Tubuh Fely bergetar kencang dan mulai menangis saat Eva terus mengarahkan silet itu ke titik-titik bagian vital dari tubuhnya.
AKhirnya dia menunduk dan memohon ampun, setelah sok berani menantang Eva.
“Tolong aku! Ampuni aku! Jangan bunuh aku! Kumohon, jangan bunuh aku!”
Eva menangis terisak-isak dan bersujud di kaki Eva, memohon ampun padanya.
“Wah, kenapa kau menangis dan bersujud seperti itu? Seharusnya kau memohon ampun pada keluarga mendiang, bukan kepadaku.”
Eva tersenyum dan berdiri, “Lagi pula, aku hanya bercanda. Mana mungkin seorang polisi bisa mencabut nyawa seenaknya? Aku juga tak ingin mengotori tanganku untuk membunuh orang hina macam dirimu.”
“Aku sudah memberitahumu soal penangkapan tadi, karena kau adalah manusia dihadapan hukum.” Eva mengeluarkan borgol dan memborgol kedua tangan Fely yang masih menangis ketakutan.
“Nona Feli, anda ditangkap atas kasus pembunuhan. Anda berhak didampingi pengacara dan memiliki hak untuk membela diri. Anda juga dapat mengajukan banding atas penangkapan ini.”
Eva menghela nafas panjang. Satu kasus hari itu, langsung selesai di hari itu juga.
Eva memanggil bantuan para polisi lain agar datang dan membawa tersangka ke ruang interogasi.
***
Pukul 12 siang. Karena saat ini musim dingin, terik matahari tidak begitu menyengat pada saat itu.
Mobil BMW Igor sudah berada di garasi rumahnya. Beberapa jam yang lalu dia telah kembali ke rumahnya untuk memulai pekerjaannya kembali.
Anaknya sendiri, Boy. Igor telah menitipkannya kepada mertuanya, untuk tinggal di rumah orang tua Eva, selama Igor dan Eva masih bekerja.
Alih-alih ingin kembali bekerja, ternyata Igor ingin mencari tahu lebih lanjut tentang apa yang sedang diselidiki oleh Roy, dengan kasus yang sudah lama itu.
Sebuah buku catatan kecil berada di dalam tas milik Roy. Karena penasaran, Igor membuka buku itu lembar-per lembar, membacanya dengan cermat.
Fredrik, seorang nama yang tertulis di dalam buku catatan itu. Di dalam buku catatan Roy, ditulis bahwa dia akan bertemu dengan Roy dan menjadi saksi.
Mata Igor tertuju pada nama itu. Rupanya dia juga mengenal Fredrik, karena dulu mereka pernah bekerja di tempat yang sama usai lulus SMA, setelah menghilangnya Igor dan mengganti identitasnya.
Igor bergegas menuju ruang basement untuk menginterogasi Roy, terkait dengan hal itu.
Sepiring nasi dan sepotong ayam goreng, diberikan Igor pada Roy. Dia melepas ikatan tangan Roy, dan memberikan makanan itu padanya.
Tanpa pikir panjang, Roy langsung melahap sepiring nasi dan sepotong daging ayam itu sampai ludes tak tersisa.
Igor kembali mengikat tangan dan tubuh Roy setelah dia menghabiskan makanan itu.
“Air!!! Beri aku air itu, Arthur! Tenggorokanku sangat kering. Ditambah sepiring nasi yang telah ku makan, membuat mulutku seret.”
Igor meletakkan botol ke lantai. Dia menunjukkan nama Fredrik yang tertulis di dalam buku catatan kecilnya.
“Jelaskan ini! Kenapa kau ingin bertemu Fredrik?” tanya Igor.
“Itu… Bukan apa-apa, aku hanya ingin mentraktirnya saja.”
Igor kembali mengambil sebotol air dan menumpahkannya ke lantai secara perlahan.
“Baiklah, cukup! Aku akan mengatakannya padamu. Jangan membuang semua air itu.”
Igor kembali meletakkan botol air.
“Dia berkata padaku bahwa dia memiliki sebuah petunjuk, jadi, kubilang aku akan menemuinya.”
“Petunjuk soal apa?”
“Beri aku air itu terlebih dahulu. Aku sudah memberimu sesuatu, jadi, kau harus memberiku sesuatu juga. Itu baru adil.”
Beberapa tegukan saja, Igor sudah kembali menarik botol, sebelum Roy dapat menghilangkan hausnya.
“Katakan, petunjuk apa itu? Kenapa kau ingin bertemu dengannya? Kau juga menelpon dia beberapa kali dengan ponselmu. Apa yang kalion bicarakan?”
“Sebenarnya, aku sudah menulis sebuah artikel tentang kau dan ayahmu, dan kemungkinan ayahmu yang memiliki kaki tangan setelah dia meninggal.”
“Kapan kau akan menemui dia?”
“Hari ini. Pada sore hari tepatnya. Aku akan menemuinya di taman kota dan sedikit mewawancarainya.”
“Hei, Arthur. Bukankah akan lebih buruk bagimu, jika aku tidak menghadiri pertemuan itu? Dia bisa curiga bahwa kau sedang menyekapku karena hal ini.”
Sejenak Igor berpikir untuk membuat keputusan yang tepat.
Akhirnya, Igor memutuskan agar Roy menelponnya saat itu juga dan akan mewawancarainya via telepon.
Igor akan menelpon, sedangkan Roy hanya perlu menjawab apa yang sudah diperintahkan Igor padanya.
“Halo, Pak Roy!” panggilan pun diangkat.
“Sepertinya, aku tidak bisa datang untuk bertemu denganmu sore nanti. Aku sangat sibuk mengurus beberapa kasus yang baru terjadi, hingga tak bisa menyempatkan waktu sedikitpun. Maafkan aku.”
“Oh, begitu. Baiklah, aku mengerti,” jawab Fredrik.
“Hmm. Bisakah kita melakukan wawancara singkat lewat telepon?”
“Ya, tentu. Tidak apa-apa. Mari kita lakukan itu.”
“Apa yang kau ingin kau berikan terkait dengan Arthur?”
“Oh itu. Kau pernah bilang padaku, bahwa Arthur menghilang sejak 15 tahun yang lalu saat musim panas tahun itu terjadi. Sebenarnya aku pernah tinggal bersamanya walau hanya beberapa hari setelah dia menghilang.”
“Saat itu, kami bekerja di tempat yang sama, sebagai pengantar barang kiriman cepat.”
“Lalu?” tanya Roy dengan perintah Igor.
“Kupikir sudah terjadi sesuatu di masa lalunya, tapi aku tak menyangka bahwa dia ternyata pernah membunuh seseorang. Andai saat itu aku tahu, aku akan melaporkannya langsung saat mendengarnya.”
“Sebelumnya, aku juga tidak tahu bahwa ayahnya adalah seorang Psikopat gila, pembunuh berantai yang telah membunuh banyak korban. Pantas saja dia begitu.”
“Dia sangat aneh dan tidak normal. Sesekali, aku pernah makan dan minum bir bersama dengannya, bahkan menonton sebuah film.”
“Saat menonton dia pernah bertanya padaku, pada adegan mana dia harus tertawa dan pada adegan mana dia harus merasa sedih. Bukankah itu gila? Dia persis psikopat yang tak mempunyai perasaan.”
“Baiklah. Terima kasih atas petunjuknya. Selamat siang!”
“Tunggu, Pak. Jangan ditutup dulu!” ucap Fredrik.
“Ada apa?”
“Saat itu aku pernah beberapa kali diancam oleh Arthur. Astaga. Itu membuatku gila. Kumohon padamu, Pak. Lindungi aku!”
Igor terdiam saat mendengar itu. Dia merasa tak pernah mengancam Fredrik sekalipun saat itu. Dia pun menyuruh Roy, meminta Fredrik melanjutkan ceritanya.
“Apa maksudmu?”
“Sejak beberapa bulan yang lalu, aku selalu menerima panggilan telepon setiap pukul 12 malam. Telepon itu berasal dari telepon umum, jika aku melihat dari nomornya.”
“Apa dia berkata padamu bahwa dia adalah Arthur?”
“Entahlah. Aku sudah bertanya padanya berkali-kali, tapi dia terus mengancamku. Aku sangat yakin itu dia karena, hanya dia yang akan melakukan itu padaku.”
“Kenapa kau sangat yakin bahwa itu dia dan hanya dia yang bisa melakukan itu padamu?”
Fredrik terdiam sejenak dan menjawab, “Saat itu aku masih muda dan dibutakan oleh keserakahan. Intinya, aku pernah melakukan kesalahan padanya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments