Di sebuah yayasan besar. Yayasan itu memiliki beberapa sekolahan kecil, panti asuhan, beserta panti jompo, yang berada di bawah naungan itu.
Mobil polisi yang dikendarai Eva melintas dan terparkir di depan gedung yayasan. Kali ini Eva datang sendirian, tanpa ditemani oleh siapapun.
Eva turun dari mobil dan berjalan memasuki gedung. Bertanya pada karyawan lain tentang keberadaan Fely. Orang itu mengatakan bahwa Fely baru saja datang ke kantor dan masih berada di dalam toilet.
Di dalam toilet wanita yang ada di dalam gedung yayasan itu, Eva berjalan dengan santai dan melihat Fely yang sedang berdiri di depan kaca wastafel dan mencuci tangannya.
Fely adalah seorang wanita muda berumur 20 an awal, lebih muda 10 tahun dari umur Eva. Fely juga merupakan karyawan baru bekerja beberapa bulan di yayasan itu.
“Nona Fely! Aku Detektif Eva dari kantor polisi pusat.” Eva menunjukkan kartu identitasnya pada Fely.
“Aaa…. Apa anda membutuhkan sesuatu dariku?” ucap Fely polos.
“Kami menemukan sebuah DNA dari bubuk Eyelash yang ditemukan pada jasad korban, yang kami yakini itu milik Si Pembunuh.”
Seketika raut wajah Fely berubah.
“Pihak kami telah meminta semua sampel DNA dari semua wanita yang dikenal oleh korban. Sampel itu akan segera dihancurkan setelah diperiksa.”
“Apakah kau bersedia bekerja sama dengan kami, untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut?”
“Sepertinya, tidak. Aku akan menolak untuk bekerja sama.” Fely memalingkan wajahnya dan kembali menatap cermin.
Eva masih tetap tenang dan santai menghadapi wanita ABG itu.
“Menolak bekerja sama saja itu akan memberatkanmu saat di pengadilan.”
“Apa kau punya kau bukti, jika aku membunuh pria tua itu?”
“Aku disini untuk mencari dan menemukan bukti itu.”
Saat Fely akan pergi dari toilet, Eva menutup jalan dan mengahalanginya.
“Minggirlah. Kau sedang mengganggu pekerjaanku. Aku sedang sibuk hari ini.”
“Hhh. Sejujurnya, aku cukup terkejut. Kau sama sekali tidak menyesal atau tak memperlihatkan reaksi apapun saat itu.”
“Kenapa aku menyesal? Aku tidak melakukan kesalahan apapun.” Fely terus membantah, dan tak mau untuk diinterogasi lebih lanjut mengenai beberapa bukti yang telah ditemukan.
*TINGG!!!!
Eva membuka ponselnya, saat mendengar notif pesan SMS yang masuk. Pesan itu dari Mike.
Mike mengatakan bahwa Inspektur Han telah berhasil menemukan bukti yang cukup kuat yang benar-benar menunjukkan bahwa Fely adalah tersangka utama dalam pembunuhan pria paruh baya itu.
Eva tersenyum kecil dan, “Nona Fely, anda adalah tersangka utama pembunuhan. Anda ditangkap atas pembunuhan dengan pria paruh baya, yang akan mendonasikan uangnya kepada lembaga, tempat anda bekerja.”
Eva mengeluarkan borgol dari saku jaketnya, meraih tangan Fely.
“Tunggu! Bolehkah aku merapikan riasanku dahulu?” tanya Eva sekonyong-konyong.
“Apa maksudmu?” Eva tak habis pikir dengan itu.
“Tidak mungkin bagiku untuk bepergian seperti ini. Setidaknya, aku harus merapikan beberapa riasan wajahku agar aku tidak terlihat menyedihkan.”
“Bahkan, aku pernah membaca di beberapa artikel, hukumanmu berbeda berdasarkan penampilanmu. Bagaimana?”
“Ya, tentu. Silahkan.”
Fely mengambil beberapa riasan dari dalam tasnya, lipstik, alis mata, dan softlan. Dia kembali berjalan menatap kaca, lalu memakai riasan itu satu persatu.
“Kenapa kau melakukan itu? Apa yang sebenarnya kau inginkan? Apa karena dia mendonasikan uang yang cukup banyak, lantas kau menginginkan uang itu?”
“Tidak juga. Aku bukanlah seorang wanita yang gila harta. Hanya saja, aku sangat kesal karena dia terus menasehatiku, saat aku akan meminta tanda tangan darinya.”
“Mulutnya sangat bau bak sepiteng yang bocor. Begitupun dengan nafasbya yang juga tak jauh berbeda. Memikirkan itu tiap kali pergi kesana, aku merasa sangat geram dan ingin membunuhnya saat itu juga,” jelas Fely tanpa merasa bersalah sedikitpun.
“Kenapa? Apa kalian merasa tertipu olehku, setelah aku yang melaporkan kejadian itu sendiri? Jangan menatapku seperti itu! Kau menatapku seolah aku adalah makhluk paling hina.”
Fely masih terus memakai riasannya dan menatap Eva dari cermin.
“Dasar Psikopat gila! Bagaimana bisa kau membunuh seseorang hanya dengan alasan bodoh seperti itu?”
“Entahlah. Aku juga tak tahu,” jawab Eva.
Selesai merias wajahnya, Fely kembali memasukkan semua peralatan make upnya ke dalam tas kecil.
Dia melihat sebuah silet kecil berbentuk pisau berada di dalam tas miliknya. Dengan cepat Fely mengayunkan silet itu hingga mengenai Eva yang tak sempat menghindar.
Goresan kecil berada tepat di bawah mata Eva
“Ups!!! Sayang sekali, tidak kena. Sepertinya aku sangat membenci tatapan matamu.” Eli menjatuhkan silet itu dan mengulurkan kedua tangannya. “Nah, tangkap aku. Aku sudah menyerah.”
Seketika Eva langsung naik pitam. Dia menampar Fely berkali-kali dengan keras, hingga Fely terpojok dan terjatuh ke lantai kamar mandi.
Fely berteriak kesakitan, tapi tak ada satu orang pun dari karyawan lain yang berani masuk ke dalam toilet itu.
Eva mengambil silet kecil berbentuk pisau yang tergeletak di lantai, dan berjongkok menatap Fely yang pipinya sudah memerah seperti, karena tamparan keras.
“Sial! Kenapa kau melakukan ini? Polisi tidak boleh melakukan ini pada rakyat biasa.” Fely berteriak meronta-ronta.
“Siapa orang yang akan percaya bahwa wanita cantik tapi gila sepertimu akan membunuh pria tua itu, hanya karena dia memiliki bau mulut yang tidak sedap?”
“Lantas apa?” tanya Fely melotot.
“Seorang tersangka sepertimu bisa saja terbunuh selama kau berhadapan dengan Detektif atau petugas polisi lainnya. Anda setuju itu, bukan?”
“Wah! Apa kau sudah gila? Polisi macam apa yang akan melakukan hal itu?”
“Apakah memperdaya dan melukai orang yang lebih rendah darimu membuatmu merasa lebih kuat dari siapapun?” tanya Eva mengangkat silet kecil.
Lebih masuk akal bagi Eva saat para mafia membunuh mafia lain karena persaingan dan balas dendam, Si Wanita gila, yang membunuh seseorang hanya karena muak dengan bau mulut dan memotong kedua jari tengah korban, meniru metode yang digunakan pembunuhan berantai 15 tahun silam.
“Kau gila! Aku sudah menyerahkan diri, tapi kau melakukan hal ini padaku. Aku akan melaporkanmu dengan tindak kekerasan!”
Semakin Fely mengamuk, semakin senang Eva. Eva sudah banyak menemukan kasus yang sama dan beberapa orang yang telah ditemuinya selama dia menjadi Detektif.
Bertemu dengan wanita gila seperti Fely bukanlah hal sulit untuk ditangani baginya. Eva hanya terus memutar kata dan menggunakan emosi Fely yang mudah dikontrolnya.
“Hhh. Aku akan selalu mengingat betapa menyedihkannya saat-saat momen terakhirmu.” Eva menatap dengan tajam.
“Pembuluh nadi leher, sekitar 12 sampai 15 detik kau akan mati.” Eva mengarahkan silet tajam itu ke leher Fely. “Arteri bahu, sekitar 5 sampai 10 detik.”
“Aku bisa menjamin dan memastikan kau akan berakhir kurang dari satu menit saja, jadi, yang mana pilihanmu? Aku akan melakukannya sesuai keinginanmu, akan memilih mati dengan cara apa.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments