EPISODE 8: MASUK BANK

    Setelah puas menyaksikan rumah yang ditawarkan, setelah selesai menyaksikan rumah mewah itu, Podin bersama Pak Mandor, dan juga laki-laki pegawai dari pemasaran itu langsung menuju ke gedung pemasaran. Tentu selanjutnya akan berembuk dengan pegawai pemasaran yang ada di perumahan itu, terkait dengan harga rumah itu.

    "Bagaimana, Din ...? Kira-kira setuju apa tidak ...?" tanya Pak Mandor.

    "Cocok, Pak .... Tapi, harganya tolong ditawar ya, Pak ...." sahut Podin yang minta tolong dibantu menawar harga rumah yang oleh pegawai pemasaran itu dikatakan seharga satu setengah milyar.

    "Iya, Din ...." sahut Pak Mandor.

    "Mari, Pak .... Kita berembug ke kantor pemasaran, biar nanti Bapak-bapak bisa membahasnya dengan Mbak Hanik ...." kata laki-laki pegawai pemasaran yang sudah mengantarkan melihat rumah itu.

    Pak Mandor bersama Podin langsung naik motor berboncengan. Deminikan juga dengan pegawai pemasaran itu, yang naik motor, berjalan beriringan menuju ke kantor pemasaran. Tentu mereka akan menanyakan harga yang sesungguhnya, yang bisa ditawar, dan akan dilepas sampai harga terendah berapa.

     Setelah sampai di kantor pemasaran, Pak Mandor langsung membahas harganya dengan perempuan cantik pegawai pemasaran itu, yang oleh temannya disebut namanya, Mbak Hanik.

    "Tolong Mbaj Hanik ..., kami diberikan harga yang terbaik. Setidaknya dari harga penawaran itu masih bisa ditawar dan diturunkan lagi ...." begitu kata Pak Mandor pada perempuan pegawai pemasaran tersebut.

    "Sebentar ya, Pak .... Saya akan menghubungi pemiliknya, untuk meminta harga net yang akan menjadi kesepakatan." kata Mbak Hanik, pegawai pemasaran itu.

    Lantas perempuan itu mengangkat telepon, menghubungi pemilik rumah. Yang pasti akan meminta harga jadi, dan tentu menyampaikan kalau rumah ini sudah ada yang berniat akan membeli. Pastinyam nanti pemilik itu juga akan datang ke perumahan, untuk penandatangan akta jual beli. Sebagai bukti legalitas kepemilikan rumah.

    Setelah bicara dengan pemilik rumah, lantas Mbak Hanik menyampaikan kepada Pak Mandor dan Podin, "Pak ..., ini dari pemiliknya hanya mau turun seratus juta .... Jadi harga net rumah itu satu koma empat milyar." kata pegawai pemasaran itu.

    "Harga satu koma empat M ..., bagaimana, Din ...?" kata Pak Mandor melanjutkan ucapan pegawai pemasaran itu.

    "Ya, Pak .... Saya sih, setuju-setuju saja ...." sahut Podin.

    Akhirnya, sudah terjadi kesepakatan, Podin akan membeli rumah itu, dan tentu akan langsung membayarnya. Tetapi laki-laki lugu itu harus kembali meminta bantuan kepada Pak mandor, karena Podin tidak mungkin membawa uang sebanyak itu, ditenteng dengan jalan kaki. Oleh sebab itulah, ia ingin Pak Mandor membantu untuk mengantarkan membawa uang yang akan digunakan untuk membayar rumah itu.

    "Pak Mandor ..., saya minta tolong lagi, Pak ...." begitu kata Podin pada Pak Mandor.

    "Iya, Din .... Ada apa?" tanya Pak Mandor.

    "Begini, Pak .... ini kan uangnya sangat banyak, saya kan tidak mungkin jalan kaki membawa uang itu .... Takut kalau nanti dirampok orang di jalan ...." kata Podin pada Pak Mandor.

    "Terus gimana ...?" tanya Pak Mandor.

    "Saya minta tolong diantar lagi ya, Pak .... Ini sekalian pulang mengambil uang, terus nanti ke sini lagi untuk membayar rumah ini." kata Podin pada Pak Mandor.

    "Maaf, Pak .... Ini kan uangnya sangat banyak, tidak mungkin Bapak membawa uang itu kemari dan membayar di sini .... Saya pun tidak berani menyimpan uang sebanyak ini, Pak .... Di tempat ini riskan, ya kalau dicuri orang masih bisa dikejar satpam ..., kalau yang nyuri tuyul? Itu loh, Pak ..., saya kan bisa mengganti uang sebanyak itu .... Terus mau jualan apa saya, Pak?" begitu sahut perempuan yang ada di kantor pemasaran itu.

    "Lah ..., terus bagaimana? tanya Podin.

    "Bagaimana kalau sebaiknya kita pergi ke bank? Jadi nanti pembayarannya bisa dilaksanakan di bank .... Kita sama-sama aman, Pak .... Tidak beresiko." begitu kata perempuan itu yang menawarkan mengajak Podin untuk membayarnya di bank.

    "Lah, caranya bagaimana? Saya kan belum pernah ke bank?" begitu sahut Podin yang tentu bingung karena dia belum pernah tahu seluk beluk tentang perbankan.

    "Begini saja, ini Pak ..., nanti Bapak bawa uang ke bank, terus nanti langsung dimasukkan ke rekening perusahaan kami." begitu kata perempuan pegawai pemasaran itu.

    "Rekening ...? Apalagi itu rekening? Saya kan tidak tahu itu." sahut Podin yang memang tidak tahu sama sekali tentang dunia perbankan.

    "Sudah begini saja ..., kamu saya antar pulang mengambil uang, terus nanti uang kamu itu dibawa ke bank. Kita ketemu dengan mbak-e ini di bank. Terus nanti langsung diatur oleh si mbak pegawai pemasaran ini. Nah ..., nanti di sana kamu udah langsung membayarkan uangnya itu diserahkan di sana. Begitu, Din ...." kata Pak Mandor yang memberitahu Podin.

    "Ooo .... Ya ..., ya ..., ya ..., ya .... Saya setuju. Saya mau, Pak ...." jawab Podin.

    "Jadi ..., nanti kita ketemuan di bank. Bapak diantar Pak Mandor membawa uang ke bank. Saya nanti bersama dengan pegawai sini, juga ke bank. Kita ketemu di sana. Nah, Bapak nanti langsung menyerahkan uangnya di bank, saya yang akan mengaturnya, Pak. Jadi tidak usah khawatir, Bapak tidak perlu repot-repot. Pokoknya bawa saja uang itu, nanti diserahkan di sana, petugas bank yang akan menghitungnya." kata perempuan pegawai pemasaran perumahan itu.

    "Ayo,  Pak Mandor, cepat antarkan saya ke rumah untuk mengambil uang. Kita berangkat ke bank sekarang." kata Podin yang tentu tidak sabar ingin segera melunasi tumah itu.

    "Silakan, Pak .... Saya juga bersiap untuk berangkat ke bank." sahut perempuan pegawai perumahan itu.

    Pak mandor langsung berboncengan dengan Podin, beranjak pulang ke rumah untuk mengambil uang. Tentu dalam perjalanannya, Pak Mandor juga bicara pada Podin.

    "Din ..., hidup di perumahan mewah itu harus mempunyai kendaraan. Sebab untuk keluar dari rumah menuju jalan saja, itu cukup jauh. Dan di perumahan itu tidak ada angkutan, tidak ada tukang ojek, karena semuanya yang tinggal di perumahan itu adalah orang-orang kaya yang punya mobil banyak, punya kendaraan, sarana transportasi yang sangat mudah, Din .... Kamu harus beli kendaraan, Din. Itu untuk transportasi kamu mengangkut anak, mengangkut istri, memboncengkan anak, memboncengkan istri. Sebab, Din ..., tinggal di perumahan itu kalau tidak punya kendaraan kamu bisa repot sendiri. Coba bayangkan untuk keluar dari rumah menuju jalan saja itu lumayan jauh loh. Kalau jalan kaki bisa capek deh." begitu kata Pak Mandor yang memberi gambaran kepada Podin.

    "Betul Pak, saya itu juga sudah kepikiran mau beli kendaraan .... Tapi ya itu, Pak ..., yang penting bagi saya itu beli rumah dahulu. Nah, setelah beli rumah, nanti saya baru beli kendaraan." jawab Podin pada Pak Mandor.

    "Ya sudah.... Nanti habis membayar rumah, kalau masih ada sisa uang, saya sarankan untuk beli motor." kata Pak Mandor yang terus melajukan motornya.

    Pak mandor yang mengendarai kendaraannya, berboncengan dengan Podin, menuju rumah Podin. Ia mulai melintasi jalan setapak dari perkampungan, setelah jalan kampung itu selesai. Maklum bahwa rumah Podin itu terletak di pinggiran yang hanya menempati tanah dari milik desa yang tidak boleh dimiliki secara pribadi. Itu hanya kebaikan hati Pak Lurah yang memberikan lahan desa kepada Podin untuk membangun rumahnya sebagai tempat tinggal. Tentu Pak Mandor sangat berhati-hati dalam menyetir kendaraannya, karena sebenarnya yang dilewati bukanlah jalan, melainkan hanya sebuah bekas jalan air kalau musim hujan.

    Hingga beberapa saat kemudian, Pak Mandor yang mengendarai kendaraannya berboncengan dengan Podin, sampailah di depan sebuah gubug reot yang memang tidak pantas untuk dihuni oleh manusia, gubug itu hanya pantas untuk digunakan sebagai tempat kandang ternak. Pak Mandor berhenti di depannya.

    "Pak Mandor, silahkan masuk ke rumah saya .... Ini gubug yang nanti sebentar lagi akan saya tinggalkan, Pak Mandor ...." begitu kata Podin saat mempersilahkan Pak Mandor untuk masuk ke rumahnya.

    "Kita kan buru-buru cepat, Din .... Saya tidak usah masuk, nunggu di luar saja. Kamu cepat-cepat ambil uangnya, kita langsung menuju ke bank. Karena kita sudah ditunggu oleh bagian pemasaran di bank." kata Pak Mandor yang tetap duduk di motornya.

    "Ya, Pak Mandor ...." saut Podin yang langsung bergegas masuk, tentu untuk mengambil bungkusan kain yang berisi uang.

    Setelah Podin masuk, ada perempuan yang menggendong bayi, keluar dari gubug.

    "Oo ..., ada tamu toh ...? Ayo Pak, silakan masuk ...." begitu kata perempuan yang tidak lain adalah istri Podin,  yang mempersilahkan masuk Pak Mandor.

    "Terima kasih, Bu .... Saya di sini saja, hanya sebentar kok. Ini menunggu Podin untuk cepat-cepat ke bank." begitu saut Pak Mandor yang masih duduk di atas kendaraannya.

    "Walah .... Mau ke bank? Mau ngapain, Pak?" tanya perempuan yang masih menggendong bayinya itu sambil meneteki.

    Tentu Pak Mandor sebagai seorang laki-laki yang menyaksikan istrinya Podin yang sedang meneteki bayinya itu, langsung menelan ludah. Karena Pak Mandor sudah menyaksikan sesuatu yang indah pada dada wanita itu.

    "Ini lho, Bu ..., Podin kan beli rumah baru, sebentar lagi Ibu tidak akan menempati rumah ini. Sebentar lagi Ibu akan pindah ke rumah yang bagus, gedung yang megah. Wah ..., selamat ya, Bu ..., pasti Ibu nanti bersama anak-anak dan suami, akan senang tinggal di gedung itu." kata Pak Mandor yang sambil menelan ludah, karena tergiur dengan bayi yang ******* itu.

    "Walah ..., yang bener ini, Pak?" tanya istri Podin.

    "Betul, Bu .... Makanya ini saya ke sini mengantar Podin mengambil uang untuk membayarnya di bank." kata Pak Mandor lagi.

    "Oh, begitu toh, Pak .... Ya syukurlah, Pak .... Saya juga senang bisa punya rumah yang layak." begitu sahut perempuan yang masih saja memperlihatkan bagian dadanya untuk memberikan susu kepada anaknya.

    Sebentar kemudian Podin keluar dengan membawa buntalan kain, lalu dia menghampiri Pak Mandor yang sudah siap.

    "Ayo, Pak Mandor, kita berangkat sekarang .... Bu, saya mau ke bank .... Ini saya mau bayar rumah, Bu. Nanti kita akan pindah ke rumah yang baru. Doakan saya cepat selesai ya. Bu ...." begitu kata Podin yang langsung berpamitan pada istrinya, Ia pun langsung membonceng di kendaraan Pak Mandor.

    "Iya, Pak .... Hati-hati .... Semoga berhasil ...." begitu sahut istrinya yang melepas kepergian Pak Mandor yang memboncengkan suaminya.

    Akhirnya Pak Mandor bersama Podin sudah sampai di depan bank yang telah dijanjikan. Pak Mandor menyandarkan motornya, lantas masuk ke ruang bank itu bersama dengan Podin yang membawa buntalan kain berisi uang. Tentu saat Podin masuk ke bank tersebut, banyak orang yang melihat Podin, semua mata tertuju pada Podin. Tentu karena menyaksikan hal aneh yang dilakukan oleh Podin, yaitu membawa buntalan kain itu masuk ke dalam bank. Buntalan kain yang berisi uang, layaknya seperti orang yang akan melakukan perantauan atau perjalanan jauh dengan membawa bekal pakaian yang dibungkus kain taplak meja yang dipanggul pada pundaknya. Orang-orang merasa aneh menyaksikan Podin yang berkelakuan seperti itu. Tentu karena memang di bank biasanya sangat jarang orang-orang yang membawa uang dalam jumlah besar hanya menggunakan buntalan kain taplak seperti layaknya orang yang akan membawa bekal pergi jauh. Tetapi itulah Podin, orang miskin yang belum pernah membawa uang, apalagi masuk ke dalam sebuah bank.

    Namun Podin cuek saja. Begitu juga Pak mandor. Ya, memang seperti itulah kondisinya Podin yang tidak punya pengetahuan, sangat minim pengalaman, bahkan masuk ke bank saja baru pertama kali ini. Kebetulan kali ini dia akan membayar rumah yang oleh pihak pemasaran diminta untuk membawa uangnya ke bank. Tentu untuk membawa uang dalam jumlah banyak, satu-satunya yang paling gampang ya hanya dibungkus kain begitu saja.

    "Pak Podin ...., sini ...!" tiba-tiba perempuan yang bekerja di kantor pemasaran Perumahan itu memanggil Podin yang baru saja masuk dengan membawa buntalan kain yang berisi uang. Uang yang hampir satu setengah miliar itu tidak sedikit. Tentu kalau dibungkus dengan kain juga akan kelihatan sangat besar.

    "Ya, Mbak ...." saut Pak Mandor yang kemudian mengajak Podin untuk menemui pegawai pemasaran yang sudah datang lebih dulu di Bank itu.

    "Pak Podin, sini .... Sekarang kita akan membayarkan uangnya ke bagian kasir Bank." kata perempuan pemasaran itu.

    Selanjutnya Podin yang membawa uang itu duduk di samping perempuan pegawai pemasaran itu, tentu diapit oleh Pak Mandor.

    "Tunggu sebentar ya, Pak." kata seorang Kasir di bank, perempuan yang cantik juga dengan dandanan khas sebagai seorang pegawai bank.

     "Pak Podin .... Silakan kemari." kata kasir yang ada di depannya itu. Lalu kasir itu meminta uangnya, "Mana pak uangnya?" kata kasir itu.

    "Ini Mbak." sahut Podin yang menyerahkan buntalan kain taplak yang isinya adalah uang.

    Ttentu orang-orang pada tersenyum menyaksikan kejadian itu. Peristiwa yang memang sangat tidak layak untuk dilakukan di sebuah bank besar. Bahkan kasir itu juga tersenyum menerima taplak yang berisi penuh uang.

    "Sebentar ya, Pak .... Saya hitung pakai mesin dulu." begitu kata kasir yang sudah menerima buntalan uang dalam kain taplak itu. Tiga orang berdiri di depan kasir menyaksikan kasir yang menghitung uang itu dengan menggunakan mesin.

    Memang penataan uang yang dilakukan oleh Podin sudah lumayan, uang Podin itu setiap 100 lembar diikat dengan karet, tetapi penataannya memang tidak seperti yang diharapkan oleh kasir-kasir di bank. Kalau kasir biasanya ditata rapi sesuai dengan ujung-ujung uang itu. Lembaran depan ke depan semua sehingga kelihatan rapi.

    Ikat demi ikat uang itu dimasukkan ke dalam mesin penghitung. Tentu kasir yang menghitung uang itu sabar, sambil menata uang yang dibawa Podin yang memang penataannya tidak sebagus yang dilakukan oleh kasir.

    "Sabar ya, Pak ...." begitu kata kasir yang masih menghitung uang-uang ikatan yang diserahkan oleh Podin.

    "Ya, Mbak." begitu sahut Podin yang tentu sabar menunggu, berdiri bersama Pak mandor dan pegawai dari pemasaran itu di depan meja teller.

    Hingga akhirnya, setelah beberapa saat kasir itu menghitung uang yang diserahkan oleh Podin, selesailah sudah sampai angka yang menunjukkan empat belas juta lembar uang ratusan ribu. Satu miliar empat ratus juta rupiah. Uang yang sangat banyak, uang yang sangat besar jumlahnya, sehingga memang cukup lama kasir itu melakukan penghitungan.

    "Pak Podin .... Ini uang untuk pembayaran rumahnya sudah saya ambil .... Sudah saya masukkan ke dalam rekening pengembang perumahan. Nah, Pak Podin, ternyata uang yang dibawa oleh Pak Podin yang ada di dalam bungkusan kain taplak ini, masih ada sisa banyak, Pak Podin .... Apa Bapak mau buka rekening sekalian di bank kami ...? begitu kata teller yang menaikkan kain taplak dengan berisi sisa uang milik Podin.

    "Rencananya mau buat beli motor lebih dahulu, Mbak ...." jawab Podin.

     "O, ya sudah .... Besok nabung di sini ya, Pak ...." sahut kasir itu lagi.

    Setelah menyelesaikan pembayarannya di kasir, selanjutnya Podin dan Pak Mandor, diajak bicara oleh Mbak Hanik, bagian pemasaran itu.

    "Pak Podin .... Secara legal pembayaran rumah itu sudah selesai. Pak Podin langsung bisa menempati rumah itu ..., monggo kapan silakan saja. Nanti kami hanya minta KTP Pak Podin, untuk administrasi di perumahan. Tetapi untuk kelengkapan berkas legalitas dari pembelian ini, nanti kalau yang mempunyai rumah ini sempat datang ke sini, kami akan melakukan pembuatan surat jual beli di notaris. Pak. Besok kalau pemiliknya sudah siap. Pak Podin akan kami kabari. Pastinya dia nanti akan datang menyerahkan sertifikat dan akta jual beli. Pak Podin tidak usah khawatir, hanya menunggu beberapa waktu. Kita yang akan menyiapkan pembuatan akta jual beli di notaris. Jangan khawatir, Pak ..., notarisnya itu sudah lenggangan dari pihak Perumahan. Jadi Pak Podin tidak perlu repot-repot." begitu kata perempuan pegawai pemasaran tersebut.

    "Iya, Mbak .... Terima kasih atas bantuannya ini semua. Nanti sepulang dari sini, rencananya kami akan menempati rumah itu." jawan Podin.

     Setelah semuanya beres, Podin kembali berboncengan dengan Pak Mandor. Tentu dengan perasaan senang. Demikian juga Pak Mandor yang pastinya juga senang, karena sudah bisa membantu Podin beli rumah hanya dalam waktu sekejap. Dan pasti, Pak Mandor sudah diberi persen, dua ikat uang berwarna merah yang dilolos dari buntalan kain taplak yang dicangklong oleh Podin.

Episodes
1 Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2 Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3 Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4 Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5 EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6 Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7 EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8 EPISODE 8: MASUK BANK
9 EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10 EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11 EPISODE 11: BELI MOTOR
12 EPISODE 12: PERGI KE MALL
13 EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14 EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15 EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16 EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17 EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18 EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19 EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20 EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21 EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22 EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23 EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24 EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25 EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26 EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27 EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28 EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29 EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30 EPISODE 30: RENCANA GILA
31 EPISODE 31: TERDAMPAR
32 EPISODE 32: TAK SANGGUP
33 EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34 EPISODE 33: BERITA PILU
35 EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36 EPISODE 35: PIKNIK
37 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38 EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39 EPISODE 38: DIUSIR
40 EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41 EPISODE 40: SENAM
42 EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43 EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44 EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45 EPISODE 44: MINTA ANAK
46 EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47 EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48 EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49 EPISODE 48: MENCOBA LARI
50 EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51 EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52 EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53 EPISODE 52: CURIGA
54 EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55 EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56 EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57 EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58 EPISODE 57: MENANYA USAHA
59 EPISODE 58: MENATA WARUNG
60 EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61 EPISODE 60: ANAK ANEH
62 EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63 EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64 EPISODE 63: ULAH PODIN
65 EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66 EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67 EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68 EPISODE 67: MELAHIRKAN
69 EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70 EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71 EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72 EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73 EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74 EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75 EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76 EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77 EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78 EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79 EPISODE 78: TERJERAT
80 EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81 EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82 EPISODE 81: MINTA WARISAN
83 EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84 EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85 EPISODE 84: MASALAH LAGI
86 EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87 EPISODE 86: MENANTU BAIK
88 EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89 EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90 EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91 EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92 EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93 EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94 EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95 EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96 EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97 EPISODE 96: DITOLAK
98 EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99 EPISODE 98: BERUNTUNG
100 EPISODE 99: DITEMU ORANG
101 EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102 EPISODE 101: KENA GODAAN
103 EPISODE 102: AMBYAR
104 EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105 EPISODE 104: PLONG
106 EPISODE 105: CURHAT
107 EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108 EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109 EPISODE 108: MENCURI PETI
110 EPISODE 109: GAGAL
111 EPISODE 110: SELALU KOSONG
112 EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113 EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114 EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115 EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116 EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117 EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118 EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119 EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120 EPISODE 119: JADI MANGSA
121 EPISODE 120: MERAUP UANG
122 EPISODE 121: KETAGIHAN
123 EPISODE 122: MENCARI PETI
124 EPISODE 123: MASUK PENJARA
125 EPISODE 124: PODIN BEBAS
126 EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127 EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128 EPISODE 127: LEBIH LICIK
129 EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130 EPISODE 129: KETAKUTAN
131 EPISODE 130: DIUSIR
132 EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133 EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134 EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135 EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136 EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137 EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138 EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139 EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140 EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141 EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142 EPISODE 141: BINGUNG
143 EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144 EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145 EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146 EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147 EPISODE 146: KECEWA
148 EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149 EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150 EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151 EPISODE 150: HARI PERTAMA
152 EPISODE 151: BERIBADAH
153 EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154 EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155 EPISODE 154: USAHA BARU
156 EPISODE 155: SANTAI SAJA
157 EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158 EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159 EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160 EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161 EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162 EPISODE 161: GERHANA BULAN
163 EPISODE 162: PODIN HILANG
164 EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165 EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166 EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167 EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168 EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169 EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170 EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171 EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172 EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173 EPISODE 172: BIMBANG
174 EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175 EPISODE 174: HIDUP BARU
176 EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177 EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178 EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179 EPISODE 178: PENGAKUAN
180 EPISODE 179: PENGUPING
181 EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182 EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183 EPISODE 182: PODIN SEHAT
184 EPISODE 183: PODIN RAIB
185 EPISODE 184: BIJAKSANA
186 EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187 EPISODE 186: PERTEMUAN
188 EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189 EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190 EPISODE 189: CERITA ANAK
191 EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192 EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193 EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194 EPISODE 193: AKUR
195 EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196 EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197 EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198 EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199 EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200 EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201 EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202 EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203 EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204 EPISODE 203: JADI PENDIAM
205 EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206 EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207 EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208 EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209 EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210 EPISODE 209: PULAU ANEH
211 EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212 EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213 EPISODE 212: MASUK ISTANA
214 EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215 EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216 EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217 EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218 EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219 EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220 EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221 EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA
Episodes

Updated 221 Episodes

1
Episode 1: MISKIN ITU MENDERITA
2
Episode 2: KAKEK YANG BAIK
3
Episode 3: MENCARI RUMAH SI KAKEK TUA
4
Episode 4: DAPAT UANG SATU PETI
5
EPISODE 5: KAYA MENDADAK
6
Episode 6: INGIN RUMAH MEWAH
7
EPISODE 7: RUMAH MEWAH
8
EPISODE 8: MASUK BANK
9
EPISODE 9: PINDAH RUMAH
10
EPISODE 10: BERSENANG-SENANG DI RUMAH BARU
11
EPISODE 11: BELI MOTOR
12
EPISODE 12: PERGI KE MALL
13
EPISODE 13: INGIN INI INGIN ITU
14
EPISODE 14:UANG HABIS HATI MENANGIS
15
EPISODE 15: KEMBALI KE ISTANA
16
EPISODE 16: SYARAT MENGAMBIL HARTA KARUN
17
EPISODE 17: PETAKA TAK TERHINDARKAN
18
EPISODE 18: HANTU TANPA KEPALA
19
EPISODE 19: MEMBONGKAR KUBURAN KOSONG
20
EPISODE 20: INGIN MEMBUKA USAHA
21
EPISODE 21: MEMBUKA TOKO
22
EPISODE 22: MULAI BERTINGKAH
23
EPISODE 23: ISTRI KEDUA
24
EPISODE 24: HARTA KARUN TERKURAS HABIS
25
EPISODE 25: USAHA YANG GAGAL
26
EPISODE 26: PENGEMIS ANEH
27
EPISODE 27: MENJUAL RUMAH
28
EPISODE 28: OMELAN ISTRI MUDA
29
EPISODE 29: LEBARAN SUNYI
30
EPISODE 30: RENCANA GILA
31
EPISODE 31: TERDAMPAR
32
EPISODE 32: TAK SANGGUP
33
EPISODE 37: MENYIKSA TIADA HENTI
34
EPISODE 33: BERITA PILU
35
EPISODE 34: MENJEMPUT ANAK
36
EPISODE 35: PIKNIK
37
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
38
EPISODE 36: KEDATANGAN SIA-SIA
39
EPISODE 38: DIUSIR
40
EPISODE 39: TINGGAL DI RUMAH KAKEK
41
EPISODE 40: SENAM
42
EPISODE 41: MENCULIK ANAK SENDIRI
43
EPISODE 42: KORBAN PERSEMBAHAN
44
EPISODE 43: PENYELAMATAN DEWI
45
EPISODE 44: MINTA ANAK
46
EPISODE 45: GEGER PENCULIKAN ANAK JALANAN
47
EPISODE 46: KAYA KEMBALI
48
EPISODE 47: MENYEMBUNYIKAN HARTA KARUN
49
EPISODE 48: MENCOBA LARI
50
EPISODE 49: RAYUAN MAUT
51
EPISODE 50: MENGAJAK NIKAH
52
EPISODE 51: MENIKAH LAGI
53
EPISODE 52: CURIGA
54
EPISODE 53: GEGER DI TELEPON
55
EPISODE 54: REMBULAN MERAH
56
EPISODE 55: MENANYA MIMPI
57
EPISODE 56: MEMENUHI PANGGILAN MAYA
58
EPISODE 57: MENANYA USAHA
59
EPISODE 58: MENATA WARUNG
60
EPISODE 59: MEMBUKA WARUNG MAKAN
61
EPISODE 60: ANAK ANEH
62
EPISODE 61: ADA YANG BINGUNG
63
EPISODE 62: KEJADIAN ANEH
64
EPISODE 63: ULAH PODIN
65
EPISODE 64: RIBUT DI WARUNG RINA
66
EPISODE 65: MENGUSIR PODIN
67
EPISODE 66: PULANG KE JAKARTA
68
EPISODE 67: MELAHIRKAN
69
EPISODE 68: REPOTNYA MERAWAT BAYI
70
EPISODE 69: MENDATANGI ISTANA RAJA
71
EPISODE 70: BAYI YANG DIPERSEMBAHKAN
72
EPISODE 71: PODIN KEBINGUNGAN
73
EPISODE 72: MENJUAL ASET MAYA
74
EPISODE 73: MENINGGALKAN JAKARTA
75
EPISODE 74: PODIN DIJAMBRET
76
EPISODE 75: HUJAN DI TENGAH KEMARAU
77
EPISODE 76: GEGER DI KUBURAN
78
EPISODE 77: PIJAT JARI LENTIK
79
EPISODE 78: TERJERAT
80
EPISODE 79: PERNIKAHAN KEEMPAT
81
EPISODE 80: TERSINGGUNG SINDIRAN
82
EPISODE 81: MINTA WARISAN
83
EPISODE 82: ADA APA JAKARTA?
84
EPISODE 83: DI KAMAR HOTEL
85
EPISODE 84: MASALAH LAGI
86
EPISODE 85: MENOLAK WARISAN
87
EPISODE 86: MENANTU BAIK
88
EPISODE 87: LESTI BUKA USAHA
89
EPISODE 88: KEHABISAN MODAL
90
EPISODE 89: TERJUALNYA PETI HARTA KARUN
91
EPISODE 90: MENELISIK PENGHUNI PETI
92
EPISODE 91: MENANYAKAN BAYI
93
EPISODE 92: PODIN CARI UANG
94
EPISODE 93: CERITA PESUGIHAN
95
EPISODE 94: PENCULIK LICIK
96
EPISODE 95: SUSAH DIAJAK
97
EPISODE 96: DITOLAK
98
EPISODE 97: RAHASIA PENGEMIS CILIK
99
EPISODE 98: BERUNTUNG
100
EPISODE 99: DITEMU ORANG
101
EPISODE 100: PELANGGAN BAIK
102
EPISODE 101: KENA GODAAN
103
EPISODE 102: AMBYAR
104
EPISODE 103: KEMBALI KE ASAL
105
EPISODE 104: PLONG
106
EPISODE 105: CURHAT
107
EPISODE 106: TERTARIK CERITA BANG KOHAR
108
EPISODE 107: DIPELUK TUYUL
109
EPISODE 108: MENCURI PETI
110
EPISODE 109: GAGAL
111
EPISODE 110: SELALU KOSONG
112
EPISODE 111: MAAF BANG KOHAR
113
EPISODE 112: PETUAH KAKEK
114
EPISODE 113: RINA MENEMUKAN PETI
115
EPISODE 114: MEMBUANG PETI
116
EPISODE 115: BOCAH MENAKUTKAN
117
EPISODE 116: RINA PULANG KAMPUNG
118
EPISODE 117: PENDERITAAN MAYA
119
EPISODE 118: MELARIKAN DIRI
120
EPISODE 119: JADI MANGSA
121
EPISODE 120: MERAUP UANG
122
EPISODE 121: KETAGIHAN
123
EPISODE 122: MENCARI PETI
124
EPISODE 123: MASUK PENJARA
125
EPISODE 124: PODIN BEBAS
126
EPISODE 125: PETI YANG HILANG
127
EPISODE 126: DETEKTIF PODIN
128
EPISODE 127: LEBIH LICIK
129
EPISODE 128: MENGELUARKAN ARWAH
130
EPISODE 129: KETAKUTAN
131
EPISODE 130: DIUSIR
132
EPISODE 131: MENGALAH DAPAT VILLA
133
EPISODE 132: KEMBALI GAGAL
134
EPISODE 133: MINTA TUMBAL
135
EPISODE 134: TUYUL MOGOK
136
EPISODE 135: KIRIMAN PETI
137
EPISODE 136: ARWAH SANG ANAK
138
EPISODE 137: DISAMBUT HANTU PEREMPUAN
139
EPISODE 138: TEMPAT SINGGAH HANTU
140
EPISODE 139: MENGUAK RAHASIA
141
EPISODE 140: DIKEROYOK HANTU
142
EPISODE 141: BINGUNG
143
EPISODE 142: MENGGUGAT PENJUAL
144
EPISODE 143: MENCARI RUMAH DI KAMPUNG
145
EPISODE 144: MENTRAKTIR WARGA
146
EPISODE 145: TAMU-TAMU PEREMPUAN
147
EPISODE 146: KECEWA
148
EPISODE 147: DITINGGAL CINTA
149
EPISODE 148: BENARKAH CINTA?
150
EPISODE 149: MENIKAH LAGI
151
EPISODE 150: HARI PERTAMA
152
EPISODE 151: BERIBADAH
153
EPISODE 152: KEMBALI MENCARI UANG
154
EPISODE 153: KECURIGAAN SANG ISTRI
155
EPISODE 154: USAHA BARU
156
EPISODE 155: SANTAI SAJA
157
EPISODE 157: KEMBALI MEMANGGIL TUYUL
158
EPISODE 158: PERTANYAAN SANG ISTRI
159
EPISODE 156: KEKURANGAN MODAL
160
EPISODE 159: USAHA YANG LARIS
161
EPISODE 160: MENAMBAH USAHA
162
EPISODE 161: GERHANA BULAN
163
EPISODE 162: PODIN HILANG
164
EPISODE 163: DIMAKAN GERHANA
165
EPISODE 164: KEMARAHAN PENGUASA PULAU BERHALA
166
EPISODE 165: PODIN DITEMUKAN
167
EPISODE 166: PODIN TERGOLEK DI RUMAH SAKIT
168
EPISODE 167: DOA SANG PENDETA
169
EPISODE 168: MENGUAK KAMAR RAHASIA
170
EPISODE 169: KEYAKINAN CIK MELAN
171
EPISODE 170: NASEHAT UNTUK SUAMI
172
EPISODE 171: NASEHAT PENDETA
173
EPISODE 172: BIMBANG
174
EPISODE 173: MENYINGKIRKAN PETI KERAMAT
175
EPISODE 174: HIDUP BARU
176
EPISODE 175: COBAAN HIDUP
177
EPISODE 176: DOA YANG MUJARAB
178
EPISODE 177: BAPTISAN BERDARAH
179
EPISODE 178: PENGAKUAN
180
EPISODE 179: PENGUPING
181
EPISODE 180: KANG ZAKI KE PULAU BERHALA
182
EPISODE 181: NASIB KANG ZAKI
183
EPISODE 182: PODIN SEHAT
184
EPISODE 183: PODIN RAIB
185
EPISODE 184: BIJAKSANA
186
EPISODE 185: MENCARI ISTRI DAN ANAK
187
EPISODE 186: PERTEMUAN
188
EPISODE 187: PERTANYAAN ISTRI
189
EPISODE 188: MENANGIS SENDIRI
190
EPISODE 189: CERITA ANAK
191
EPISODE 190: MENENTUKAN PILIHAN
192
EPISODE 191: DI KAMAR HOTEL
193
EPISODE 192: ISTRI DAN ISTRI
194
EPISODE 193: AKUR
195
EPISODE 194: RUMAH YANG HILANG
196
EPISODE 195: BERPINDAH RUMAH
197
EPISODE 196: REBUTAN KAMAR
198
EPISODE 197: KELUARGA YANG MESRA
199
EPISODE 198: PIKNIK KE MONAS
200
EPISODE 199: MENELISIK PENGEMIS TUA
201
EPISODE 200: MENELISIK PULAU BERHALA
202
EPISODE 201: FOTO MEMBINGUNGKAN
203
EPISODE 202: SUARA BAYI MENANGIS
204
EPISODE 203: JADI PENDIAM
205
EPISODE 204: KAKEK YANG MENGHILANG
206
EPISODE 205: SIAP MEMBANTU
207
EPISODE 206: MENGGUGAH MIMPI BURUK
208
EPISODE 207: MENUJU PULAU BERHALA
209
EPISODE 208: AKHIRNYA, BISA MASUK PULAU BERHALA
210
EPISODE 209: PULAU ANEH
211
EPISODE 210: PERLAWANAN TAK SEIMBANG
212
EPISODE 211: BELUM SAATNYA
213
EPISODE 212: MASUK ISTANA
214
EPISODE 213: JERITAN MENGGEGERKAN
215
EPISODE 214: GEGER SEMAKIN KISRUH
216
EPISODE 215: PEREMPUAN PENGHANCUR BATU KISARAN
217
EPISODE 216: MURKA SANG PENGUASA
218
EPISODE 217: RUNTUHNYA ISTANA BERHALA
219
EPISODE 218: PERLAWANAN SANG PERKASA
220
EPISODE 219: PETUALANGAN TERAKHIR
221
EPISODE 220: TAMATNYA PULAU BERHALA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!