PULAU BERHALA

PULAU BERHALA

Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA

    Siapa sih, orang yang mau hidup miskin? Apakah ada orang yang berharap hidup miskin? Apakah ada orang yang senang hidup dalam kemiskinan yang penuh dengan segala kekurangan?

    Jika pertanyaan-pertanyaan seperti itu disampaikan kepada setiap orang, pasti tidak ada yang menjawab mau dan senang hidup miskin. Tak seorang pun di dunia ini yang mau hidup dalam kemiskinan. Sebaliknya, jika ditanya apakah kamu mau kaya? Maka tidak bakal dipungkiri lagi, setiap orang pasti akan menjawab "ya".

    Memang, hidup kaya adalah dambaan setiap orang. Siapapun tentu sangat mendambakan untuk hidup kaya. Setidaknya hidup berkecukupan tanpa kekurangan. Apalagi bisa lebih. Bisa punya uang yang banyak, punya rumah yang bagus, bisa punya kendaraan bahkan mobil. Pasti hidupnya menyenangkan. Hidup tanpa ada kekurangan, bahkan bisa berlebihan.

    Namun yang namanya takdir, siapa yang bisa menolaknya?

    Seperti halnya yang dialami oleh Podin dan keluarganya. Podin berumur tiga puluh tiga tahun, yang menikah dengan Isti, perempuan lugu yang tidak pernah sekolah, menjadi pasangan suami istri sejak sepuluh tahun yang lalu. Podin dan Isti sudah dikaruniai empat orang anak. Anak yang pertama laki-laki, diberi nama Eko, berumur sembilan tahun. Adiknya perempuan, diberi nama Dewi, berumur tujuh tahun. Anak yang nomer tiga perempuan berumur empat tahun, diberi nama Asri. Dan anak yang paling kecil laki-laki, diberi nama Antok, masih berumur dua tahun.

    Hidup di pinggiran perkotaan, dengan mencari nafkah sebagai seorang buruh bangunan. Tinggal di rumah kecil, yang lebih pantas disebut sebagai gubug. Rumah yang terbuat dari kayu dan bambu berdinding papan-papan bekas, yang tentunya tidak rapat dan banyak lobangnya. Atap rumahnya tertutup seng dan asbes bekas, yang didapat dari sisa-sisa bangunan. Lantainya masih tanah, belum berbau semen sama sekali. Tanah secuil yang didirikan rumah itu pun tanah bondo desa, yang oleh Pak Lurah diberikan kepada Podin karena rasa kasihan.

    Dapur yang terletak di pojokan rumah, hanya menggunakan bahan bakar kayu. Pasti setiap kali masak, asapnya mengepul menyelubungi rumahnya. Belum mengenal kompor gas maupun peralatan masak yang moderen. Setiap pagi dan sore, terlihat asap tebal yang membubung dari atap rumahnya yang tidak tertutup rapat.

    Rumah itu juga belum memasang listrik. Hanya ada satu bohlam lampu penerangan yang berada di tengah ruang, dan satu lagi berada di pojok luar rumah. Lampu itu menyalur setrum dari tetangganya yang baik hati. Jaraknya lumayan jauh.

    Tentu dalam gubug itu tidak ada perabotan yang berharga. Paling hanya piring makan, sendok dan gelas untuk perlengkapan makan minum sehari-hari. Tidak punya lemari, tidak ada televisi. Anak istrinya kalau mau menonton TV harus ndompleng di rumah tetangganya.

    Ya, hidupnya keluarga Podin memang serba kekurangan. Jangankan untuk memperbaiki rumah, buat makan sehari-hari saja masih sangat kurang. Bisa meninkmati makan enak, itu kalau ada tetangganya yang baik hati memberi jajanan atau sisa masakan. Dari pada dibuang, diberikan saja kepada Isti, yang pasti mau. Hidup yang serba kekurangan.

    "Pak, hidup kita ini kok menderita terus, ya .... Sampai kapan kita terus-terusan miskin?" tiba-tiba Isti yang membopong anaknya yang paling kecil, mengeluh kepada suaminya, saat mau melepas suaminya berangkat kerja. Pastinya Isti sudah tidak betah hidup menderita lahir dan batin.

    Podin kaget mendengar ucapan istrinya itu. Jantungnya berdetak kencang, seakan ada geledeg yang manyambar di telinganya. Tentu Podin sangat terpukul dengan kata-kata istrinya itu. Karena selama ini ternyata dirinya belum bisa memberikan kebahagiaan kepada istri dan anak-anaknya. Jangankan untuk hidup normal seperti orang-orang lain, memenuhi kebutuhan makan saja masih kembang kempis. Namun apa boleh dikata, takdir sudah digariskan oleh Yang Kuasa. Manusia hanyalah titah yang harus menjalaninya, tanpa bisa protes atau menolaknya.

    "Yang sabar, Is .... Kita harus percaya dan yakin, bahwa kelak nasib kita akan berubah ...." jawab Podin pada istrinya.

    "Tapi sampai kapan, Pak ...?!" tentu istrinya punya rasa ingin menuntut segera dan cepat.

    "Ya sabar lah, Is .... Nanti kalau sudah waktunya diberikan rezeki oleh Yang Maha Kuasa .... Kata orang-orang, roda itu tidak selamanya berada di bawah, Is .... Percalayah itu." jawab Podin.

    "Tapi kebutuhannya itu sekarang, Pak .... Buat beli bukunya anak-anak .... Si Eko katanya juga diwajibkan piknik oleh sekolahan .... Harus membayar, Pak .... Kemarin Mbok Jinah juga nyindir-nyindir, kalau utang itu harus segera membayar .... Saya jadi gak enak, Pak .... Kalau mau hutang lagi takut tidak boleh. Tapi kalau mau belanja, uangnya siapa? Tidak ada uang untuk belanja, Pak .... Apa kita tidak usah masak saja .... Nanti makan angin ...." kata Isti yang tentu sangat kesal dengan jawaban-jawaban suaminya. Sabar, sabar dan sabar. Itu kata-kata andalan suaminya.

    Podin tidak berani menjawab lagi. Kalau sudah seperti itu, jawaban apapun yang dikatakan oleh Podin, pasti istrinya malah bertambah marah. Maka ia diam, dan langsung melangkah pergi meninggalkan istrinya. Berangkat kerja sebagai kuli bangunan. Pasti sambil membawa perasaan yang tidak nyaman, karena istrinya sudah mengeluh masalah keuangan. Istrinya sudah tidak berani ke warung karena takut dan malu kalau ditagih hutang.

    Sesampai di tempat kerja, pada proyek bangunan gedung-gedung mewah yang nantinya akan jadi perumahan kondominium, milik orang-orang kaya. Jam belum dimulai untuk bekerja. Masih menunggu beberapa menit lagi. Meski para pekerja sudah pada datang, mereka menunggu waktu sambil berbincang macam-macam.

    "Rumah-rumah ini nati kalau sudah jadi, yang menempati para pejabat yang uangnya banyak .... Maka sebelum rumah ini ditempati orang-orang kaya, kamu masuk dulu ke rumah itu .... Bila perlu tidur dulu di dalamnya .... Hahaha ...." seloroh salah seorang tukang yang gojekan dengan teman-temannya.

    "Yang kaya itu kita .... Buktinya, kita bisa membangun gedung mewah .... Hehehe ...." sahut yang lain.

    "Betul juga katamu .... Orang-orang yang katanya kaya itu, kan tidak bisa membangun rumah .... Justru kita yang miskin malah bisa membangun rumah mewah ...." sahut yang lain lagi.

    "Bisa membangun rumah mewah, tapi hutangnya banyak .... Hehehe ...." timpal teman yang lain lagi.

    Mendengar kata-kata itu, lagi-lagi perasaan Podin yang masih sensi itu merasa di sindir. Kata-kata itu sudah menambah pedihnya perasaan hatinya yang hidup dalam kemiskinan dan punya hutang di mana-mana.

    "Teng .... Teng .... Teng ....!!"

    Suara pipa besi dipukul. Pertanda jam mulai kerja. Para pekerja bangunan itu pun langsung menempatkan dirinya masing-masing sesuai dengan tugas pekerjaannya. Ada yang langsung mengaduk pasir semen. Ada yang menggotong tangga dari bambu, lantas ditempelkan di dinding, untuk memanjat memasang atap. Ada juga yang mulai menggosok-gosokkan cetok di tembok, akan memasang plester. Ada juga yang masuk ke ruangan rumah yang dibangun itu, untuk memasang ubin, lantai keramik yang harganya mahal. Berbagai macam pekerjaan sesuai dengan jobnya masing-masing. Semua itu diatur oleh mandor bangunan yang tentunya juga mengawasi para pekerja.

    Podin bekerja sebagai kuli, bagian mengaduk pasir semen. Pekerjaannya lumayan berat, karena harus mengudak pasir yang dicampur semen, dibasahi air, lantas diaduk-aduk hingga menjadi leleran bahan yang digunakan untuk memplester tembok maupun memasang keramik. Adukan itu harus pas keceweran dan kekentalannya. Kalau terlalu cair, susah untuk ditempelkan pada tembok, akan melorot terus. Tetapi jika kurang air juga tidak mau menempel dengan baik. Jadi harus pas dan benar-benar merekat. Campuran antara pasir dan semennya juga harus sesuai aturan. Tidak boleh terlalu sedikit, tetapi juga tidak boleh terlalu banyak. Memang dibutuhkan keahlian dalam mengaduk pasir semen itu. Namun, bayarannya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tukang.

    "Din ...! Ngaduknya jangan keenceran ...!" teriak si tukang yang merasa kesulitan menempelkan adonan pasir semen itu untuk memplester tembok.

    "Ya ...." Podin menyaut. Lantas menambahi adukan itu dengan pasir dan semen kembali, agar adonannya berkurang keencerannya.

    "Din ...! Ini kurang air ...! Kamu itu kenapa sih ...?! Mosok ngaduk adonan untuk plester kok salah terus ...." kata si tukang itu lagi, yang tentu merasa jengkel dengan Podin, karena layanan kepada tukang kurang pas.

    "Mikirin utang kali ...!" teriak teman yang lain, saat mendengar tukang itu memarahi Podin.

    Podin tidak menjawab. Ia diam saja. Tapi langsung kembali mengaduk adonan pasir semen itu kembali. Setidaknya Podin berusaha untuk membuat adonan yang sesuai dengan yang diharapkan si tukang. Namun kata-kata terakhir dari temannya itu seakan menusuk batinnya. Ia merasa diejek, dihina dengan kata-kata "mikirin utang", walau sebenarnya memang benar. Tapi kata-kata itu terasa sangat menyakitkan hati. Apa kalau orang miskin itu identik dengan hutang?

    Walau ia berusaha untuk membuat adonan yang baik, susah payah mencampur pasir semen dengan siraman air yang dihati-hati, namun tetap saja adonan untuk plesteran tombok itu tetap kurang pas. Tentu karena Podin bekerjanya tidak fokus. Meski tangan dan tenaganya tercurah untuk mengaduk , tetapi pikirannya tidak berada dalam pekerjaannya. Pikirannya dipenuhi emosi dan rasa yang tidak nyaman. Ingin marah untuk meluapkan kejengkelannya.

    "Kamu itu kenapa sih, Din ...? Kok tidak seperti biasanya, kerja gak bisa fokus .... Ada masalah apa?" tanya si tukang yang sudah menghampiri Podin yang masih mengaduk adonan pasir dan semen itu.

    "Tidak apa-apa ...." jawab Podin tanpa melihat si tukang yang ada di sampingnya.

    "Tidak ada apa-apa kok besengut .... Sini, cangkulnya ...." kata si tukang itu yang meminta cangkul yang digunakan Podin untuk mengaduk pasir. Lantas adonan itu diaduk oleh si tukang, mengajari kepada Podin untuk membuat adonan plester tembok yang pas.

    "Adonan plester itu seperti ini .... Biar menempelkannya ke tembok gampang, tidak mlorot dan tidak ambyar .... Kalau adonan untuk memasang lantai, pasang keramik, mau basah tidak masalah .... Tapi kalau untuk plester tembok harus pas ...." kata si tukang itu yang mengajari kulinya.

    "Kerja yang benar, Din ...." tiba-tiba mandornya datang menegur Podin.

    "Ya ...." jawab Podin yang juga tanpa melihat orang yang mengajarinya.

    Lantas Podin kembali mengaduk. Memasukkan adukan itu ke dalam ember. Lantas mengantarkannya kepada si tukang yang sudah menunggunya.

    Hingga waktu istirahat siang, para tukang pada istirahat. Tentu langsung pada membuka bekalnya masing-masing, untuk makan siang. Kecuali Podin yang tidak membawa makan siang. Ia hanya minum, air galon yang disediakan oleh mandornya.

    Si tukang yang tadi sempat memperhatikan, mendekati Podin.

    "Kamu lupa tidak membawa bekal ya, Din?" tanya si tukang itu pada Podin.

    "Iya, Pak ...." jawab Podin sambil meneguk air minum.

    "Ini, aku kasih bekalku .... Saya dibawain bekal terlalu banyak .... Ayo, makan ini ...." kata si tukang itu sambil memberikan nasi besrata sebagian lauknya kepada Podin, dibagi di rantangnya. Satu rantang tempat nasi diambil sepaso nasinya, dimasukkan ke rantang sayur dan lauk. Demikian juga sayur dan lauknya diambil sebagian dan dimasukkan ke nasi yang diberikan kepada Podin.

    "Istrimu kalau membawain bekal kok banyak sekali, Pak .... Terima kasih ya, Pak ...." kata Podin yang langsung memakan nasi pemberian temannya itu. Pakai tangan atau muluk. Karena sendoknya cuman satu.

    "Ya .... Rezekinya lumayan, masaknya banyak .... Dari pada sisa di rumah ...." jawab si tukang yang baik hati itu.

    "Enak ya, Pak .... Rezekinya berlebih, istrinya baik .... Pasti rumah tangga Pak Tukang ini tentram dan nyaman." kata Podin memuji si tukang.

    "Orang itu sawang sinawang .... Kalau melihat orang lain kelihatannya enak .... Padahal sama saja ...." jawab si tukang.

    "Tapi mungkin bagi saya memang itu semua belum tercapai, Pak ...." kata Podin yang tentu tidak bisa mengatakan kalau keluarganya enak. Buktinya, siang itu saja ia tidak membawa bekal, karena memang istrinya tidak memasak.

    "Ach .... Jangan seperti itu, Din .... Orang itu tidak bisa dilihat dari yang nampak saja .... Tentram, nyaman, enak, bahagia, itu ukurannya bukan harta benda .... Tetapi hati .... Hati kita yang bisa membuat diri kita tentram." kata si tukang itu lagi.

    "Itu hanya kata-kata isapan jempol, Pak .... Ngeyem-eyemi saja .... Buktinya ya saya ini .... Serba kekurangan, Pak .... Kami ini memang miskin. Saya tidak memungkiri kenyataan ini ...." kata Podin yang mulai curhat.

    "Podin kok dekat-dekat Pak Tukang ..., pasti mau hutang ini ...!" tiba-tiba terdengar suara ejekan dari teman yang lain, yang kebetulan lewat dekat Podin yang masih ngobrol dengan tukang itu.

    "Lho, Pak .... Dengar sendiri, kan .... Orang-orang selalu mengejek orang miskin .... Kalau dekat orang lain, pasti dikira mau hutang ...." kata Podin yang menunjukkan perlakuan temannya.

    "Dul ..., ndak boleh ngomong seperti itu ...." kata si tukang kepada temannya yang mengejek Podin.

    "Halah, Pak .... Itu sudah kebiasaan Podin .... Kalau mendekati orang gitu itu, nanti endingnya bialng mau utang .... Hahaha ...." temannya itu kembali mengejek.

    Tentu wajah Podin langsung memerah. Rasanya ingin marah. Tapi tidak enak kalau nanti terjadi keributan malah jadi masalah. Podin hanya bisa menahan emosi.

    Memang serba salah. Mau memungkiri kata-kata temannya itu, tapi kenyataannya, ia juga berniat mencari pinjaman kepada teman-temannya. Tapi kalau setiap kali diomong sebagai tukang utang, apalagi digembar-gemborkan di tempat orang banyak seperti itu, pasti rasanya juga sangat memalukan. Tapi mau bagaimana lagi, kalau hidupnya memang penuh dengan kekurangan. Di rumah istrinya meminta uang untuk kebutuhan hidup. Kalau tidak diberi, pastinya tidak bakalan masak. Sedangkan istrinya sendiri juga sudah ditagih oleh warung-warung yang diutangi setiap hari.

    "Pak ..., boleh saya pinjam uang?" tiba-tiba Podin mengatakan niatnya untuk utang kepada si tukang itu.

    Tukang itu tidak menjawab. Diam saja tanpa memandangi wajah orang yang bicara. Tangannya mengambil rantang yang dibuat makan Podin. Lantas memasukkan rantang itu ke dalam tas kresek. Lalu pergi meninggalkan Podin. Dalam batin si tukang, "Ternyata benar apa yang dikatakan si Dul, Podin akan utang."

Terpopuler

Comments

Kardi Kardi

Kardi Kardi

sing sabar kang. SABARRR

2024-05-13

1

Zahra

Zahra

aku juga tidak mau hidup miskin/Smile/

2024-01-31

3

Arief Bellamy

Arief Bellamy

Pinjem dulu seratus

2023-10-03

3

lihat semua
Episodes
1 Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2 Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3 Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4 Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5 EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6 Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7 EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8 EPISODE 8: MASUK BANK
9 EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10 EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11 EPISODE 11: BELI MOTOR
12 EPISODE 12: PERGI KE MALL
13 EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14 EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15 EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16 EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17 EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18 EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19 EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20 EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21 EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22 EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23 EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24 EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25 EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26 EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27 EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28 EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29 EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30 EPISODE 30: RENCANA GILA
31 EPISODE 31: TERDAMPAR
32 EPISODE 32: TAK SANGGUP
33 EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34 EPISODE 33: BERITA PILU
35 EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36 EPISODE 35: PIKNIK
37 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39 EPISODE 38: DIUSIR
40 EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41 EPISODE 40: SENAM
42 EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43 EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44 EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45 EPISODE 44: MINTA ANAK
46 EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47 EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48 EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49 EPISODE 48: MENCOBA LARI
50 EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51 EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52 EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53 EPISODE 52: CURIGA
54 EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55 EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56 EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57 EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58 EPISODE 57: MENANYA USAHA
59 EPISODE 58: MENATA WARUNG
60 EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61 EPISODE 60: ANAK ANEH
62 EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63 EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64 EPISODE 63: ULAH PODIN
65 EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66 EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67 EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68 EPISODE 67: MELAHIRKAN
69 EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70 EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71 EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72 EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73 EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74 EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75 EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76 EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77 EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78 EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79 EPISODE 78: TERJERAT
80 EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81 EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82 EPISODE 81: MINTA WARISAN
83 EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84 EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85 EPISODE 84: MASALAH LAGI
86 EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87 EPISODE 86: MENANTU BAIK
88 EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89 EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90 EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91 EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92 EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93 EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94 EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95 EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96 EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97 EPISODE 96: DITOLAK
98 EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99 EPISODE 98: BERUNTUNG
100 EPISODE 99: DITEMU ORANG
101 EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102 EPISODE 101: KENA GODAAN
103 EPISODE 102: AMBYAR
104 EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105 EPISODE 104: PLONG
106 EPISODE 105: CURHAT
107 EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108 EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109 EPISODE 108: MENCURI PETI
110 EPISODE 109: GAGAL
111 EPISODE 110: SELALU KOSONG
112 EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113 EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114 EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115 EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116 EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117 EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118 EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119 EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120 EPISODE 119: JADI MANGSA
121 EPISODE 120: MERAUP UANG
122 EPISODE 121: KETAGIHAN
123 EPISODE 122: MENCARI PETI
124 EPISODE 123: MASUK PENJARA
125 EPISODE 124: PODIN BEBAS
126 EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127 EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128 EPISODE 127: LEBIH LICIK
129 EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130 EPISODE 129: KETAKUTAN
131 EPISODE 130: DIUSIR
132 EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133 EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134 EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135 EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136 EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137 EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138 EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139 EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140 EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141 EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142 EPISODE 141: BINGUNG
143 EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144 EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145 EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146 EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147 EPISODE 146: KECEWA
148 EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149 EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150 EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151 EPISODE 150: HARI PERTAMA
152 EPISODE 151: BERIBADAH
153 EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154 EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155 EPISODE 154: USAHA BARU
156 EPISODE 155: SANTAI SAJA
157 EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158 EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159 EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160 EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161 EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162 EPISODE 161: GERHANA BULAN
163 EPISODE 162: PODIN HILANG
164 EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165 EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166 EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167 EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168 EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169 EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170 EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171 EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172 EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173 EPISODE 172: BIMBANG
174 EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175 EPISODE 174: HIDUP BARU
176 EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177 EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178 EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179 EPISODE 178: PENGAKUAN
180 EPISODE 179: PENGUPING
181 EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182 EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183 EPISODE 182: PODIN SEHAT
184 EPISODE 183: PODIN RAIB
185 EPISODE 184: BIJAKSANA
186 EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187 EPISODE 186: PERTEMUAN
188 EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189 EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190 EPISODE 189: CERITA ANAK
191 EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192 EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193 EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194 EPISODE 193: AKUR
195 EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196 EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197 EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198 EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199 EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200 EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201 EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202 EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203 EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204 EPISODE 203: JADI PENDIAM
205 EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206 EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207 EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208 EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209 EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210 EPISODE 209: PULAU ANEH
211 EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212 EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213 EPISODE 212: MASUK ISTANA
214 EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215 EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216 EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217 EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218 EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219 EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220 EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221 EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA
Episodes

Updated 221 Episodes

1
Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2
Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3
Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4
Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5
EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6
Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7
EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8
EPISODE 8: MASUK BANK
9
EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10
EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11
EPISODE 11: BELI MOTOR
12
EPISODE 12: PERGI KE MALL
13
EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14
EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15
EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16
EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17
EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18
EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19
EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20
EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21
EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22
EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23
EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24
EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25
EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26
EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27
EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28
EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29
EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30
EPISODE 30: RENCANA GILA
31
EPISODE 31: TERDAMPAR
32
EPISODE 32: TAK SANGGUP
33
EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34
EPISODE 33: BERITA PILU
35
EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36
EPISODE 35: PIKNIK
37
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39
EPISODE 38: DIUSIR
40
EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41
EPISODE 40: SENAM
42
EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43
EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44
EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45
EPISODE 44: MINTA ANAK
46
EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47
EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48
EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49
EPISODE 48: MENCOBA LARI
50
EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51
EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52
EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53
EPISODE 52: CURIGA
54
EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55
EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56
EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57
EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58
EPISODE 57: MENANYA USAHA
59
EPISODE 58: MENATA WARUNG
60
EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61
EPISODE 60: ANAK ANEH
62
EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63
EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64
EPISODE 63: ULAH PODIN
65
EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66
EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67
EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68
EPISODE 67: MELAHIRKAN
69
EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70
EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71
EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72
EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73
EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74
EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75
EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76
EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77
EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78
EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79
EPISODE 78: TERJERAT
80
EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81
EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82
EPISODE 81: MINTA WARISAN
83
EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84
EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85
EPISODE 84: MASALAH LAGI
86
EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87
EPISODE 86: MENANTU BAIK
88
EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89
EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90
EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91
EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92
EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93
EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94
EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95
EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96
EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97
EPISODE 96: DITOLAK
98
EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99
EPISODE 98: BERUNTUNG
100
EPISODE 99: DITEMU ORANG
101
EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102
EPISODE 101: KENA GODAAN
103
EPISODE 102: AMBYAR
104
EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105
EPISODE 104: PLONG
106
EPISODE 105: CURHAT
107
EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108
EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109
EPISODE 108: MENCURI PETI
110
EPISODE 109: GAGAL
111
EPISODE 110: SELALU KOSONG
112
EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113
EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114
EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115
EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116
EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117
EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118
EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119
EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120
EPISODE 119: JADI MANGSA
121
EPISODE 120: MERAUP UANG
122
EPISODE 121: KETAGIHAN
123
EPISODE 122: MENCARI PETI
124
EPISODE 123: MASUK PENJARA
125
EPISODE 124: PODIN BEBAS
126
EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127
EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128
EPISODE 127: LEBIH LICIK
129
EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130
EPISODE 129: KETAKUTAN
131
EPISODE 130: DIUSIR
132
EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133
EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134
EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135
EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136
EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137
EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138
EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139
EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140
EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141
EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142
EPISODE 141: BINGUNG
143
EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144
EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145
EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146
EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147
EPISODE 146: KECEWA
148
EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149
EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150
EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151
EPISODE 150: HARI PERTAMA
152
EPISODE 151: BERIBADAH
153
EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154
EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155
EPISODE 154: USAHA BARU
156
EPISODE 155: SANTAI SAJA
157
EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158
EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159
EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160
EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161
EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162
EPISODE 161: GERHANA BULAN
163
EPISODE 162: PODIN HILANG
164
EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165
EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166
EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167
EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168
EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169
EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170
EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171
EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172
EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173
EPISODE 172: BIMBANG
174
EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175
EPISODE 174: HIDUP BARU
176
EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177
EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178
EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179
EPISODE 178: PENGAKUAN
180
EPISODE 179: PENGUPING
181
EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182
EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183
EPISODE 182: PODIN SEHAT
184
EPISODE 183: PODIN RAIB
185
EPISODE 184: BIJAKSANA
186
EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187
EPISODE 186: PERTEMUAN
188
EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189
EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190
EPISODE 189: CERITA ANAK
191
EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192
EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193
EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194
EPISODE 193: AKUR
195
EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196
EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197
EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198
EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199
EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200
EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201
EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202
EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203
EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204
EPISODE 203: JADI PENDIAM
205
EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206
EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207
EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208
EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209
EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210
EPISODE 209: PULAU ANEH
211
EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212
EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213
EPISODE 212: MASUK ISTANA
214
EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215
EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216
EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217
EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218
EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219
EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220
EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221
EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!