4 jam berlalu dengan cepat. Sekitar 2 jam lagi mereka akan tiba di lokasi.
“Hei, Arthur! Biarkan aku bertanya padamu. Bagaimana bisa kau mengubah namamu menjadi Igor?”
Igor melirik Roy. Merasa curiga padanya. “Kenapa? Apa kau sedang mewawancarai ku?”
“Tidak, bukan begitu. Maksudku, bagaimana bisa kau menipu Detektif Eva? Selain dia cantik, Detektif Eva adalah wanita yang cukup kuat dan tangguh yang pernah kutemui selama ini.”
“Hei, Berandal! Eva tidak tahu apa-apa tentangku, tentang masa laluku. Dia tak tahu bahwa aku memiliki adrenalin yang cukup tinggi, dan keinginan untuk membunuh. Aku dapat menahan itu semua, terlepas dari apapun.”
“Wah, apa kau tak memiliki perasaan padanya? Banyak orang bilang, seseorang akan lebih menyayangi pasangannya setelah mereka memiliki seorang anak.”
“Tidak. Aku sangat mencintainya saat ini. Aku butuh dia untuk disisiku, walau dulu aku selalu menghindar dan bersikap acuh padanya, saat kami berpacaran.”
“Dulu, aku selalu menghindarinya, karena aku tak ingin dia tahu, siapa diriku sebenarnya,” jelas Igor.
“Apa-apaan ini? Hei!”
Igor merebut tas selempang yang dipakai oleh Roy. Igor menemukan sebuah perekam yang berada di dalam tas itu dengan keadaan menyala.
Benar dugaan Igor di awal. Dia sudah curiga saat Roy mempertanyakan, bagaimana dia bisa mengganti identitasnya.
Sial untuk Roy. Dia celingukan, mencari alasan untuk itu. Igor sangat tahu betul apa yang akan dilakukan oleh semua reporter dan wartawan, jika menyangkut tentang berita yang sedang dibicarakan banyak orang.
“Astaga, aku tidak tahu itu berada disana.” Roy beralasan. “Tunggu, Arthur! Berikan padaku.” Roy berusaha merebut perekam itu dari Igor. Mobil yang dikendarainya sedikit oleng karena itu.
Igor terus menghindar dan menghapus semua rekaman yang ada di dalam alat perekam itu.
“Hei! Kau tak boleh menghapusnya. Ada wawancara penting di dalam alat itu. Astaga.”
Terlambat sudah. Igor sudah menghapus semua rekaman yang ada di dalam alat perekam.
“Dengarkan aku, Brengsek! Jika Eva tahu semua hal tentangku, itu pasti karenamu. Aku akan memotong setiap bagian tubuhmu, jika itu terjadi. Kau mengerti?”
Meski Igor berbicara dengan santai, Roy sangat ketakutan dengan itu.
“Astaga, berhentilah bercanda, Arthur! Itu tidak lucu!”
Igor menatap Roy serius. “Dasar Bodoh! Kau pikir aku bercanda?” Igor mengembalikan alat perekam itu ke dalam tas Roy. Melemparkan tas ke wajah Roy.
Roy terdiam menelan ludah.
Dua jam perjalanan berlangsung cepat. Mobil SUV keluar dari gerbang tol dan memasuki jalan pedesaan.
Waktu menunjukkan pukul 8 malam. Jalanan pedesaan itu cukup sepi. Beberapa pohon mahoni berada di sepanjang jalan.
Hanya terdapat beberapa rumah saja dengan jarak yang cukup jauh, dari satu rumah ke rumah lainnya. Mobil Roy melikuk-likuk melewati jalanan panjang yang sepi itu.
Hitung-hitung, mereka bernostalgia bersama di kampung halaman mereka.
“Astaga, sekarang jalanan ini sangatlah sepi. Lebih dari separuh rumah disini sudah kosong, sepertinya,” ucap Roy.
Igor hanya diam dan malah mengingat Roy saat merisak dan membulinya dahulu di desa itu.
Dia masih ingin untuk menghajar Roy untuk balas dendam, tapi, dia dapat menahan itu semua, karena tak ingin membiarkan darah monster dari Sang Ayah menguasai dirinya.
Rumah kecil dengan arsitektur cina. Memiliki pekarangan yang cukup luas. Pekarangan yang dibatasi dengan sekat. Membatasi antara tanaman dan kolam ikan koi yang ada di depan rumah itu.
Dengan pagar kayu yang melingkar menutup pekarangan dan rumah terhubung langsung dengan hutan belantara yang berada tepat di belakang rumah itu.
Sama sekali tak berbeda rumah itu sejak Roy dan Igor masih remaja. Mereka masih mengingat jelas, bahwa itu rumah Nenek Eli.
Roy bergegas menyusun rencana untuk segera masuk dan mengambil foto yang dimiliki oleh Nenek Eli, sebelum Eva dan para opsir lainnya datang ke tempat itu.
Pukul 8 malam. Roy akan masuk dan mengajak Nenek Eli untuk berbicara dan mengobrol sejenak di luar.
Selama itu, Igor akan menyelinap masuk dari pintu belakang dan mengambil foto itu dari dalam rumahnya.
Awalnya, Igor tak setuju dengan ide Roy. Igor sangat berpikir kritis dan selalu memikirkan rencana yang tak berjalan sesuai rencananya.
Akan tetapi, kali ini dia tak punya pilihan lain, selain menuruti ide dari Roy. Igor menunggu di mobil sembari Roy bertemu dengan Nenek Eli.
Gagal total! Semua rencana Roy sia-sia malam itu.,
“Nenek Eli!! Ini aku, Nek!! Roy memasuki rumah yang sedikit terbuka itu. Melihat Nenek Eli yang sudah dalam keadaan tak sadarkan diri dan terikat di lantai.
Panik! Roy kebingungan berusaha menyadarkan wanita paruh baya itu. Saat mencoba melepaskan ikatan dari tubuhnya,
*BUKK!!!
Roy tersungkur, darah segar mengalir dari kepala belakangnya. Seorang pria dengan tongkat bisbol di tangannya.
Menggunakan jubah, penutup kepala, dan masker berwarna hitam. Tubuh kurus tinggi jangkung. Sepertinya dia telah berada di rumah itu sebelum Roy dan Igor datang.
Pria jangkung itu segera keluar dari rumah dari pintu depan, melompat ke pekarang, merusak tanaman dan berlari ke belakang rumah.
Igor langsung menyadari hal itu. Cukup lama dia menunggu di mobil dan tak melihat Roy keluar. Igor segera keluar dari mobil dan mengejar pria tinggi kurus itu.
Igor yakin bahwa dia adalah orang yang membunuh Fredrik. Lincah kaki Igor melompati beberapa tanaman dan kolam yang ada di pekarangan.
Belum sempat menaiki dinding di belakang rumah, Igor menarik jubah pria itu dan membantingnya ke belakang.
Pria kurus mengerang kesakitan. Dia kembali bangkit dan menyerang Igor dengan batu bata yang ada di dekatnya.
BUK!!! BUK!!!
Dua pukulan telak masuk pada rusuk dan rahangnya. Igor lebih dulu menghindar dan memberikan pukulan telak itu. Lawan yang tak sepadan.
Walau mereka memiliki tinggi yang sama, tapi, Igor memiliki postur yang jauh lebih besar ketimbang Si Jangkung itu.
Sudah tahu pasti akan kalah, Si Jangkung akhirnya memutuskan untuk lari dan segera melompat dari pagar belakang rumah.
Sia-sia! Sekeras apapun usahanya untuk berlari, Igor dapat mencegahnya lebih dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments