EPISODE 002

“Maafkan aku, Ibu, Ayah. Aku harus pergi karena kantorku sedang dalam masalah.” Eva meminta izin pada mertuanya.

“Apa kau ingin balas dendam, karena aku tak menyambut ulang tahunmu tahun lalu?” balas Ibu Igor ketus.

Eva hanya membalasnya dengan tersenyum dan berkata,

“Bukan begitu, Ibu. Aku sebenarnya sangat ingin menikmati makan malam bersama ini, tapi ada hal lain yang lebih mendesak. Aku izin pamit dahulu.”

Belum sempat untuk mencicipi beberapa hidangan makanan dan kue ulang tahun suaminya, Eva harus pergi ke kantor untuk menangani masalah yang terjadi.

Dan begitulah yang seharusnya terjadi pada petugas detektif kepolisian. Mereka harus mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadinya sendiri.

Akan tetapi, tidak banyak aparat yang memiliki sikap patriotisme yang tinggi untuk negaranya. Beberapa lainnya hanya menginginkan uang dan gaji pokok tinggi yang diterima olehnya.

Saat masih tak cukup dengan gaji itu, para aparat masih menggunakan cara lain untuk mencari kesalahan, dengan membuat tilang dan melakukan pungli. Masih terjadi di berbagai banyak negara, termasuk negara itu sendiri.

Satu jam berlalu dengan cepat. Boy sudah tertidur di pangkuan ayahnya dengan memeluk boneka superman yang selalu dia bawa.

Sedangkan Ayah dan Ibu Igor masih menikmati hidangan yang telah disiapkan di meja.

“Sepertinya, dia lebih bodoh dari yang kukira, istrimu.” Ibu Igor mulai kembali membahas Eva.

“Itu artinya, kita tidak mengetahui bahwa kau memiliki pernikahan yang sukses dan berhasil,” sahut Si Ayah.

Igor hanya tersenyum dingin dan mengelus rambut anaknya yang sedang tertidur.

“Mungkin tuhan sudah menjadikan Eva dan aku dengan takdir.”

“Apa maksudmu?” Ibu Igor menyeringai. “Kau adalah pria dengan masa lalu yang kotor dan kelam, sedangkan dia adalah seorang detektif wanita yang berada di kantor polisi. Kau pikir itu takdir?”

“Hahahahahaha. Kau sangatlah lucu. Apa kau mengganti profesimu menjadi pelawak?” Ibu Eva tertawa terbahak-bahak.

“Sejujurnya bagi kami, ini menjadi masalah penting bagi kami. Apa memiliki anak bersama membuat kalian menjadi romantis?” lanjut Ayahnya.

“Eva hanya mempercayai apa dilihatnya, dan aku hanya menunjukkan apa yang ingin dia lihat. Aku tak ingin dia mengetahui masa laluku yang buruk.”

“Aku berusaha keras untuk menutupi itu darinya, bukan untuk menutupi, siapa sebenarnya diriku, tapi, aku hanya tak ingin membuatnya mengetahui apa yang dia benci, karena aku tahu, dia juga sangat menyayangiku.”

“Walau suatu saat dia tahu, aku tak akan menyesal, setidaknya aku pernah berjuang keras untuk mempertahankan pernikahan kami. Maka itu, kami pun dapat melewatinya selama ini.”

“Karena itu, kalian tak perlu mengkhawatirkan hubungan kami.”

Suasana disana hening dan canggung. Usai makan bersama, Igoe menggendong putranya yang tertidur ke dalam mobil, lalu segera kembali ke rumah.

Sepanjang jalan yang dilalui Igor masih sangat ramai dengan beberapa kendaraan yang berlalu lintas.

Para gelandangan dan pengemis bertebaran di sepanjang jalan, preman yang sedang memalak beberapa toko dan pedagang kaki lima, dan orang elite yang tinggal di griya tawang dengan lantai paling tinggi.

Sepasang pengemis dan gelandangan ingin memiliki kendaraan dan mobil mewah. Kaum menengah ingin memiliki dan bertempat tinggal di griya tawang.

Dan para kaum elite penguasa ekonomi sangat ingin memiliki keluarga yang harmonis, seperti seorang pasangan yang tinggal di jalanan. Mereka terus mencari nafkah satu sama lain, tanpa ada pertengkaran seperti orang kaya elit yang dilakukan setiap harinya pada pasangan mereka.

Setelah menidurkan anaknya, Igor langsung menuju kamar dan bersiap untuk beristirahat. Di dalam kamarnya, Igor melihat Eva yang sudah mengenakan kimono dan bersiap untuk tidur.

“Kau sudah pulang?” Igor beranjak ke kasur dan memeluk Eva dari belakang.

“Ya, mungkin baru setengah jam  yang lalu.” Eva merubah posisi tidurnya menghadap Igor.

“Bagaimana dengan orang tuamu, Sayang? Aku yakin mereka pasti marah denganku.”

“Tak usah diambil hati.” Igor mengelus rambut Eva.

“Aku tak mengerti kenapa mereka sangat membenciku, padahal, aku bukanlah orang yang patut untuk dibenci,” ucap Eva cemberut.

“Kepribadian dan senyumanku bagus. Aku juga melahirkan cucu mereka yang akan menjadi pria yang gagah sepertimu kelak. Selain itu, aku juga punya pekerjaan yang stabil. Apa kurangnya diriku?”

“Wah, lihatlah! Kau mulai menyombongkan dirimu lagi.” Igor tersenyum.

Eva memeluk Igor dengan erat dan berkata, “Sangat mengecewakan, bukan? Karena kau menikahiku, kau menjadi jauh dengan orang tuamu.”

“Hei, kau tak boleh berkata seperti itu. Kata siapa aku jauh?”

“Jika aku tahu ini akan terjadi, mungkin aku tak akan merayumu saat itu. Aku jatuh cinta pada saat melihatmu pertama kali. Seorang pemuda yang menolongku dengan kepribadian yang cukup dingin sedingin es batu.”

“Bilang pada juniormu, bahwa kau akan terlambat besok.” Igor tersenyum dan membuka kancing baju kimono Eva satu persatu.

“Astaga, Dasar Pria Nakal!” Eva pun bersemangat dan balas mencium Igor dengan panas.

Mereka pun berdua melakukan hubungan erotis, seperti yang dilakukan semua pasangan suami istri pada umumnya.

Malam itu cepat berlalu secepat angin berhembus dari Kutub Utara hingga Kutub Selatan, menuju pagi yang cerah.

Pagi hari tiba. Semua orang beranjak dan bergegas pergi dari rumahnya untuk memulai aktivitasnya masing-masing.

Begitu pula dengan keluarga Igor. Igor mengenakan kaos polos berwarna hitam dan sudah berada di ruang, tempat dia mengukir dan menciptakan karya seni.

Guci antik, asbak dari batu marmer serta beberapa barang mewah lainnya di pejeng di dalam ruangan, tempat Igor bekerja.

Tak hanya guci, asbak, dan kursi saja, Igor juga menerima beberapa pesanan lain bingkai foto, keramik, dan bahkan pena. Dia selalu menyesuaikan sesuai pesanan para pelanggan.

Beberapa ukiran itu diletakkan di setiap sudut dan beberapa di etalase yang berada di dekat kaca, agar semua orang yang melintas, dapat melihat keindahannya walau sekilas.

Igor juga memiliki usaha kecil-kecilan selain menjadi pengukir barang antik dan pengrajin logam. Sebuah kedai kopi kecil-kecilan yang dia buka tepat di samping rumahnya.

Kedai kopi milik Igor memiliki tempat yang tak luas dan tak sempit. Tempat itu memiliki 2 lantai, lantai satu dan lantai 2 yang langsung terhubung dengan balkon rumah Igor di lantai 2.

Celemek berwarna coklat telah dipakai Igor bersiap untuk memulai pekerjaannya.

“Pagi, Sayang!” ucap Eva masuk ke dalam ruang kerja Igor.

Eva sudah berpakaian rapi dan bersiap berangkat ke kantor untuk bertugas. Saat itu dia menggunakan pakaian dengan kain yang cukup tebal, begitupun dengan jaket yang masih dipegangnya.

“Kau akan berangkat?” tanya Igor.

Eva hanya tersenyum padanya dan langsung mencium bibir Igor. Begitupun Igor yang juga membalas ciuman dari Eva.

Beberapa detik mereka menikmati ciuman itu sebelum pergi untuk memulai aktivitasnya masing-masing.

Sesekali mereka saling memeluk dengan erat dan memegang leher satu sama lain, terus menikmati percumbuan itu. Ditutup dengan ciuman dari Igor pada dahi Eva yang membuat Eva tersadar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!