*DOK DOK DOK!!!!
“Reporter Roy! Kau didalam?”
Suara Eva yang mengetuk pintu dan memanggil Roy dari luar apartemennya.
Igor berjalan mengendap-endap dan mengintip dari balik tirai jendela. Terlihat Eva bersama Mike yang sudah berdiri tepat di depan pintu.
Igor sama sekali tidak cemas ataupun panik melihat istrinya sendiri. Dia menutup laptop Roy dan mencabut memory card dari laptopnya.
Igor melompat dari balkon menuju belakang apartemen gedung. Dia berpegangan pada pipa-pipa saluran air dan beberapa mesin AC yang berada di belakang gedung apartemen itu.
Layaknya spiderman, Igor merambat dan menuruni gedung dengan berpegangan pada pipa-pipa yang saling menyambung dari satu kamar ke kamar lain.
Hingga dia pun berhasil untuk turun dengan selamat, walau cukup menguras tenaganya.
Dia segera memesan taksi dan kembali ke rumahnya.
Di apartemen Roy, Eva dan Mike berhasil membobol pintu kamar Roy dengan bantuan para opsir yang bersamanya saat itu.
Mereka saling berpencar dan menggeledah setiap sudut.
“Geledah dengan seksama!”
“Siap, Senior!” ucap Mike.
“Baik, Bu! Laksanakan!” ucap para opsir serentak.
Eva menemukan serpihan kecil dari vas bunga yang pecah di bawah meja ruang tamu.
Matanya tertuju pada laptop Roy yang berada di atas meja. Eve menyentuh laptop itu dengan kedua telapak tangannya.
“Ada apa?” tanya Mike.
“Sentuhlah ini!” ucap Eva.
Mike berjalan dan menyentuh laptop Roy. “Ini hangat.”
“Ya, kau benar. Aku yakin seseorang baru saja masuk kemari. Siapapun itu, aku yakin dia masih berada tak jauh dari sini.”
“Sekarang, perintahkan beberapa opsir untuk menutup tangga masuk dan keluar apartemen!”
“Baiklah!” ucap Mike.
*KRIING!!!!
Eva mendapatkan telepon dari suaminya.
“Halo, Sayang! Ada apa?”
“Hmm. Apa kau mengenal seorang wartawan yang bernama Roy?” ucap Igor dari telepon.
“Maksudmu, Reporter Roy?” tanya Eva terkejut.
“Ya, dia ada di tempatku bekerja dan terus berkata bahwa dia mengenalmu. Benar kau mengenalnya, Sayang?”
Entah apa yang akan direncanakan oleh Igor, dengan mengatakan hal itu pada istrinya sendiri.
“Apa? Reporter Roy ada di tempat kerjamu?” Eva semakin terkejut. “Sayang, coba berikan ponselmu padanya. Aku ingin berbicara dengannya.”
“Ah, dia baru saja pergi ke toilet. Bagaimana? Apa aku perlu menyuruhnya untuk menghubungimu?”
“Tidak perlu. Suruh dia untuk menemuiku di kantor. Bilang padanya, ini sangat mendesak, suruh dia untuk segera berangkat!”
“Baiklah. Dah, Sayang!”
Sambungan telepon terputus.
***
Saat Igor membuka lantai basementnya, dia melihat Roy sudah tak ada di dalam sana. Hanya ada beberapa tali yang tergeletak di atas kursi.
*BRAKKK!!!!!
“Mati kau, Bajingan Gila!”
Roy ternyata berhasil melepaskan diri dari ikatan. Dari belakang, Roy mengayunkan sebuah balok berukuran sedang kepada Igor. Igor terpental mundur dengan luka di jidatnya.
Saat Roy akan kembali menyerang, Igor dengan cepat menghindarinya dan memberikan pukulan telak kepada Roy.
Satu pukulan darinya mengenai rahang Roy, membuat Roy tersungkur dan terjatuh, macam petarung MMA yang dikalahkan dengan pukulan K.O.
Roy berusaha berdiri dan berlari menuju pintu basement yang terbuka, tapi usahanya hanyalah sia-sia. Igor lebih dulu menarik baju Roy dan membantingnya ke lantai.
Roy kembali mengerang kesakitan. Untung saja dia terjatuh dengan punggungnya yang terbentur. Andai kepala Roy yang saat itu terbentur, mungkin itulah akhir dari hidup Roy.
Sebuah palu kecil terletak di samping Roy yang sedang kesakitan. Dia kembali berdiri dan mencoba untuk melawan Igor.
Igor berhasil menahan palu itu dengan tangannya dan balik memelintir tangan Roy. Pertarungan yang tidak seimbang telah terjadi.
Walau mereka memiliki tinggi badan yang sama, tapi, Igor memiliki fisik dan tenaga yang lebih besar daripada Roy.
“Lepaskan aku, Bajingan! Kau hanyalah monster sialan!” Roy berteriak karena Igor terus memelintir kedua tangannya.
Karena Roy masih berusaha melawan, dengan terpaksa Igor harus membanting Roy untuk kedua kalinya.
Kini Roy benar-benar menyerah karena semua tubuhnya kesakitan. Igor langsung mengunci leher Roy dengan teknik grappling, membuat pernapasannya terganggu.
“Baik.. Hentikan… Aku menyerah!” ucap Roy terbata-bata.
Igor segera berdiri dan melepaskan Roy. Roy terbatuk-batuk karena sempat kehilangan nafasnya saat Igor menahan lehernya.
“Hei, apa kau berpikir kau masih bisa lolos?” ucap Roy.
“Hhhh. Beraninya kau menyerangku dari belakang. Dasar, Curut Bodoh.”
“Bunuh saja aku! Cepat! Bunuh aku! Kubilang, bunuh aku!!!!” Roy berteriak putus asa.
“Aku adalah seorang wartawan. Kematianku akan menjadi berita dan masalah yang lebih besar daripada kematian petani malang itu.”
Igor mengambil palu yang tergeletak dan berkata, “Sayangnya, aku tidak bisa membunuhmu. Saat ini, polisi sedang mencari keberadaanmu.
Roy berusaha berdiri dan menyandar ke dinding. “Polisi mencariku? Kenapa? Apa yang mereka inginkan dariku?”
“Entahlah. Aku tak yakin dengan itu. Kau harus segera pergi ke kantor polisi. Mandilah. Bersihkan dirimu, dan bergegaslah pergi kesana.” Igor menunjuk kondisi Roy yang sudah tak karuan dengan palu yang dibawanya.
“Hahahahaha. Apa kau gila?” Roy tertawa terbahak-bahak. “Kenapa aku harus menurutimu? Sepertinya kau lupa, bahwa kau adalah orang yang sudah mencoba membunuhku. Kau hanyalah psikopat gila.”
“Pertama-tama, aku ingin kau meminta permintaan maaf yang tulus kepadaku dengan sepenuh hati,” lanjut Roy.
“Dasar, Bodoh! Kau masih tak memahami situasinya? Turuti saja apa yang aku perintahkan. Kita tak punya banyak waktu.”
“Jika aku pergi ke kantor polisi, aku memiliki banyak hal yang akan kukatakan tentangmu disana.”
“Sial! Sepertinya kau benar-benar bodoh. Memory card yang kau simpan di vas bunga. Itu membuatku cukup tertarik.”
“Apa? Apa maksudmu? Apa kau menyaksikannya?” tanya Roy ketakutan, karena Igor mengetahui apa yang telah disembunyikannya selama ini.
“Ya, aku menyaksikannya hingga usai. Aku sangat menikmatinya seperti saat menonton film kesayanganku di bioskop.”
“Sekarang, aku memiliki rekaman itu. Jika video itu dipublikasikan, apa kau yakin bahwa kau akan tetap menjadi wartawan? Tidak, bahkan tak ada satu perusahaan pun di kota ini yang menerimamu sebagai karyawan.”
“Jika kau membuat pilihan yang berbeda, kasus pembunuhan berantai akan berhenti. Satu pertanyaanku untukmu. Berapa banyak lagi yang akan kau bunuh?”
Roy hanya diam dan menunduk saat itu. Dia dilema dengan perkataan Igor.
“Sepertinya kau juga sering menonton video itu. Kenapa? Apa perkataanku benar? Kau pasti memikirkan kembali apa yang terjadi pada saat itu dan kau ingin mengulanginya.”
“Sial!” Roy berdiri dan menarik kerah Igor, mendengar Igor yang terus memprovokasi dengan perkataannya. “Kau pikir aku seorang monster sepertimu?”
“Lantas apa? Apa kau akan melakukan apa yang kusuruh? Atau kau ingin kita saling menghancurkan kehidupan satu sama lain?”
Roy kembali terdiam. Perlahan dia melepaskan tangannya dari kerah Igor.
“Baiklah. Apa yang harus kulakukan sekarang?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments