layaknya orang kaya beneran. Jangankan untuk membelikan pakaian buat anaknya. Jangankan untuk membelikan jajan untuk anak-anaknya. Bahkan ia juga sudah punya kendaraan serta berbagai barang perlengkapan rumah tangga yang sangat mahal-mahal. Namun namanya saja orang kaya baru, Podin inginnya hanya berfoya-foya. Podin inginnya hidup enak, hidup nyaman dan bersenang-senang. Maka apa yang menjadi hasratnya, Podin selalu ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan itu.

    Seperti halnya sore itu, ketika Podin duduk-duduk bersama dengan para satpam di pos gerbang depan, ada satpam yang bertanya bertanya, tentu pertanyaan yang menggelitik.

    "Maaf, Pak Podin .... Apa Pak Podin belum punya handphone?" tanya satpam itu pada Podin.

    "Walah ..., belum lah .... Saya kan belum butuh handphone." jawab Podin sambil tersenyum, tetapi dalam hatinya langsung tersirat bahwa dirinya sebenarnya harus punya handphone, sebagai orang kaya HP adalah gaya hidup.

    "Wee ..., Pak Podin itu bagaimana toh .... Yang namanya handphone itu sekarang kan kebutuhan hidup, Pak .... Kok Pak Podin yang sekaya itu tidak punya handphone itu bagaimana?" begitu kata satpam itu yang seolah agak mengejek Podin.

    "Lha bagaimana saya mau beli handphone, kalau tidak dipakai ...? Yang mau saya hubungi itu siapa? Yang mau saya telepon itu siapa? Saya itu kan tidak butuh nelpon orang-orang. Saya juga tidak punya banyak kenalan, kok .... Lha terus untuk apa harus beli HP ....? jawab Podin yang pura-pura tidak punya kenalan yang akan ditelepon. Padahal dalam benaknya, ia juga tersinggung kalau satpam saja punya HP kok dirinya yang lebih kaya malah tidak punya.

    "Loh ..., Pak Podin itu bagaimana toh ...? Yang namanya handphone itu kan tidak harus untuk komunikasi dengan relasi. Tetapi Pak Podin itu kan kadang-kadang juga butuh saya, kadang-kadang butuh karyawan yang membantu kebersihan, kadang-kadang juga butuh karyawan untuk memperbaiki rumahnya .... Lah kalau Pak Podin punya handphone, Pak Podin kan tidak perlu jauh-jauh jalan dari rumah menuju sini toh .... Pak Podin cukup pencet handphone, lantas Pak Podin bicara di handphone, maka kami, karyawan-karyawan siapapun yang dihubungi Pak Podin, tentu langsung datang ke rumah Pak Podin .... Kan tidak repot jalan kemari, Pak ...." begitu kata satpam itu yang tentu memberi gambaran kepada Podin.

    "Halah .... Kalau cuma urusan rumah, saya ke sini naik motor sebentar kan juga sudah sampai .... Kenapa harus pakai handphone segala macam? Itu kan malah boros namanya ...." begitu jawab Podin yang tentu selalu saja beralasan.

    "Maaf, Pak Podin .... Bukan saya itu menggurui orang kaya seperti Pak Podin ..., tetapi Pak, yang namanya handphone itu sekarang sudah jadi kebutuhan utama ..., penting .... Coba kalau Pak Podin punya handphone mau menghubungi Pak Mandor, tidak perlu repot-repot pergi ke tempat proyeknya Pak Mandor .... Cukup angkat handphone, pencet nomornya, hubungi Pak Mandor, mau disuruh apa, dia akan datang ..... Bahkan rembukan saja bisa menggunakan handphone, Pak Podin ...." tutur satpam itu lagi yang menambah Podin lebih paham tentang manfaat HP.

    "Iya ..., ya .... Memang sebenarnya HP itu ternyata juga penting ...." sahut Podin yang akhirnya mengalah.

    "Makanya, Pak Podin ..... Beli HP .... Yang bagus, Pak ...." kata satpam itu lagi.

    "Halah .... Apa gunanya HP mahal-mahal .... Yang penting itu kan bisa untuk telepon ...." Podin masih membantah. Tentunya untuk membeli HP sebenarnya dengan harga berapa saja bisa. Tetapi bagi Podin, lebih memikirkan beli mobil. Toh HP itu nantinya juga jarang digunakan, orang tidak punya relasi kerja.

    "Atau, ini, Pak ..... Seperti punya saya saja .... Ini harganya murah, tapi bandel, Pak .... Fiturnya juga bagus, aplikasinya lengkap .... Pokoknya ditanggung oke deh, Pak." begitu kata si satpam yang membujuk kepada Podin untuk beli HP.

    "Itu belinya di mana ...?" tanya Podin pada satpam itu.

    "Di counter banyak, Pak .... Kalau Pak Podin bingung, bagaimana kalau nanti malam atau besok saya antar ...?" kata si satpam itu lagi, yang tentu bermaksud agar dibelikan rokok.

    Setelah berbincang masalah pembelian handphone, tiba-tiba seorang satpam yang akan berjaga sore datang di tempat itu. Kebetulan Podin masih berada di tempat itu, ngobrol dengan si satpam.

    "Selamat sore, Pak Podin ...." sapa satpam yang baru saja datang itu. Tentu satpam ini juga akrab dengan Podin. Memang, warga di perumahan yang sering menemui satpam atau karyawan, bahkan ngobrol bareng, ya hanya Podin. Makanya Podin cukup terkenal di kalangan satpam maupun karyawan. Alasannya Podin orangnya unik. Walaupun uangnya banyak, walaupun dia kaya raya, bahkan jika dibandingkan dengan para tetangganya kira-kira uang Podin ini lebih banyak dari para tetangganya. Karena rumah yang dibeli oleh Podin itu termasuk salah satu rumah yang harganya paling mahal di komplek perumahan itu. Maka tidak heran kalau para satpam dan karyawan, bahkan para tetangganya, merasa bahwa Podin itu sebenarnya orang kaya tetapi sangat lugu dan seakan tidak tahu tentang kemajuan. Karena dia tidak mau hidup dengan gaya orang kaya yang suka menghambur-hamburkan uang, dengan penampilan yang selalu glamor, mobil mewah, pakaian bagus, bahkan para tetangganya itu juga sering berpesta pora.

    Sangat berbeda dengan Podin, yang gaya hidupnya benar-benar mirip rakyat biasa. Belanjanya saja hanya di warung pinggiran perumahan, yang merupakan warung langganan orang-orang kampung. Istrinya Podin pun tidak gengsi ketika belanja di warung pinggiran itu. Pakaian yang dikenakan saja juga seadanya, hanya pakai daster lusuh, yang kadang-kadang ada bagian yang robek, tidak seperti tetangga-tetangga di perumahannya. Bahkan anak-anaknya Podin juga tidak gengsi kalaupun misalnya akan berangkat atau pilang sekolah hanya dengan naik angkutan umum. Bahkan Podin pun hanya punya kendaraan motor bebek, yang terkadang motor bebek itu dimuati enam orang sekaligus, ya Pak Podin, ya istrinya, serta empat orang anaknya sekaligus. Kalau misalnya kendaraannya itu bisa ngomong, maka pasti kendaraan itu akan mengatakan "Aduh beratnya".

    "Pak Udin .... Pak Pudin itu kan orang kaya ..., uangnya banyak ..., rumahnya saja mewah dan mahal .... Tetapi kenapa Pak podin tidak beli mobil? Padahal anaknya Pak Pudin saja ada emapat .... Saya itu kalau melihat Pak Podin berboncengan dengan istri dan empat orang anaknya, kasihan, tapi juga ingin tertawa sendiri  .... Mosok motor bebek seperti itu diboncengi berenam, kan ya berat Pak .... Kok Pak Podin tidak beli mobil? Biar muat banyak, anak-anaknya pun juga leluasa di dalam mobil, dan tentu Pak Podin juga tidak repot untuk memboncengkan anak-anaknya ...." begitu kata si satpam itu yang tentu juga heran dengan Podin. Orang kaya kok tidak mau beli mobil.

    "Waduh ...?! Beli mobil ...?! Lah, saya itu belum bisa nyupir .... Kalau beli mobil terus bagaimana caranya menjalankan ...?" begitu sahut Podin yang berterus terang karena memang belum bisa menyetir mobil.

    "Walah, Pak Podin .... Sekarang itu kan zaman gampang, zaman enak, tidak usah latihan nyupir, Pak Podin cukup panggil orang jadi sopir pribadi. Enak kan, Pak ...." kata si satpam itu.

    "Masalahnya itu ..., kalau saya sampai harus punya sopir, kan juga harus bayar .... Lah uangnya dari mana? Uang siapa yang digunakan untuk bayar sopir? Sahut Podin yang tentu juga protes kalau dia sampai membayar sopir pribadi setiap bulannya.

    "Ya ..., Pak Podin latihan nyopir ...,  biar bisa nyopir sendiri." kata si satpam itu lagi.

    "Lah ..., kalau itu saya setuju .... Tapi latihan nyopirnya di mana? Kamu tahu nggak tempat latihan nyopir? Biar saya bisa nyopir .... Nanti kalau saya sudah bisa nyopir, saya akan beli mobil sendiri ...." kata Podin yang tentu bersemangat.

    "Walah, Pak Podin .... Sekarang itu yang namanya kursus nyetir kan ada di mana-mana ..., banyak Pak .... Bahkan kalau Pak Podin mau, panggil saja secara pribadi .... Namanya kursus setir mobil private. Pasti gampang. Pak .... Nanti Pak Podin akan dilayani secara khusus." kata satpam itu.

    "Memang ada yang seperti itu?" tanya Podin yang tentu langsung tertarik.

    "Banyak, Pak Podin .... Ada, Pak .... Kalau ndak percaya nanti saya teleponkan ke teman saya, biar teman saya yang ngajari secara khusus pada Pak Podin." kata satpam itu.

    "Bayarnya mahal nggak?" tanya Podin yang tentu juga memikirkan ongkosnya.

    "Ya murah lah Pak .... Cuman kursus mobil saja kok mahal ...." sahut satpam itu lagi.

    "Ya sudah ..., kalau begitu tolong, saya dihubungkan sama temanmu itu. Biar nanti saya bisa kursus nyetir.  Nanti kalau saya sudah bisa nyopir, saya akan ajak keliling kalian semua .... Hehehe ...." kata Podin yang tentu langsung senang karena sudah mendapat gambaran ada orang yang akan mengajari setir mobil.

    Setelah pulang dari pos satpam, kemudian Podin masuk ke ruang keluarga bersama dengan anak dan istrinya yang sedang menonton TV, menyaksikan siaran televisi. Lantas Podin pun bilang kepada istrinya terkait dengan keinginannya untuk beli HP, kursus menyetir, dan tentu beli mobil.

    "Bu ..., besok saya mau beli HP." begitu kata Podin yang mengawali pembicaraan dengan istrinya di ruang keluarga, tentu dengan suara agak perlahan, karena khawatir ditolah oleh istrinya.

    Sambil menonton siaran televisi, tentu istrinya yang mendengar kata-kata Podin itu kurang begitu jelas.

    "Beli apa, Pak ...?" tanya istrinya yang mungkin saja kurang mendengar atau tidak paham dengan yang dikatakan suaminya.

    "Beli HP, Buk ...." kata Podin mempertegas kata-katanya.

    Tentu anak-anaknya juga mendengar kata-kata bapaknya yang akan membeli HP. Maka justru anak-anaknya yang langsung bereaksi.

    "Iya, Pak .... Beli HP ...." sahut Eko, anaknya yang paling besar.

    "Asik .... Bapak mau beli HP ...." anak-anaknya pun ikut gembira karena sebentar lagi bapaknya akan membeli HP.

    "Pak ..., besok kalau sudah beli HP, saya pinjam ya, Pak .... Untuk main game ...." kata anaknya yang nomor dua, tentu dia sudah pernah melihat teman-temannya main game dengan menggunakan HP.

    "Lho .... HP kok dibuat main game .... Itu apa bisa ...?" tanya Podin pada anaknya.

    "Bisa, Pak .... Itu teman-teman saya sering main game di HP ...." sahut Dewi yang tentu sudah pernah melihat temannya bermain HP.

    "Kok beli HP segala itu mau buat apa, Pak ...? tanya istrinya yang tentu agak kurang setuju.

    "Masalahnya kalau kita tidak punya HP, kita kesulitan berkomunikasi, Bu .... Kalau di rumah kita ada masalah, tidak perlu nyari ke sana kemari, tapi kita tinggal pencet HP, satpam atau karyawan langsung datang. Tadi saya ditanya sama satpam, nomor HP-nya berapa? Tapi saya kan tidak punya HP .... Terus mereka itu menceritakan kalau mau apa-apa, butuh apa-apa, kalau punya HP tinggal pencet, tinggal telepon, tidak perlu wira-wiri sana kemari. Seperti yang biasa dilakukan oleh para tetangga kita .... Rasa-rasanya betul juga, Bu .... Makanya saya juga kepengin beli HP." kata Podin yang menjelaskan pada istrinya.

    "Ya ..., terserah Bapak .... Kalau Bapak masih punya uang, ya silakan saja beli HP." sahut istrinya tanpa berekspresi.

    "Buk .... Saya renacananya juga mau kursus setir mobil ...." kata Podin lagi pada istrinya.

    "Apa itu, Pak ...?" tanya istrinya yang memang kurang begitu perhatian dengan ucapan suaminya, karena lebih asik menyaksikan TV yang acaranya lebih menarik.

    "Belajar nyopir ...." kata Podin agak dikeraskan dan ditempelkan di telinga istrinya.

    "Iih .... Buat apa ...?" tanya istrinya.

    "Ya, biar saya bisa nyopir ...." jawab Podin.

    "Memang kalau sudah bisa nyopir, Bapak mau nyopir angkot ...?" tanya istrinya, yang tentu tidak tahu tujuan suaminya.

    "Ya, kalau sudah bisa nyopir, nanti saya mau beli mobil, Bu ...." jawab Podin.

    "Walah ..., mau beli mobil ...? Yang bener, Pak ...?!" istrinya langsung mendekat, dan tentu langsung berminat mendengar kata-kata suaminya itu.

    "Rencananya begitu, Buk .... Anak kita ada empat .... Sebentar lagi pasti pada besar-besar .... Motor kita sudah tidak muat kalau dibuat berboncengan orang satu keluarga. Makanya, saya ingin punya mobil, kalau bepergian satu keluarga tidak repot dan tidak perlu sewa taksi." kata Podin yang tentu sangat bisa diterima oleh istrinya. Apalagi di perumahan itu, hanya keluarga Podin yang tidak punya mobil.

    "Iya, Pak .... Saya setuju .... Saya senang, Pak ...." kata istrinya yang tentu sangat gembira, karena akan dibelikan mobil.

    "Bapak mau beli mobil ...? Asiiikk ...." anak-anaknya ikut bergembira mendengar kabar bapaknya akan beli mobil.

    Ya, tentu keluarga Podin saat ini sedang diberi kenikmatan. Segala sesuatu yang diinginkan, bisa dibelinya. Bahkan tidak perlu bekerja, tidak perlu mengucurkan keringat. Uang yang didapatkan dari peti harta karun yang diambil oleh Podin, masih cukup untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Mau beli ini beli itu, ingin ini ingin itu, gampang. Podin dan keluarganya benar-benar menikmati kehidupan yang sangat menyenangkan.

