Matahari yang terbit dari ufuk timur mulai menyambut dunia dengan sinarnya yang cerah.
Beberapa atlet yang sedang berlari mengitari lapangan dan para budak korporat yang sudah bersiap untuk menerima cacian dan makian dari para bos di kantornya masing-masing.
Di tempat tinggal Igor. Pagi itu Igor bangun lebih awal dari Eva. Dia sengaja tak membangunkan Eva, karena dia tahu bahwa pekerjaan Eva cukup melelahkan.
Sejenak Igor memandangi Istrinya yang masih tertidur pulas, lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan.
Sebelum memasak, Igor membuka aplikasi Youtube dan menonton beberapa tutorial memasak yang memberitahukan resepnya sekaligus.
Seorang koki cantik berasal dari korea. Dia membuat sup ayam dengan beberapa sayur dan kacang panjang.
Koki cantik itu menjelaskan semua alat, bahan, beserta bumbu yang akan digunakan untuk memasak sup. Koki itu langsung mempraktekkan cara memasakan.
Dia menjelaskan dengan detail dan seksama, dari cara memotong daging dan semua langkah-langkah yang ada.
Igor duduk di kursi meja makan dan terus memperhatikan Si Koki cantik itu dari ponselnya.
Merasa sudah paham dengan penjelasannya, Igor mulai menyiapkan semua alat dan bahan, menggunakan celemek dapur dan mulai memasak.
Tiga puluh menit berlalu Igor terus berkecamuk di dalam dapur. Suara panci yang bertemu dengan spatula dan aroma wangi dari masakan yang dibuat Igor mengharumkan seluruh rumahnya.
Igor memotong daging ayam dan beberapa sayuran, lalu memasukkannya ke dalam panci. Tak lupa baginya untuk menambahkan bumbu-bumbu ke dalam masakannya agar lebih sedap.
Dia tak lupa untuk mencicipi masakannya dahulu, sekedar memastikan apakah rasanya sudah siap untuk dimakan.
“Sayang!” Eva datang dan mengagetkan Igor dari belakang.
“Astaga. Kau mengagetkanku!”
Eva memeluk Igor dari belakang dan melihat, apa yang sedang dimasak oleh Igor.
“Kau sudah bangun? Aku sengaja tak membangunkanmu, karena kau sepertinya sangat lelah.”
“Sayang, semalam aku bermimpi saat pertama kali kita bertemu. Saat itu aku sedang menjaga toko waralaba milik ibuku dan kau sedang berbelanja beberapa botol bir di toko ku.”
“Pria remaja tampan dengan tubuh kekar, rambut pirang dan bola mata biru. Aku langsung jatuh cinta saat melihat pria itu. Astaga, saat itu kau masih bersikap sangat cuek dan dingin seperti es balok.”
“Aku yang harus terus berusaha untuk mendekatimu dengan segara rayuanku. Bukankah itu terbalik? Seharusnya, kau lah yang saat itu meminta nomor teleponku dan merayuku.” Eva melepas pelukan tangannya dari pinggang Igor.
“Sup ayam dengan brokoli? Dari aromanya saja, aku dapat merasa bahwa itu sangat enak.”
“Apa kau ingin mencobanya?”
“Ya, aku mau.”
Igor mengambil sebuah sendok, mengambil sedikit kuah dan sayur dari dalam panci. Meniup makanan yang masih panas, lalu menyuapkannya pada Eva.
“Wah, bagaimana kau bisa memasak seenak ini? Lebih baik kau membuka kedai makanan saja, daripada menjadi pengrajin logam.” Eva kagum dengan masakan Igor.
“Benarkah? Sepertinya aku harus benar-benar berganti profesi.”
“Baiklah. Sepertinya ini sudah selesai.” Igor mengangkat panci yang berisi sup panas ke atas meja makan.
“Apa lagi? Aku akan membantumu.”
“Tak perlu. Biar aku saja yang mengurus semua ini. Mungkin kau bisa membangunkan Boy dan menyuruhnya untuk segera mandi.”
“Baiklah.” Eva berjalan menuju kamar Boy untuk membangunkannya.
Tak lama setelah itu, Boy keluar dari kamarnya dan pergi ke dapur.
“Papa! Bisakah kau membantuku untuk menata buku yang akan kubawa ke sekolah?”
“Dimana Mama, Nak? Bukankah dia bersamamu?”
“Setelah membangunkanku, dia berkata ingin pergi ke tempat kerjamu untuk membereskan tempat itu.”
Igor terkejut mendengar itu dari Boy. Dia tak ingin bahwa Eva mengetahui bahwa Igor sedang menyekap Roy di dalam basement, yang hanya diketahui olehnya.
“Astaga. Bukankah kau sudah besar? Kau harus menjadi anak yang mandiri, Nak. Papa yakin kau bisa melakukan itu sendiri.”
“Hmm. Baiklah,” ucap Boy yang berjalan kembali ke kamarnya.
Setelah Boy pergi, Igor langsung pergi ke ruang kerjanya, tempat dia membuat ukiran logam.
Igor berlari menuruni anak tangga menuju ke tempat ruang kerajinannya.
Dia melihat istrinya yang sedang membersihkan barang yang berantakan dan mengambil tong sampah yang sudah penuh.
“Apa yang sedang kau lakukan, Sayang?”
Eva berdiri dan berbalik “Apa kau memecahkan cangkir kopi? Bukankah ini adalah cangkir yang kau sukai?” Eva mengangkat pecahan cangkir yang terjadi setelah keributan yang dibuat Igor kemarin.
“Wah, sepertinya aku ceroboh kemarin, hingga aku tak membersihkan pecahannya dengan bersih. Berikan padaku. Aku akan membersihkannya sendiri nanti. Aku tak ingin tangan cantikmu terluka karena pecahan ini.”
“Baiklah. Mari kita makan. Aku yakin Boy juga sudah siap untuk berangkat ke sekolah,” ucap Igor mengajak Eva pergi dari tempat kerjanya.
“Hmmm. Sepertinya kau kedatangan tamu kemarin. Dengan siapa kau meminum kopi?”
“Seorang pelanggan.”
“Aku yakin dia bukan sembarang pelanggan. Seseorang yang sangat ingin kau temui.”
“Apa maksudmu?” tanya Igor memastikan bahwa Eva tak curiga.
“Begitulah dirimu. Kau akan minum minuman dingin untuk pertemuan singkat dan minum panas untuk pertemuan dan obrolan yang panjang.”
“Astaga. Seperti itukah aku?”
“Aku bahkan lebih mengenalmu daripada kau mengenal dirimu sendiri.” Eva memukul pundak Igor.
“Omong-omong, siapa dia? Siapa orang yang ngobrol bersamamu kemarin? Kau bahkan tidak punya banyak kenalan untuk berbagi momen, bahkan untuk berbicara.”
“Seorang teman,” jawab Igor singkat.
“Temanmu? Teman apa? Apa dia hadir saat kita menikah?”
“Tidak.” Igor menggeleng. “Temanku dari kampung yang sama. Kami berteman saat aku SMA dulu, dan sudah berpisah sejak saat itu. Tak sengaja kami berpapasan dan aku mengajaknya untuk mampir ke tempatku.”
“Sungguh? Ternyata kau juga mempunyai teman. Aku berpikir kau adalah seorang penyendiri yang tidak mempunyai teman sama sekali. Lihatlah, sikapmu sangat cuek dan dingin.”
“Tetap saja, aku sangat bertemu dengannya setelah sekian lama berpisah.” Igor merangkul Eva, sengaja mengajaknya segera pergi dari tempat kerjanya.
“Itulah dirimu. Aku selalu bilang padamu, kau harus sesekali keluar dan mengikuti reuni dengan teman-temanmu, tapi kau tak pernah sama sekali menurutiku.” Eva menggandeng tangan Igor yang menuju ke dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Chandra Dollores
waduhh mulai geli geli neh bab nya
2023-04-18
0