EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU

    Setelah menutup pintu, Podin langsung mengajak anak-anak dan istrinya, menunjukkan isi yang ada di dalam rumah itu kepada istri dan anaknya. Tentu ingin memamerkan barang-barang serta perabot yang ada di rumah mewah itu.

    "Buk ..., Eko ..., Dewi ..., Asri ....Coba lihat ini .... Ini namanya ruang tamu. Lihat kursinya, bagus-bagus, kan ...." kata Udin kepada anak-anaknya dan istrinya yang masih menggendong Antok, anaknya yang paling kecil.

    Mereka langsung mencoba duduk di atas kursi yang ada di ruang tamu itu.

    "Waah ..., kursinya bagus, enak sekali .... kursinya empuk, Pak ...." kata Isti pada suaminya, yang sudah mencoba duduk, bahkan pantantnya sudah berkali-kali dipentalkan di ataskusi itu.

    Lantas anak-anaknya juga pada duduk di kursi tamu yang bagus itu, tentu mereka sangat ingin mencoba bisa duduk di kursi yang bagus tersebut. Dan mereka pun langsung pada tersenyum senang. Bahkan ada yang tertawa girang. Selama ini di rumahnya memang belum pernah ada kursi. Kalaupun ada, itu hanya kayu papan bekas yang dibuat oleh Podin dengan sangat sederhana. Yang penting bisa untuk duduk. Dan kini, mereka telah melihat kursi yang empuk, melihat kursi yang bagus, yang sebelumnya tidak pernah ia ketahui.

    "Lihat ..., lihat .... Wah ..., ini kursi yang bagus, Pak .... Ini kursi yang empuk, Pak ...." lantas anak-anaknya itu pada bermain naik turun di atas kursi yang ada di ruang tamu itu, kursi yang memang besar dan sangat bagus.

    "Nah ..., coba sekarang kita melihat kamar-kamar tidurnya .... Ayo ..., sini .... Yang ini nanti untuk kamar tidur Mas Eko." kata Podin pada anaknya yang paking besar.

    "Untuk saya, Pak ....?!" Eko menyahut bapaknya, yang tentu kurang percaya. Karena selama ini, mereka berenam, bapak, ibu dan anak-anaknya, tidur di ats satu dipan yang reyot itu.

    "Iya .... Untuk kamu, Mas Eko .... Bagus, kan ...." kata bapaknya, tangannya sambil menekan-tekan kasurnya yang bagus dan empuk.

     "Walah .... Bagus sekali, Pak ...." Eko langsung mencoba duduk di atas kasur yang empuk itu. Lantas juga merebahkan tubuhnya, seperti seolah mau tidur. Tubuhnya digelimpangkan ke kanan dan ke kiri.

    "Wah .... Kasurnya empuk banget  .... Enak, Bu ...." kata anaknya yang sudah bergelimpangan di kasur mewah itu.

    Lantas Eko berusaha untuk merentangkan tubuhnya di atas kasur Itu, menikmati enaknya tidur di atas kasur orang kaya. Kasur dari spring bed yang sangat empuk dan tentu kalau digunakan untuk tidur akan nyenyak serta  tidak akan bangun-bangun. Pasti besok pagi tidurnya molor.

    "Coba, sekarang kamu lihat yang ini .... Di dalam kamar tidur ini, sudah terdapat kamar mandinya. Jadi kamu tidak perlu pergi kemana-mana lagi untuk mandi. Tidak seperti dulu, kalau mau mandi kamu harus pergi ke sungai lebih dahulu, harus jalan ke tempat yang jauh. Nanti capek, dan berkeringat lagi. Nah ..., sekarang coba ..., ini lihat .... Kamar mandinya ada di dalam kamar tidur. Sangat bagus .... Ini ..., diputar kerannya ..., langsung mengeluarkan air ...." begitu kata Podin yang langsung mencoba membuka keran yang ada di kamar mandi itu. Akibatnya, air pun langsung mengucur, mengalir membasahi tubuh anaknya yang kebetulan berada di bawah sower yang ada di atasnya.

    "Waduh .... Basah ini tubuh saya, Pak ...!" begitu seru Eko yang terkena air dari sower, sehingga pakaiannya menjadi basah.

    "Hahaha .... Itu artinya Eko disuruh mandi. Pasti tadi pagi belum mandi .... Ayo ..., sekarang sana ..., coba mandi sekalian .... Mencoba kamar mandi itu .... Kamu coba mandi dengan menggunakan air yang mengalir dari kran, yang tinggal memutar saja langsung keluar airnya." kata Podin pada anaknya yang sudah basah bajunya itu.

    Akhirnya Eko langsung membuka baju yang basah itu. Kemudian ia langsung mandi, mengguyurkan tubuhnya di bawah kucuran air yang mancur dari atas kepalanya. Dan kebetulan di kamar mandi itu memang sudah tersedia sabun cair dan sampo yang menempel di dinding kamar mandi itu. Sehingga kalau mau menggunakan tinggal memencet, maka akan keluar sabun atau sampo yang dikehendaki.

    "Ini caranya kalau mau sabunan bagaimana, Pak?" tanya anaknya yang tentu masih bingung.

    "Mas Eko bingung .... Mas Eko tidak tahu ...." adik-adiknya meledekki kakaknya yang tentu sebenarnya adik senang. Lantas adik-adiknya itu juga ikut membasahkan tubuhnya di tempat mandi itu. Mereka bertiga langsung bermain air, mandi dengan menggunakan sower yang airnya mengalir dari atas.

    "Walah .... Lha kok semuanya terus pada mandi ini bagaimana ...?" kata ibunya yang hanya melihat dari luar kamar mandi, karena masih menggendong adiknya yang kecil.

    Tentu anak-anak terlihat senang, bisa mandi bersama tiga anak itu, yang tentu sambil gojekan.

    "Pak ..., caranya mengeluarkan sabun bagaimana ...? tanya anak-anaknya yang sudah pada bermain air di kamar mandi itu.

    "Coba dipencet-pencet ...!" kata bapaknya yang senang menyaksikan anak-anaknya bergembira mandi di kamar mandi itu.

    Memang sebenarnya, Podin sendiri juga belum tahu caranya untuk mengeluarkan sabun ataupun sampo. Tetapi Podin mencoba mengajari anaknya untuk memencet tombol tempat sabun itu, agar sabun itu keluar dari wadahnya.

    "Nah, begini .... Gampang, kan ...." kata Podin yang sudah mempraktekkan untuk mengeluarkan sabun dari botol yang menempel di dinding tersebut.

    Memang seperti itu. Orang kaya itu kalau mandi serba enak. Apa-apa dimudahkan. Sarananya serba bagus. Dan pasti, anak-anak Podin itu langsung mencoba berbagai benda yang ada di dalam kamar mandi tersebut, termasuk memutar-putar kran, sehingga airnya bisa mati, bisa mengalir kecil, bahkan bisa mengalir sangat deras.

    "Lhoh, Pak .... Airnya kok jadi panas?" Anak-anaknya kaget. Tiba-tiba saja air yang keluar dari kran itu berubah jadi panas. Maka mereka langsung berhenti. Tidak berani lagi berada di bawah kran yang secara tiba-tiba mengeluarkan air panas tersebut.

    "Lhah ..., lha kok iya .... Kenapa ini? Sudah ..., pada mentas semua dulu .... Nanti kalau kepanasan bisa mlocot, kalian ...." tentu Podin yang juga tidak tahu, langsung menyuruh anak-anaknya keluar dari kamar mandi. Lantas Podin mematikan kran yang masih mengalir itu, dan tentu khawatir dengan air yang panas tersebut.

    Memang, sebenarnya saat anak-anaknya tadi pada bermain, ada yang memutar kran berwarna merah. Itu adalah kran air panas. Tetapi mereka tidak sadar, sehingga saat mesin pemanas menyala, dan mengeluarkan air panas, maka mereka jadi terkejut dan takut. Air yang mengalir dari keran itu, yang tiba-tiba berubah menjadi panas, tentu membingungkan mereka semua. Podin pun takut kalau tubuh anaknya kepanasan akan melepuh.

    Podin yang memang tidak paham, menjadi bingung. Ia juga belum tahu dari mana asalnya bisa keluar air yang panas itu. Maka Podin segera mematikan kran air itu, agar anaknya tidak kepanasan. Setelah Podin mematikan keran yang ada di situ, ia mencoba mencari, sebenarnya dari mana asal keluarnya air panas itu. Tetapi berkali-kali dia mengamati, justru menambah dirinya semakin bingung. Belum tahu juga. Maka ia pun untuk sementara melarang anaknya agar tidak mandi di kamar mandi itu dulu.

    "Wah ..., ini gawat .... Untuk sementara jangan pada mandi dulu ya .... Di dalam kamar mandi ini ada yang aneh .... Karena airnya bisa panas ..., airnya menakutkan.... Tiba-tiba saja panas begitu. Sudah, besok mandinya di kamar mandi yang lain saja." kata Podin pada anak-anaknya.

    "Loh, kok bisa seperti itu ya, Pak .... Jangan-jangan rumah ini ada yang nunggu ...." kata istrinya yang tentu juga ikut takut.

    "Iya, Pak .... Kenapa bisa seperti itu ya, Pak ..... Saya jadi takut ...." anaknya juga menimpa, karena juga ketakutan.

    Lantas anaknya mencoba untuk memegang keran pada bagian yang dibetulkan oleh bapaknya. Tetapi tidak ada rasa panas di sana. Itu berarti memang ada yang aneh dengan rumah itu.

    "Rumahnya orang kaya itu aneh ya, Pak .... Mosok air untuk mandi bisa panas sendiri." anak-anaknya pun menjadi bingung dan keheranan dengan kejadian itu, yang tentu membuat mereka semakin ketakutan.

    "Ya sudah .... Sana pada ganti pakaian .... Biar rapi, ganteng dan cantik ...." kata bapaknya yang menyuruh anak-anaknya berganti pakaian.

    "Pakaiannya cuman kayak begini, Pak .... Sudah lusuh dan jelek ...." tiba-tiba anak perempuannya bilang seperti itu, protes kalau pakaiannya sudah tidak pantas.

     "Besok kita beli pakaian yang baru-baru .... Yang bagus-bagus .... Tidak seperti pakaian ini .... Besok kita pergi ke supermarket ..., ke mall untuk beli pakaian. Biar pakaianmu itu tidak seperti gembel lagi. Sekarang kalian adalah anaknya Pak Podin yang kaya raya .... Maka pakaian kamu harus bagus-bagus." begitu kata Podin pada anak-anaknya.

    "Iya, Pak ..., aku setuju .... Aku ikut ya, Pak ...." istrinya langsung nyaut, yang tentu akan senang kalau ia diajak pergi ke mall. Karena selama ini, dia memang belum pernah masuk ke supermarket atau mall.

    "Ya .... Besok kita berangkat bareng-bareng .... Besok kita nyewa taksi." begitu jawab Podin pada istri dan anak-anaknya.

    "Asiiiiik ....." begitu sahut anak-anaknya yang tentu senang akan diajak pergi ke mall, akan dibelikan pakaian-pakaian yang baru.

    Setelah anak-anaknya selesai berganti pakaian, lalu Podin menunjukkan kamar yang kedua.

    "Nah .... Kamar yang ini nanti untuk tempat tidurnya Dewi sama adik Asri .... Anak perempuan tidurnya sama perempuan ...." begitu kata Podin pada Dewi dan adiknya yang langsung masuk ke kamar itu dan juga langsung mencoba naik ke atas kasurnya.

    "Asiiik .... Iya, Pak. Terima kasih, Pak .... Saya bisa tidur di kamar yang bagus." begitu ucap Dewi, anak perempuannya yang baru sekolah kelas dua SD.

    "Kalau Ibu ..., tidur di mana ....? tanya Isti yang masih menggendong bayinya.

    "Ibu nanti tidur sama Bapak, sama Antok .... Kan adik masih kecil. Adik masih ***** sama Ibu .... Maka harus tidur dikeloni sama Ibu." jawab Podin.

    "Kamarnya yang mana, Pak ...? tanya istrinya.

    "Coba lihat sini .... Ini kamar Bapak dan Ibu sama Antok ...." jawab Podin sama menunjukkan kamar yang langsung dibuka itu kepada istrinya.

    "Waah .... Bagus sekali, Pak ...." Isti langsung masuk ke kamar itu. Langsung duduk di kasur empuk itu. Bahkan langsung merebahkan Antok yang terlelap tidur di gendongan ibunya.

    Podin, pun langsung mengangkat buntalan kain wasiatnya, yang isinya adalah peti harta karun. Lantas ia menaruh dipojok ruang bagia belakang tempat tidur. Maklum, di rumah yang baru ini tempat tidurnya tidak ada kolong yang bisa digunakan untuk menyembunyikan harta karun itu. setelah selesai menyimpan barang yang sangat dirahasiakan itu, Podin keluar lagi dari kamar.

    "Ayo ..., semuanya ke sini ...!" kata Podin yang memanggil istri dan anak-anaknya. Lantas ia memberitahukan kalau yang ada di tengah itu, diantara kamar-kamar itu adalah ruang keluarga. Ruang yang besar, yang di situ terdapat sofa dan meja yempat televisi. Ada TV yang besar. TV berukuran lima puluh lima inch.

    "Ayo ..., siapa yang tahu ini apa namanya?" kata Podin pada anak-anaknya.

    "Ini TV, Pak ...." sahut anaknya yang paling besar.

    "Iya .... Ini TV .... Besar sekali Pak TV-nya, Pak ...." kata si Dewi yang biasanya nonton TV di rumah temannya, tetapi tentu di rumah temannya itu TV-TV yang dimiliki tidak sebesar yang terdapat di ruang keluarga rumah barunya itu.

    "Hahaha .... Inilah TV yang diidam-idamkan oleh ibu kamu. TV yang di pengeni oleh ibu kamu .... TV yang besar, TV yang nanti suaranya bisa terdengar menggelegar dan gambarnya persis seperti ukuran-ukuran kita semua. Jadi tidak kecil-kecil gambarnya. Kalau nonton tidak harus mendekat di depan TV. Kalau TV-nya  kecil. ya nontonnya harus dekat. Kalau TV kita ini, yang besar ini ..., nontonnya sambil duduk di kursi yang empuk ini .... Hahaha .... Asik, kan ...." begitu kata Podin pada istri dan anak-anaknya.

    "Ayo ..., dinyalain, Pak .... Kita lihat TV-nya, Pak." begitu kata Dewi yang tentu sangat kepengin untuk segera melihat televisi sangat besar ukurannya itu.

    "Sebentar .... Waduh ..., caranya menghidupkan TV ini bagaimana, ya?" Podin bingung karena memang seumur-umur hidupnya dia belum pernah menyalakan TV. Dia belum pernah melihat TV. Dia belum pernah tahu bagaimana untuk menghidupkan televisi.

    "Kabelnya ditancapkan ke listrik dulu, Pak ...." kata Eko yang sudah pernah melihat TV di rumah temannya.

    "Oh,  gitu ya .... Kabel yang mana, ya ...? Apa Kabel yang ini?" Podin mencari kabel untuk menyalakan TV.

    Eko, anaknya yang paling besar berusaha membantu bapaknya, mencari kabel yang digunakan untuk menyalakan TV.

    "Yang ini loh, Pak .... Ini yang ditancapkan ke listrik. Nah ..., ini kan tancapannya." kata Eko yang sudah menarik kabel dari TV itu.

    Kemudian Podin menancapkan kabel itu pada cop steker listrik. Sudah ditancapkan. Tetapi TV itu belum juga menyala. Hanya ada lampu kecil berwarna merah yang menyala di pojok bawah televisi.

    "Bagaimana ini, Eko ...? Kok belum bisa menyala ...?" tanya Podin yang masih bingung karena belum bisa menyalakan TV.

    "Kalau di tempatnya teman saya itu, menyalakan TV itu dipencet remotenya, Pak ...." kata Dewi yang pernah menyaksikan temannya menyalakan TV dengan cara dipencet remotenya.

    "Lhah, remotenya yang mana ...? tanya bapaknya pada anak-anaknya.

    "Lah, mungkin ini, Pak ..., yang di depan TV ini kan remotenya, Pak." Eko yang sudah menemukan remote itu, kemudian oleh Eko, remote TV itu dipencet pada tombol yang berwarna merah. Akhirnya TV itu pun menyala.

    "Nah .... Benar kan .... TV-nya sudah menyala ...." kata Eko yang sudah bisa menyalakan TV.

    "Ya ampun .... Gambarnya bagus sekali .... Ini TV beneran, Pak? TV kok besarnya seperti ini .... Walah ..., walah ..., walah .... TV-nya bagus, Pak ...." kata istrinya yang tentu terheran, karena Isti memang jarang melihat televisi. Bahkan kalau dirinya ingin melihat TV di rumah tetangganya saja, ia malu. Nanti dikira akan hutang uang. Atau bahkan Isti juga malu kalau nanti dikatakan orang miskin tidak punya TV. Dan ketika ia menyaksikan TV yang besar, TV yang bagus, TV yang mewah itu, maka hati Isti langsung merasa bahagia. Ia merasa senang. Isti langsung duduk di sofa itu dan menyaksikan TV bersama dengan anak-anak dan suaminya.

    "Walah ..., siarannya bagus ya, Bu ...." kata Dewi.

    "Terus, kalau caranya untuk memindah ke acara yang lain, caranya untuk mencari siaran yang lain, bagaimana Mas Eko?" tanya adiknya kepada Eko.

    "Ya ini toh .... Remotenya coba dipencet. Saya kan juga belum tahu." jawab Eko yang menunjukkan remote itu kepada adiknya, kemudian mencoba dipencet-pencet.

    "Saya coba pencet ya, Mas ...." kata Dewi yang ingin tahu.

    "Ya ..., dicoba saja .... Siapa tahu nanti kalau dipencet-pencet kita bisa memindah siarannya, kita bisa memilih siaran dari TV yang bagus ...." sahut Eko yang tentu juga masih bingung dengan TV yang baru saja dilihatnya itu.

    Akhirnya Dewi mencoba memencet tombol yang ada dalam remote itu.

    "Nah benar ..., bisa, Mas Eko .... Siarannya bisa berubah bagus ini." kata Dewi yang langsung memegangi remot itu, lalu memindah-pindah siarannya.

    Setelah bisa menggunakan remote TV itu, maka anak-anaknya langsung berebut. Tentu ingin memindah-mindah channel program TV yang diinginkan. Dan masing-masing tentu pengin yang berbeda-beda.

    "Aku mau yang ini ...." kata yang satunya.

    "Aku yang ini ...." pinta yang lain.

    "Aku nggak mau ini .... Ganti saja." kata yang lainnya lagi.

    "Sudah ..., sudah ..., sudah .... Setel dulu salah satu .... Nanti gantian .... Jangan berebut ...." begitu kata Podin, agar anaknya tidak saling berebut remote TV.

    Lantas Podin menarik tangan istrinya ke belakang, tentu ingin menunjukkan ruang dapur dan tempat makan.

    "Bu ..., lihatlah ini. Ini loh, di sini ...." kata Podin pada istrinya.

    "Apa sih, Pak ...?" tanya istrinya.

    "Ini yang namanya dapur tempat masak .... Ada kompor gas. Ini ..., coba lihat .... Dapur yang bersih dan bagus. Tidak seperti punyak kamu yang di rumah itu .... Kotor dan penuh jelaga." kata Podin yang pamer dengan dapur yang bagus itu.

    "Walah .... Bagus banget ya, Pak .... Kompor dan peralatan dapurnya bagus-bagus .... Walah, ada tempat untuk cuci piring segala ...." sahut istrinya, yang tentu sangat takjub dengan dapur yang dilihatnya itu,

    "Lihat yang di situ .... Ada meja makan .... Ada kursinya yang bagus .... Ada kulkas, nanti kalau haus langsung minum es, biar seger ...." kata Podin yang menunjukkan dapur serta ruang makan kepada istrinya.

    "Bagus sekali, Pak .... Waah ..., anak-anak pasti senang ...." kata istrinya pada Podin yang tentu dia sangat senang, apalagi begitu melihat perkakas rumah tangga yang ada di ruang dapur dan tempat makan, yang sangat lengkap dan bagus-bagus.

    "Ya iya, lah .... Ini dapur milik orang kaya .... Pasti semuanya harganya mahal-mahal ...." sahut Podin.

    "Pak ..., lha kalau mau menyalakan kompornya bagaimana? Saya mau masak ...." tanya Isti pada suaminya.

    "Waduh .... Saya juga tidak bisa, Bu ...." sahut Podin yang memang tidak paham sama sekali tentang kompor gas.

    "Lah terus bagaimana, Pak ...? Kita kan juga mau makan ...." kata istrinya yang tentu justru kebingungan untuk beraktivitas di dapur.

    "Ya sudah .... Saya mau ke tempat kantor depan dulu .... Saya mau bilang sama Mas-mas itu loh, yang tadi ke sini .... Mau saya ajak ke sini, saya suruh untuk mengajari bagaimana caranya menggunakan kompor gas. Dan juga bagaimana caranya kita menggunakan kran supaya tidak keluar air yang panas." kata Podin pada istrinya.

    "Iya, Pak .... Cepat ini, saya pengen tahu bagaimana cara memasak menggunakan kompor gas." sahut istrinya yang tentu tidak sabar.

    Lantas Podin pun pergi keluar rumah, dan berjalan cepat menuju ke tempat gedung pemasaran. Setelah sampai di gedung pemasaran itu, di situ Podin langsung menemui Mbak Hanik, yang setia menjaga kantor.

    "Ada apa, Pak Podin ...? Ada yang perlu kami bantu?" tanya Mbak Hanik yang menyambut Podin.

    "Iya, Mbak .... Saya mau minta tolong, saya mau minta bantuan, bagaimana cara menyalakan kompor gas dan bagaimana cara membuka keran air supaya tidak keluar air panas terus?" begitu kata Podin pada Mbak Hanik untuk bisa dibantu.

    Tentu dalam hati Mbak Hanik tertawa karena menyaksikan Podin yang benar-benar sangat tradisional. Podin yang benar-benar belum kenal dengan teknologi. Maka ia langsung memanggil pegawai yang lain.

    "Mas Jo ....!" teriak Mbak Hanik memanggil temannya.

    Seorang laki-laki keluar, "Ya Mbak .... Ada apa?" sahut laki-laki muda itu.

    "Ini .... Pak Podin minta tolong menyalakan kompor .... Kamu pergi ke rumahnya Pak Podin. Tolong dibantu Pak Podin .... Sekarang, ya ...." perintah Mbak Hanik pada Mas Jo itu.

    "Ya, Mbak .... Mari Pak Podin, mbonceng saya ...." kata Mas Jo itu yang langsung berbarengan dengan Pak Podin ke rumahnya.

    Mas Jo langsung mengajari Podin bersama istrinya, bagaimana caranya menyalakan kompor gas, mulai dari memasang tabungnya, hingga menyalakan apinya. Setelah itu, Mas Jo juga mengajari caranya membuka keran air untuk air dingin dan air panas. Ada dua keran, yang satu berwarna biru untuk air yang dingin, dan satu lagi berwarna merah untuk air yang panas. Bahkan Podin dan istrinya, juga minta diajari bagaimana caranya mencuci dengan menggunakan mesin cuci.

    Podin bersama istri dan anak-anaknya, sudah memulai menikmati rumah baru yang dimilikinya. Mereka bersenang-senang karena kini hidupnya menjadi orang kaya yang tinggal di rumah mewah dengan segala perlengkapannya yang serba bagus dan menyenangkan.

Episodes
1 Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2 Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3 Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4 Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5 EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6 Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7 EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8 EPISODE 8: MASUK BANK
9 EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10 EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11 EPISODE 11: BELI MOTOR
12 EPISODE 12: PERGI KE MALL
13 EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14 EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15 EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16 EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17 EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18 EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19 EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20 EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21 EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22 EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23 EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24 EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25 EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26 EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27 EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28 EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29 EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30 EPISODE 30: RENCANA GILA
31 EPISODE 31: TERDAMPAR
32 EPISODE 32: TAK SANGGUP
33 EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34 EPISODE 33: BERITA PILU
35 EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36 EPISODE 35: PIKNIK
37 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39 EPISODE 38: DIUSIR
40 EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41 EPISODE 40: SENAM
42 EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43 EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44 EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45 EPISODE 44: MINTA ANAK
46 EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47 EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48 EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49 EPISODE 48: MENCOBA LARI
50 EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51 EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52 EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53 EPISODE 52: CURIGA
54 EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55 EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56 EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57 EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58 EPISODE 57: MENANYA USAHA
59 EPISODE 58: MENATA WARUNG
60 EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61 EPISODE 60: ANAK ANEH
62 EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63 EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64 EPISODE 63: ULAH PODIN
65 EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66 EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67 EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68 EPISODE 67: MELAHIRKAN
69 EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70 EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71 EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72 EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73 EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74 EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75 EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76 EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77 EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78 EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79 EPISODE 78: TERJERAT
80 EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81 EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82 EPISODE 81: MINTA WARISAN
83 EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84 EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85 EPISODE 84: MASALAH LAGI
86 EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87 EPISODE 86: MENANTU BAIK
88 EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89 EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90 EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91 EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92 EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93 EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94 EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95 EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96 EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97 EPISODE 96: DITOLAK
98 EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99 EPISODE 98: BERUNTUNG
100 EPISODE 99: DITEMU ORANG
101 EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102 EPISODE 101: KENA GODAAN
103 EPISODE 102: AMBYAR
104 EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105 EPISODE 104: PLONG
106 EPISODE 105: CURHAT
107 EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108 EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109 EPISODE 108: MENCURI PETI
110 EPISODE 109: GAGAL
111 EPISODE 110: SELALU KOSONG
112 EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113 EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114 EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115 EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116 EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117 EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118 EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119 EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120 EPISODE 119: JADI MANGSA
121 EPISODE 120: MERAUP UANG
122 EPISODE 121: KETAGIHAN
123 EPISODE 122: MENCARI PETI
124 EPISODE 123: MASUK PENJARA
125 EPISODE 124: PODIN BEBAS
126 EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127 EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128 EPISODE 127: LEBIH LICIK
129 EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130 EPISODE 129: KETAKUTAN
131 EPISODE 130: DIUSIR
132 EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133 EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134 EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135 EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136 EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137 EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138 EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139 EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140 EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141 EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142 EPISODE 141: BINGUNG
143 EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144 EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145 EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146 EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147 EPISODE 146: KECEWA
148 EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149 EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150 EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151 EPISODE 150: HARI PERTAMA
152 EPISODE 151: BERIBADAH
153 EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154 EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155 EPISODE 154: USAHA BARU
156 EPISODE 155: SANTAI SAJA
157 EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158 EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159 EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160 EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161 EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162 EPISODE 161: GERHANA BULAN
163 EPISODE 162: PODIN HILANG
164 EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165 EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166 EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167 EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168 EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169 EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170 EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171 EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172 EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173 EPISODE 172: BIMBANG
174 EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175 EPISODE 174: HIDUP BARU
176 EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177 EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178 EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179 EPISODE 178: PENGAKUAN
180 EPISODE 179: PENGUPING
181 EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182 EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183 EPISODE 182: PODIN SEHAT
184 EPISODE 183: PODIN RAIB
185 EPISODE 184: BIJAKSANA
186 EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187 EPISODE 186: PERTEMUAN
188 EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189 EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190 EPISODE 189: CERITA ANAK
191 EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192 EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193 EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194 EPISODE 193: AKUR
195 EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196 EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197 EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198 EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199 EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200 EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201 EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202 EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203 EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204 EPISODE 203: JADI PENDIAM
205 EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206 EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207 EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208 EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209 EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210 EPISODE 209: PULAU ANEH
211 EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212 EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213 EPISODE 212: MASUK ISTANA
214 EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215 EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216 EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217 EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218 EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219 EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220 EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221 EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA
Episodes

Updated 221 Episodes

1
Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2
Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3
Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4
Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5
EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6
Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7
EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8
EPISODE 8: MASUK BANK
9
EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10
EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11
EPISODE 11: BELI MOTOR
12
EPISODE 12: PERGI KE MALL
13
EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14
EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15
EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16
EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17
EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18
EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19
EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20
EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21
EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22
EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23
EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24
EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25
EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26
EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27
EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28
EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29
EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30
EPISODE 30: RENCANA GILA
31
EPISODE 31: TERDAMPAR
32
EPISODE 32: TAK SANGGUP
33
EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34
EPISODE 33: BERITA PILU
35
EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36
EPISODE 35: PIKNIK
37
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39
EPISODE 38: DIUSIR
40
EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41
EPISODE 40: SENAM
42
EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43
EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44
EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45
EPISODE 44: MINTA ANAK
46
EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47
EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48
EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49
EPISODE 48: MENCOBA LARI
50
EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51
EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52
EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53
EPISODE 52: CURIGA
54
EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55
EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56
EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57
EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58
EPISODE 57: MENANYA USAHA
59
EPISODE 58: MENATA WARUNG
60
EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61
EPISODE 60: ANAK ANEH
62
EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63
EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64
EPISODE 63: ULAH PODIN
65
EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66
EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67
EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68
EPISODE 67: MELAHIRKAN
69
EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70
EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71
EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72
EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73
EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74
EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75
EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76
EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77
EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78
EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79
EPISODE 78: TERJERAT
80
EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81
EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82
EPISODE 81: MINTA WARISAN
83
EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84
EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85
EPISODE 84: MASALAH LAGI
86
EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87
EPISODE 86: MENANTU BAIK
88
EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89
EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90
EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91
EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92
EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93
EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94
EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95
EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96
EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97
EPISODE 96: DITOLAK
98
EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99
EPISODE 98: BERUNTUNG
100
EPISODE 99: DITEMU ORANG
101
EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102
EPISODE 101: KENA GODAAN
103
EPISODE 102: AMBYAR
104
EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105
EPISODE 104: PLONG
106
EPISODE 105: CURHAT
107
EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108
EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109
EPISODE 108: MENCURI PETI
110
EPISODE 109: GAGAL
111
EPISODE 110: SELALU KOSONG
112
EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113
EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114
EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115
EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116
EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117
EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118
EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119
EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120
EPISODE 119: JADI MANGSA
121
EPISODE 120: MERAUP UANG
122
EPISODE 121: KETAGIHAN
123
EPISODE 122: MENCARI PETI
124
EPISODE 123: MASUK PENJARA
125
EPISODE 124: PODIN BEBAS
126
EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127
EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128
EPISODE 127: LEBIH LICIK
129
EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130
EPISODE 129: KETAKUTAN
131
EPISODE 130: DIUSIR
132
EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133
EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134
EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135
EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136
EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137
EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138
EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139
EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140
EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141
EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142
EPISODE 141: BINGUNG
143
EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144
EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145
EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146
EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147
EPISODE 146: KECEWA
148
EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149
EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150
EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151
EPISODE 150: HARI PERTAMA
152
EPISODE 151: BERIBADAH
153
EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154
EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155
EPISODE 154: USAHA BARU
156
EPISODE 155: SANTAI SAJA
157
EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158
EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159
EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160
EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161
EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162
EPISODE 161: GERHANA BULAN
163
EPISODE 162: PODIN HILANG
164
EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165
EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166
EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167
EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168
EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169
EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170
EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171
EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172
EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173
EPISODE 172: BIMBANG
174
EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175
EPISODE 174: HIDUP BARU
176
EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177
EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178
EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179
EPISODE 178: PENGAKUAN
180
EPISODE 179: PENGUPING
181
EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182
EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183
EPISODE 182: PODIN SEHAT
184
EPISODE 183: PODIN RAIB
185
EPISODE 184: BIJAKSANA
186
EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187
EPISODE 186: PERTEMUAN
188
EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189
EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190
EPISODE 189: CERITA ANAK
191
EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192
EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193
EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194
EPISODE 193: AKUR
195
EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196
EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197
EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198
EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199
EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200
EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201
EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202
EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203
EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204
EPISODE 203: JADI PENDIAM
205
EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206
EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207
EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208
EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209
EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210
EPISODE 209: PULAU ANEH
211
EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212
EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213
EPISODE 212: MASUK ISTANA
214
EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215
EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216
EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217
EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218
EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219
EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220
EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221
EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!