Terpopuler

Comments

Kardi Kardi

Kardi Kardi

hati-hati kanggg

2024-05-14

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2 Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3 Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4 Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5 EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6 Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7 EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8 EPISODE 8: MASUK BANK
9 EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10 EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11 EPISODE 11: BELI MOTOR
12 EPISODE 12: PERGI KE MALL
13 EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14 EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15 EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16 EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17 EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18 EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19 EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20 EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21 EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22 EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23 EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24 EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25 EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26 EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27 EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28 EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29 EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30 EPISODE 30: RENCANA GILA
31 EPISODE 31: TERDAMPAR
32 EPISODE 32: TAK SANGGUP
33 EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34 EPISODE 33: BERITA PILU
35 EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36 EPISODE 35: PIKNIK
37 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39 EPISODE 38: DIUSIR
40 EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41 EPISODE 40: SENAM
42 EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43 EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44 EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45 EPISODE 44: MINTA ANAK
46 EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47 EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48 EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49 EPISODE 48: MENCOBA LARI
50 EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51 EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52 EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53 EPISODE 52: CURIGA
54 EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55 EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56 EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57 EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58 EPISODE 57: MENANYA USAHA
59 EPISODE 58: MENATA WARUNG
60 EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61 EPISODE 60: ANAK ANEH
62 EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63 EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64 EPISODE 63: ULAH PODIN
65 EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66 EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67 EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68 EPISODE 67: MELAHIRKAN
69 EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70 EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71 EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72 EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73 EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74 EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75 EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76 EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77 EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78 EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79 EPISODE 78: TERJERAT
80 EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81 EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82 EPISODE 81: MINTA WARISAN
83 EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84 EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85 EPISODE 84: MASALAH LAGI
86 EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87 EPISODE 86: MENANTU BAIK
88 EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89 EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90 EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91 EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92 EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93 EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94 EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95 EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96 EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97 EPISODE 96: DITOLAK
98 EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99 EPISODE 98: BERUNTUNG
100 EPISODE 99: DITEMU ORANG
101 EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102 EPISODE 101: KENA GODAAN
103 EPISODE 102: AMBYAR
104 EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105 EPISODE 104: PLONG
106 EPISODE 105: CURHAT
107 EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108 EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109 EPISODE 108: MENCURI PETI
110 EPISODE 109: GAGAL
111 EPISODE 110: SELALU KOSONG
112 EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113 EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114 EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115 EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116 EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117 EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118 EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119 EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120 EPISODE 119: JADI MANGSA
121 EPISODE 120: MERAUP UANG
122 EPISODE 121: KETAGIHAN
123 EPISODE 122: MENCARI PETI
124 EPISODE 123: MASUK PENJARA
125 EPISODE 124: PODIN BEBAS
126 EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127 EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128 EPISODE 127: LEBIH LICIK
129 EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130 EPISODE 129: KETAKUTAN
131 EPISODE 130: DIUSIR
132 EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133 EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134 EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135 EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136 EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137 EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138 EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139 EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140 EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141 EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142 EPISODE 141: BINGUNG
143 EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144 EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145 EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146 EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147 EPISODE 146: KECEWA
148 EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149 EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150 EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151 EPISODE 150: HARI PERTAMA
152 EPISODE 151: BERIBADAH
153 EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154 EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155 EPISODE 154: USAHA BARU
156 EPISODE 155: SANTAI SAJA
157 EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158 EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159 EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160 EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161 EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162 EPISODE 161: GERHANA BULAN
163 EPISODE 162: PODIN HILANG
164 EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165 EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166 EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167 EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168 EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169 EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170 EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171 EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172 EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173 EPISODE 172: BIMBANG
174 EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175 EPISODE 174: HIDUP BARU
176 EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177 EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178 EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179 EPISODE 178: PENGAKUAN
180 EPISODE 179: PENGUPING
181 EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182 EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183 EPISODE 182: PODIN SEHAT
184 EPISODE 183: PODIN RAIB
185 EPISODE 184: BIJAKSANA
186 EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187 EPISODE 186: PERTEMUAN
188 EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189 EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190 EPISODE 189: CERITA ANAK
191 EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192 EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193 EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194 EPISODE 193: AKUR
195 EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196 EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197 EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198 EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199 EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200 EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201 EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202 EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203 EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204 EPISODE 203: JADI PENDIAM
205 EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206 EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207 EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208 EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209 EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210 EPISODE 209: PULAU ANEH
211 EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212 EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213 EPISODE 212: MASUK ISTANA
214 EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215 EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216 EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217 EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218 EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219 EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220 EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221 EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA
Episodes

Updated 221 Episodes

1
Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2
Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3
Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4
Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5
EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6
Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7
EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8
EPISODE 8: MASUK BANK
9
EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10
EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11
EPISODE 11: BELI MOTOR
12
EPISODE 12: PERGI KE MALL
13
EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14
EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15
EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16
EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17
EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18
EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19
EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20
EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21
EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22
EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23
EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24
EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25
EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26
EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27
EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28
EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29
EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30
EPISODE 30: RENCANA GILA
31
EPISODE 31: TERDAMPAR
32
EPISODE 32: TAK SANGGUP
33
EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34
EPISODE 33: BERITA PILU
35
EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36
EPISODE 35: PIKNIK
37
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39
EPISODE 38: DIUSIR
40
EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41
EPISODE 40: SENAM
42
EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43
EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44
EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45
EPISODE 44: MINTA ANAK
46
EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47
EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48
EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49
EPISODE 48: MENCOBA LARI
50
EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51
EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52
EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53
EPISODE 52: CURIGA
54
EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55
EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56
EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57
EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58
EPISODE 57: MENANYA USAHA
59
EPISODE 58: MENATA WARUNG
60
EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61
EPISODE 60: ANAK ANEH
62
EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63
EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64
EPISODE 63: ULAH PODIN
65
EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66
EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67
EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68
EPISODE 67: MELAHIRKAN
69
EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70
EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71
EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72
EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73
EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74
EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75
EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76
EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77
EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78
EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79
EPISODE 78: TERJERAT
80
EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81
EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82
EPISODE 81: MINTA WARISAN
83
EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84
EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85
EPISODE 84: MASALAH LAGI
86
EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87
EPISODE 86: MENANTU BAIK
88
EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89
EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90
EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91
EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92
EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93
EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94
EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95
EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96
EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97
EPISODE 96: DITOLAK
98
EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99
EPISODE 98: BERUNTUNG
100
EPISODE 99: DITEMU ORANG
101
EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102
EPISODE 101: KENA GODAAN
103
EPISODE 102: AMBYAR
104
EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105
EPISODE 104: PLONG
106
EPISODE 105: CURHAT
107
EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108
EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109
EPISODE 108: MENCURI PETI
110
EPISODE 109: GAGAL
111
EPISODE 110: SELALU KOSONG
112
EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113
EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114
EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115
EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116
EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117
EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118
EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119
EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120
EPISODE 119: JADI MANGSA
121
EPISODE 120: MERAUP UANG
122
EPISODE 121: KETAGIHAN
123
EPISODE 122: MENCARI PETI
124
EPISODE 123: MASUK PENJARA
125
EPISODE 124: PODIN BEBAS
126
EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127
EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128
EPISODE 127: LEBIH LICIK
129
EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130
EPISODE 129: KETAKUTAN
131
EPISODE 130: DIUSIR
132
EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133
EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134
EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135
EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136
EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137
EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138
EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139
EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140
EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141
EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142
EPISODE 141: BINGUNG
143
EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144
EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145
EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146
EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147
EPISODE 146: KECEWA
148
EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149
EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150
EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151
EPISODE 150: HARI PERTAMA
152
EPISODE 151: BERIBADAH
153
EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154
EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155
EPISODE 154: USAHA BARU
156
EPISODE 155: SANTAI SAJA
157
EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158
EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159
EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160
EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161
EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162
EPISODE 161: GERHANA BULAN
163
EPISODE 162: PODIN HILANG
164
EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165
EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166
EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167
EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168
EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169
EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170
EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171
EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172
EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173
EPISODE 172: BIMBANG
174
EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175
EPISODE 174: HIDUP BARU
176
EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177
EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178
EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179
EPISODE 178: PENGAKUAN
180
EPISODE 179: PENGUPING
181
EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182
EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183
EPISODE 182: PODIN SEHAT
184
EPISODE 183: PODIN RAIB
185
EPISODE 184: BIJAKSANA
186
EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187
EPISODE 186: PERTEMUAN
188
EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189
EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190
EPISODE 189: CERITA ANAK
191
EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192
EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193
EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194
EPISODE 193: AKUR
195
EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196
EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197
EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198
EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199
EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200
EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201
EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202
EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203
EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204
EPISODE 203: JADI PENDIAM
205
EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206
EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207
EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208
EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209
EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210
EPISODE 209: PULAU ANEH
211
EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212
EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213
EPISODE 212: MASUK ISTANA
214
EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215
EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216
EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217
EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218
EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219
EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220
EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221
EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!