"Lupa? ARKANA!" sahutnya datar sambil duduk di ranjang sampingku. "Lagian saya nggak tuli. Jadi tolong kecilkan suara kamu. BRISIK TAU! " katanya datar.
Oh, ini Arkana yang tadi. Lumayan juga. Dia punya pacar nggak ya di dunia gaib sana. Pasti dia playboy nih. Batinku.
Dia terkekeh geli sambil mengamati pedang panjangnya. Seketika dia menoleh, dan menatapku tajam.
"Memangnya kamu mau jadi pacar saya? " tanyanya tiba - tiba.
Mampus!
Aku tersenyum lebar. "Hehehehe. Harus ati - ati sekarang nih kalau ngomong. " gumamku pelan.
"Arkana ...,"
"Hm? "
"Kamu siapa? "
Dia menoleh, "Arkana? Kamu pikir siapa? "
"Maksudnya kamu itu apa? Eh, maksudnya kamu itu sejenis apa? Aiiish ... Kamu itu setan? Haduh..., " ucapku sambil beberapa kali memukul mulutku pelan, karena tidak bisa merangkai kalimat dengan benar.
Dia mendekatkan wajahnya denganku, "Kalau aku setan ... Kamu takut? " tanyanya dingin.
"Enggak. Hehe. "
"Kenapa enggak? "
"Karena kamu ganteng, terus kamu baik, suka menolong eh rajin menabung nggak. Cocok jadi anggota pramuka nih. " jawabku asal.
Arkana geleng - geleng kepala, lalu beranjak, mengelilingi kamarku, mengamati setiap detil ruangan, perabotan dan terakhir dia menatap tajam lemari pakaianku.
Lalu dia kembali mendekat padaku.
"Sana sholat! Males gini, pantes aja mereka nggak takut buat deket- deket! " ucapnya sambil menunjuk ke arah belakangnya.
Padahal tidak ku temui apapun di belakang Arkana. Tanpa disuruh dua kali, aku segera mengambil wudhu dan segera sholat isya. Aku memang lupa, kapan terakhir aku sholat. Kadang sholat kadang malas.
Selesai sholat, Arkana tidak terlihat lagi. Dan, yah ... Dia setan pertama yang tidak mengerikan dan aku nyaman didekatnya. Hm, setan? Apa harus kusebut begitu. Ah, sudahlah.
Akupun tertidur dengan nyenyak malam ini.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"SHOLAT, YASMIN! " kembali suara ini menggema ditelingaku. Lantang dan jelas. Seketika aku terbangun dari mimpiku barusan.
"Is ... Masih gelap juga. "Gumamku setelah melirik korden yang masih gelap dibagian luarnya. Saat aku hampir kembali ke dunia mimpi, selimutku ditarik paksa hingga jatuh kelantai. Seketika aku kaget dan langsung terduduk. Kubuka mataku lebar lebar sambil membersihkannya dari kotoran mata. Tiba - tiba sajadah milikku jatuh dan tergelar begitu saja. Saat kulirik jam wekker di meja nakas sampingku, rupa nya ini sudah waktunya sholat subuh. Jadi tadi ... Mungkin Arkana.
Fyuuuuh, nggak bisa apa pake cara halus mbanguninnya? Di bisikin pelan, sambil dielusin pipinya kek.
Braaaak!
Pintu kamar mandi terbuka kasar. Aku kaget dan langsung beranjak menuju kamar mandi. "Iya iya. Bentar napa, baru juga melek. Nyawa belum ngumpul gitu loh" teriakku berbicara sendiri sambil melihat sekelilingku.
Selesai sholat subuh, aku segera membuka balkon kamarku dan menghirup udara pagi dalam - dalam. Yah, memang baru pagi ini aku bangun sepagi ini pula. Kulihat, Papa dan Mama sedang joging di halaman.
Tok
Tok
Tok
"Ya ...," sahutku tanpa menoleh ke arah pintu.
"Mba Yasmin, belum mandi? Bu Lastri mau beresin kamar. " tutur nya yang masih berdiri di pintu kamarku.
"Ya udah, Bu. Masuk aja. Aku mau mandi nih" sahutku sambil meraih piyama mandi yang tergantung di pinggir ranjang.
Bu Lastri diam sesaat seolah ragu untuk masuk ke dalam. "Kenapa, Bu? " tanyaku heran.
"Eng ... Enggak apa - apa, Mba. Bu Lastri mau beresin kamar Ibu dulu aja. "Jawabnya gugup.
Tak kuhiraukan dan segera saja mandi. Pagi ini aku berangkat sekolah bersama Papa. Seperti biasa, kami mengobrol santai selama diperjalanan.
"Kemarin, Papa ketemu keluarga besar. Mereka semua nanyain kamu, Nduk"
"Oh ya? Siapa aja, Pa? " jawabku sambil fokus bermain game di ponsel.
"Banyak. Hampir semua nanyain, kenapa Yasmin nggak ikut. Terus ada titipan dari Om kamu. Om Yusuf. Itu di dasbor, coba ambil, Nduk" suruh Papa sambil menunjuk dasbor depanku.
Game di ponselku tak kuhiraukan lagi, entah kenapa hadiah dari Om Yusuf seolah - olah lebih menarik.
Kalung?
"Ini dari Om Yusuf, Pah? " tanyaku.
"Iya, Om Yusuf kemarin nanya- nanya soal kamu, kepindahan kita, nanya juga soal rumah. Terus dia kasih itu buat kamu. "
Om Yusuf adalah adik sepupu Papa. Dia orang yang baik, walau kadang sedikit cuek. Tapi sangat perhatian terhadap keluarga kami yang lain.
Tanpa pikir panjang, aku pakai kalung ini. Dingin. Sejuk. Itulah yang kurasakan.
"Oh iya, kamu udah ketemu Arkana? " tanya Papa tiba - tiba.
Aku sontak menoleh ke Papa. "Hah? Kok Papa tau? "
"Oh udah ketemu Arkana? Kapan - kapan ajak ke rumah ya. Papa pengen kenal juga. Kata Yusuf, dia punya temen namanya Arkana, dan kamu bakal sering ketemu dia, gitu katanya. "
Ini Papa nggak tau apa, kalau Arkana itu bukan manusia?
Aku hanya mengiyakan saja permintaan Papa. Kami mengobrol hingga sampai sekolahku. Aku heran kenapa terkadang Papa tampak sangat polos. Padahal keluarga ku dari Papa itu banyak sekali yang sensitif dengan makhluk halus. Aku pernah tanpa sengaja mendengar pembicaraan mereka, orang orang yang sensitif di keluarga Papa.
Ada Pak De Yusuf, tante Nisa, Kak Arden dan Kak Aretha. Mereka sedang membahas sesuatu yang serius. Tentang makhluk yang kerap mengganggu mereka. Keluarga itu bisa kukatakan hebat dan kompak. Mereka sering diganggu makhluk halus bahkan saat saudara kembar itu masih kecil. Aku sampai bergidik ngeri saat mengetahui lingkungan rumah Tante Nisa yang angker, dan mereka yang sering mendapat teror. apalagi rumah yang ada di samping mereka, yang ternyata memiliki masa lalu kelam. Sebuah keluarga yang dibunuh oleh kepala keluarganya sendiri dan mereka pun bergentayangan. Tidak bisa di bayangkan kalau aku yang berada di posisi mereka. aku pasti tidak tahan lagi, dan lebih memilih pindah rumah saja, daripada terus menerus di ganggu oleh mereka.
sewaktu kak Arden dan Kak Aretha masih kecil pun, tante Nisa sering mendapatkan tamu tak kasat mata. Mengetuk pintu rumah mereka saat malam hari, namun begitu dibuka tidak ada siapapun di sana. Belum lagi teror makhluk yang disebut gundul pringis. Lalu bola api yang terbang di rumah tetangga mereka yang ternyata adalah kiriman santet dari seseorang. ditambah kolam renang di belakang rumah mereka yang memiliki sosok lain, yang membuatku enggan membuat kolam renang pribadi di rumah walau Papa selalu menawarkan fasilitas itu.
konon katanya, beberapa makhluk halus menyukai air seperti kolam renang, kolam ikan, atau akuarium.Bahkan kolam ikan berfungsi untuk hiburan mereka juga. Jika kita manusia memelihara ikan sebagai bentuk penghilang stress dan memperindah suasana, begitu juga dengan hantu, biasanya mereka akan tertarik pada beberapa jenis mahluk air seperti kepiting, ular air, ikan mas hingga ikan lele. Oh, tentu aku lebih baik menjadikan ikan ikan itu santapan daripada permainan makhluk halus
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Maz Andy'ne Yulixah
Owalah,Arkana kiriman nya Om Yusuf,😊
2024-04-30
0
Asmaiyyah AjjhLah
Jadi kangen nisaa indra, arden aretha, semua karya kak ossi aq baca,
2023-06-11
0
Khadijah Aisyah Syauqi
akhir nya kejawab...makasih thor...lanjuuut
2023-05-14
0