EPISODE 012

Igor pun akhirnya mengingat kejadian itu. Dimana Fredrik terus merisak dan bahkan pernah memukulnya dari belakang dan melukainya dengan pisau, hanya karena Igor memiliki gaji lebih daripada yang diterima olehnya.

“Aku yakin pasti Arthur akan membalas dendam padaku. Aku yakin itu akan terjadi. Maka itu, aku meminta tolong padamu, Pak,” ucap Fredrik ketakutan.

“Sebaiknya kau mencurigai orang lain yang telah menelponmu itu. Arthur sudah lama meninggal, jadi, tak mungkin dia mengancammu atau membunuhmu.”

“Benarkah? Apa kau yakin?”

“Ya. Aku sangat yakin dengan itu, jadi, sebaiknya kau harus melupakan semua hal tentang dirinya.”

“Astaga. Itu sungguh melegakan. Dia kabur dan menghilang setelah membunuh seseorang. Seharusnya dia tidak layak untuk hidup. Kau setuju dengan itu, bukan?”

“Ya, kau benar. Bagi orang lain, orang seperti itu lebih baik mati, ketimbang memiliki umur yang panjang.”

Igor pun langsung menutup sambungan telepon itu.

***

Suara petir bergemuruh dengan kencang memenuhi langit, disertai hujan deras yang mengguyur seluruh kota Vladivostok dengan merata.

Angin bertiup kencang menerpa daun dan tangkai pohon. Membuat beberapa batang pohon yang layu mulai jatuh mengotori jalanan sekitar.

Igor berdiri di depan kantor polisi, tempat kerja Eva berada. Dia membawa payung hitam dan menunggu kepulangan Eva.

Tak lama kemudian, “Sayang!” Eva datang dan menghampiri Igor dan langsung memeluknya.

Beberapa opsir yang bertugas piket malam iri, saat melihat Eva memeluk Igor. Mereka berdua terlihat romantis di malam itu.

“Ada apa dengan wajahmu?” tanya Igor melihat pipi Eva yang sudah ditutup dengan plester.

“Ah, ini. Tak apa. Aku hanya terkena pecahan gelas kaca yang ku jatuhkan tadi.”

“Wah, sebenarnya aku sangat menyukai hujan, tapi, kali ini hujannya terlalu deras disertai dengan gemuruh petir dan badai angin yang membuatku sedikit takut,” Eva menggandeng tangan Igor.

Igor tersenyum dan membuka payungnya. “Kalau begitu, mari kita lekas pulang. Tidak seharusnya seorang polisi terkena air hujan sedikitpun.”

“Baiklah. Mari kita pulang.” Mereka berdua berjalan bersama di bawah satu payung, menuju ke dalam mobil.

“Sayang, aku sangat ingin makan ramen malam ini. Ramen sangat cocok dimakan disaat hujan seperti ini.”

“Hmm. Kedengarannya bagus. Baiklah, mari kita masak sesampainya kita di rumah.”

***

Pukul 2 dini hari di basement tempat Roy disekap. Beberapa burger yang dibungkus dengan plastik dibawa oleh Igor.

“Apakah ini enak?” tanya Igor.

Roy terkejut dan langsung terbangun dari tidurnya, saat mendengar suara Igor. Roy tidur dengan posisi duduk terikat dan mulut disumpal dengan kain, hanya menyandarkan kepalanya di tembok yang ada dibelakangnya.

Igor mengeluarkan beberapa burger itu, menyuapkan burger itu pada Roy.

“Aku bertanya. Apakah burger ini benar-benar enak?”

Roy membuka mulutnya lebar-lebar bak buaya yang sedang kelaparan dan menggigit burger itu.

“Persetan dengan itu. Apa kau pikir aku memperdulikan rasanya? Aku makan itu hanya karena aku ingin tetap hidup,” ucap Roy ketus.

“Makanlah! Aku yakin rasanya enak. Aku pergi jauh-jauh ke tempat tinggalmu hanya untuk membeli burger ini disana.”

Roy terkejut mendengar perkataan Igor. Dia berpikir kenapa Igor mau membelikan burger itu untuknya.

“Dengan kata lain, burger ini akan menjadi makanan terakhir yang ditemukan di dalam perutmu saat petugas medis mengotopsi mayat mu.”

“HOEKKK!!!!”

Roy memuntahkan kembali burger itu setelah mendengar perkataan Igor.

“Arthur! Kenapa kau melakukan ini? Astaga, sialan!”

Roy ketakutan setengah mati, setelah berpikir bahwa Igor telah peduli padanya.

Igor hanya tersenyum sinis melihat Roy ketakutan. Walah dia berkata seperti itu, Igor hanyalah menganggapnya sebuah candaan, yang tak mungkin akan dilakukannya.

Beberapa butir pil dikeluarkan Igor dari sakunya dan memasukkannya ke dalam gelas berisi air putih.

“Hei, obat apalagi itu? Kau sungguh ingin membunuhku? Kenapa kau begitu mudah membunuh seseorang?”

“Mudah? Menurutmu ini mudah? Omong-omong, berapa kilogram berat badanmu? Tujuh puluh atau delapan puluh?”

Igor menghancurkan pil itu menggunakan sendok, agar larut dengan air.

“Sesudah meminum pil ini, kau akan tertidur pingsan. Apa menurutmu akan mudah, jika aku harus mengangkat badanmu ke dalam mobilku?”

“Tidak, Arthur! Jangan! Jangan lakukan itu! Kumohon padamu jangan lakukan itu!”

*PYAR!!!

Roy menyingkirkan gelas itu dengan kepalanya dengan menyundul gelas itu hingga pecah. Beberapa serpihan kaca pun bertebaran di lantai basement.

Igor kembali tersenyum sinis. Roy masih berpikir bahwa Igor benar-benar akan membunuhnya.

Akan tetapi tidak begitu. Igor hanya ingin membuat Roy cepat tertidur agar dia bisa tenang dengan meminum obat darinya.

“Tolong!!! Di sini!!!! Selamatkan aku!!!! Aku disekap di ruang bawah tanah! Seseorang ingin membunuhku disini! Tolong aku!!!! Detektif Eva!!! Suamimu seorang pembunuh!”

Roy berteriak meronta-ronta dan meminta tolong pada siapapun yang mendengarkannya. Dia bahkan kembali menangis saking ketakutan, tapi usahanya hanya sia-sia. Tak ada siapapun orang yang bisa mendengar suaranya di dalam basement itu.

Igor hanya duduk sambil tersenyum melihat kelakuan Roy. Dia sangat senang membuat Roy ketakutan dengan hal yang dianggapnya sebuah candaan itu.

Roy masih sangat ketakutan karena Igor berbicara seolah-olah dia ingin membunuh Roy. Tapi tidak begitu kenyataannya.

“Hei, Psikopat Gila! Biarkanlah aku hidup. Aku akan melakukan semua hal yang kau perintahkan. Biarkanlah aku hidup, Arthur!!”

“Jika aku bertanya sesuatu, bisakah kau menjawabnya dengan jujur?”

“Ya, tentu. Apapun itu, aku akan menjawabnya dengan jujur! Aku bersumpah.” Mata Roy melotot berharap Igor akan melepaskannya.

“Kau mengunggah sebuah artikel di internet beberapa tahun silam. Ini. Baca itu dengan lantang.”

Igor membawa ponsel Roy dan menyuruhnya untuk membaca artikelnya sendiri.

Roy menelan ludah ketakutan. Dia terlihat seperti menyimpan sesuatu bahkan rahasia terbesarnya yang telah disembunyikannya selama ini.

“‘Aku adalah seorang gadis berumur 17 tahun yang ingin menjadi penulis sebuah skenario. Karakter utama dalam skenario ini pernah membantu seseorang untuk melakukan kejahatan, tanpa tahu itu melanggar hukum.’”

“‘Karakter utama itu sendiri adalah seorang reporter sekaligus wartawan. Kira-kira kerugian apa yang akan dialami, jika seseorang mengetahui masa lalunya?’”

Roy berhenti dan kembali menelan ludah.

“Siapa yang menyuruhmu untuk berhenti?” tanya Igor menatap Roy yang sangat panik.

“‘Bagaimana jika seseorang telah meninggal karena karakter utama itu?’”

Usai sudah isi artikel itu. Igor kembali memasukkan ponsel Roy ke dalam saku, lalu duduk dan mencengkram pundak Roy.

“Apakah itu adalah kisah nyatamu sendiri?” tanya Igor.

“Bukan.” Roy menggeleng ketakutan.

“Kau sungguh tidak tahu?”

“Aku bersungguh-sungguh, Arthur. Aku tidak tahu apapun itu soal itu.”

“Dari ucapanmu, bolehkah aku menyimpulkan sesuatu sesuai dengan asumsi ku sendiri?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!