EPISODE 019

Di pagi yang indah, di sebuah rusun pedesaan. Rumah-rumah berjajar rapi, beberapa pasang pasutri yang berangkat bekerja bersamaan.

Beberapa rumah memelihara anjing kecil manis yang menggonggong di kandang, depan rumah mereka.

Segerombolan anak kecil yang menaiki sepedanya, saling balapan. Berangkat ke sekolah.

Wangi sabun cuci dari baju yang dijemur di depan perumahan memenuhi gang dari rusun itu.

Di salah satu rumah, pojok gang. Igor sedang bertamu, mendatangi istri Fredrik setelah kematiannya kemarin hari.

Kali ini dia menyamar sebagai Roy, alih-alih untuk mencari tahu informasi lebih lanjut dari keluarga korban.

Masih terlihat raut wajah sedih dan duka dari Sang Istri, setelah mendengar suaminya meninggal.

Igor meminta maaf dan turut berduka dengan berita itu. Memulai pertanyaan dengan kebiasaan suaminya di toko dan apa yang dia lakukan setiap harinya.

Sang Istri juga memberitahu bahwa Fredrik memilih menggunakan taksi, daripada mobilnya sendiri, setiap dia berangkat dan pergi bekerja. Taksi langganan dengan seorang sopir dan mobil yang sama.

Igor meminta alamat perusahaan taksi, lalu segera pamit. Bergegas untuk menyelidikinya.

***

Petunjuk baru! Seorang wanita paruh baya menghubungi kantor polisi pusat tempat Eva berada. Mengatakan, bahwa dia pernah tinggal di lingkungan yang sama. Dia mengatakan, memiliki foto Arthur yang diambil 5 tahun lalu.

“Apa?” Eva terkejut mengangkat telepon. Mendengarkan Si Nenek yang melapor. “Maksud Nenek, Nenek memiliki foto Arthur dari lima tahun  yang lalu?”

Semua detektif dan para opsir lainnya terkejut bersemangat mendengar itu. Mereka berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Eva yang sedang menerima telepon, begitupun dengan Roy yang saat itu berada di kantor untuk membantu kepolisian.

“Tunggu sebentar, Nek! Bisa kau ceritakan lebih jelas lagi?” Eva menahan teleponnya pundak dan telinga. Mengambil pena dan kertas untuk menulis.

Saat itu dia sedang mengunjungi anaknya di kota Vladivostok. Saat mengambil foto anak dan cucunya, tak sengaja Arthur juga masuk ke dalam frame foto itu.

Si Nenek bertempat tinggal di kota kecil bernama Tomsk, tepat di perbatasan antara Vladivostok dan  Tomsk. Tomsk juga merupakan kampung halaman Igor dan ayahnya, saat Igor masih kecil.

Mendengar berita dari semua stasiun TV, surat kabar dan Radio, Si Nenek baru teringat dan melaporkan hal itu.

“Apa kau yakin itu dia, Nek?”

“Ya, tentu saja. Aku sangat yakin dengan itu. Dia tumbuh sampai remaja di dekat lingkunganku. Aku selalu membicarakan dia dengan tetanggaku saat itu.”

“Baiklah, Nek. Kami juga mempunyai beberapa orang yang dapat memastikan dengan valid tentang foto itu, jadi, kami akan sangat menghargaimu jika kau dapat memberikan foto itu kepada kami.”

“Tentu. Kau boleh mengambilnya di kediamanku.”

Inspektur Han memberi usul agar Si Nenek mengirimkan fotonya melalui ponsel, tapi, Si Nenek tak bisa dan bahkan tak mempunyai ponsel modern di jaman yang sudah maju itu.

Alhasil, Eva dan Mike lah yang memutuskan untuk pergi ke perbatasan kota.

Mendengar hal itu terjadi, Roy lebih dulu memutuskan pergi menemui Igor untuk melaporkan hal yang didengarnya itu.

Di dalam mobilnya, Roy menelpon Igor terlebih dahulu.

“Halo! Dimana kau?”

“Oh, kau. Aku senang kau menelponku. Aku ingin kau mencari sesuatu tentang ini. Saat aku mendatangi istri korban, dia memberiku alamat perusahan…..”

“Sudahlah. Tidak ada waktu untuk membahas itu,” timpal Roy. “Aku punya kabar baik dan kabar buruk untukmu. Mana yang ingin kau dengar lebih dulu?”

“Buruk,” jawab Igor cepat.

“Apa kau mengingat Nenek Eli? Wanita paruh baya yang tinggal di lingkungan kita dulu. Rupanya dia mempunyai fotomu dari 5 tahun lalu, saat dia berkunjung ke Vladivostok.”

Panggilan telepon hening. Igor pasti tercengang mendengar kabar itu.

“Dan saat ini, Detektif Eva dan beberapa opsir lainnya akan pergi ke tempat tinggalnya di perbatasan untuk mengambil foto itu. Baru saja dia menelpon ke kantor untuk melaporkan hal itu.”

“Apa?” Igor semakin tercengang.

“Sial! Apa kau tuli? Kau akan ditangkap oleh istri mu sendiri, jika dia berhasil mendapatkan foto itu. Apa kau bodoh?”

Igor mendengus terdengar dari telepon.

“Lantas, apa kabar baiknya?”

“Kabar baiknya adalah aku berada di pihakmu. Dimana kau sekarang? Aku akan pergi ke tempatmu.”

Mobil SUV yang dikendarai Roy melesat dengan kencang, meninggalkan kantor kepolisian.

Dia memacu kecepatan mobil itu diatas rata-rata kecepatan maksimal. Menyalip semua kendaraan yang melintas di jalan raya pagi itu.

Setengah jam berlalu, kini Igor sudah berada di dalam mobil Roy, dan bersiap untuk pergi ke kediaman Nenek Eli.

Mereka akan menempuh perjalanan yang cukup lama. Butuh waktu 5 hingga 6 jam untuk sampai di kediaman Nenek Eli, dan 10 sampai 11 jam jika tak melewati jalan tol. Tepat pukul 2 siang mereka berangkat.

Roy menginjak pedal gas mobilnya hingga mentok. Dengan kecepatan mencapai 200 Km per jam, membuat mobil itu melesat begitu cepat di jalan tol.

Igor hanya duduk di samping Roy yang sedang fokus mengemudikan mobilnya.

“Astaga. Akan sangat bagus jika kita dapat menangkap pelakunya terlebih dahulu.” Roy memecah keheningan di dalam mobil.

“Aparat kepolisian dan pers mengejar Arthur, tapi bayangkan saja, jika seorang wartawan menangkap pelakunya dan menulis artikel tentang itu. Bagaimana menurutmu? Bukankah itu sangat mengesankan?”

“Wah, sial! Kau tak mendengarkanku rupanya.” Roy kesal karena Igor tak meresponnya.

“Kalung yang ada di lacimu. Bukankah itu milik kakak ku? Kenapa itu ada padamu? Bukankah kalian sudah putus sejak lama?” tanya Igor teringat pada kalung yang ditemukannya saat menggeledah rumah Roy.

“Oh, itu. Rupanya kau juga menemukan kalung itu.” Roy mengelak mencari alasan.

“Hei, bagaimana kalung itu bisa menjadi milik kakakmu, Oliv? Akulah yang membelikan kalung itu untuknya, jadi, kalung itu milikku, bukan miliknya. Aku mengambilnya setelah kami putus,” jelas Roy.

“Sebenarnya, aku lupa jika aku memiliki kalung itu, tapi, suatu hari aku menemukannya di lemari pakaianku, lalu, aku memindahkannya ke laci. Mungkin, aku akan menjualnya lagi. Kenapa memang?”

“Hhh. Kau terlambat. Aku sudah membuangnya.”

“Apa? Hei! Apa kau gila? Kenapa….”

“Lagipula, itu sudah terlalu murah, jika kau menjualnya kembali. Kau pikir aku tak tahu harga kalung itu?”

Roy celingukan dan tak tahu lagi harus berkata apa.

Saat mereka remaja, Roy memang sempat memacari Oliv, kakak kandung Igor, tapi, semenjak ayahnya tersangka, Roy telah memutuskan hubungan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!