Praaaang!
Vas bunga disampingku terjatuh.
Mampus gue!
Nenek yang tadinya hanya lewat, lalu seketika menoleh padaku. Dia menggerak- gerakan kepalanya sambil berjalan ke arah jendela. Tiba-tiba badanku kaku. Tidak bisa bergerak. Lidahku kelu. Aku hanya bisa menggerak- gerakan bola mataku saja, melihat kepala Nenek itu bergerak, bagai hampir putus. Sudah bisa kupastikan dia ... BUKAN MANUSIA!
Aku melirik ke arah Arka yang masih tidur pulas. Dengan tenaga yang kupaksakan, ku raih figura yang ada disampingku.
Praaaak!
Pecah.
Suara itu membangunkan Arka. Dia mengucek mata. Lalu melihat ke arahku dan melotot.
"Kenapa, Yas?!" tanya nya heran.
Aku masih membeku. Dia mendekat.
Digoncang - goncangkan nya tubuhku hingga kesadaranku kembali sepenuhnya. Sontak kupeluk Arka sambil menangis di pelukannya. Arka mengeratkan pelukannya, walau awalnya dia segan. Tapi melihatku sedih dan terguncang, dia pun menyambutku dengan tangan terbuka.
"Udah, Yas. Udah ya. Ada aku disini. Kamu nggak apa- apa kan? " tanya Arka lembut.
"Itu, Ka. Itu..., " tunjukku ke arah jendela dengan tetap bersembunyi di dada Arka. Arka menoleh.
"Bentar. Aku tutup dulu jendela nya. " katanya. Kutahan tubuhnya. Rasanya aku benar benar takut jika Nenek tadi muncul lagi.
"Nggak apa apa. Sebentar aja kok. Angin nya kenceng. Aku tutup bentar ya. " bujuk Arka lagi.
Akhirnya kulepaskan pelukanku. Setelah Arka menutup jendela. Dia membawaku kembali ke ranjang.
"Aku takut. Kamu jangan jauh jauh, Ka. Please...," pintaku.
Arka diam. Lalu tak lama mengangguk.
Entah sudah beberapa kali aku menguap dipagi hari nan cerah ini. Kini aku sedang duduk di Kantin menikmati secangkir kopi buatan Bu Nur. Keadaan Kantin masih lenggang. Karena ini masih cukup pagi. Kalau mengingat kejadian pagi tadi, aku sedikit kesal pada Arka.
Pukul 04.30 dia membangunkan ku. Dia bilang, dia harus mengantarku ke rumah untuk mengambil seragam dan tasku. Karena dia harus pagi- pagi buta datang ke Rumah sakit, dimana Mama nya di rawat. Aku yang terbiasa bangun sedikit lebih siang, akhirnya masih mengantuk sampai sekarang. Belum lagi, teror 'mereka' tadi malam yang tak kunjung selesai. Membuat pagiku kali ku terasa suntuk sekali. Satu yang pasti, aku pasti mirip panda.
Aku ngantuuuuuukk!
"Heiii..., " panggil suara cempreng milik seseorang yang sangat familiar ditelingaku.
"Bujug buset!! " teriakku kaget.
"Hahaha... Jangan ngelamun makanya. Wooo!! " ejek Nita yang tiba - tiba datang bersama Joe.
Joe hanya menaikkan sebelah bibirnya lalu mengambil kursi didepan ku.
"Sialan lu. Ngagetin aja. Gue masih ngantuk tau! " omelku kesal.
Nita menarik kursi disampingku dan terus memperhatikan wajahku.
"Elu abis berantem ma siape, Mak?" tanyanya heran. Karena melihat beberapa luka di wajahku.
"Setan..., " gumamku lirih.
Nita spontan menoleh dengan tatapan tajam kepadaku. "SERIUS?!"
Aku mengangguk malas- malasan. Joe menceritakan kejadian itu pada Nita, karena dia pun tau kejadian nya seperti apa karena Arka sebelumnya sudah memberitau Joe. Dan tentunya dengan sedikit cerita dariku juga. Biarlah Joe yang menjelaskan, karena aku benar- benar malas membahas hal itu. Semua begitu mengerikan.
"Ya ampun, Beb ... Kenapa nggak ke Rumah aja? " tanya Nita padaku.
"Males. Elu kagak ada. Kan lagi pergi sama si Irfan. "
"Eh iya yah. " ucap Nita seolah hampir lupa dengan kesibukannya bersama Irfan. Mereka memang membentuk miniband bersama- sama, dengan Irfan dan Nita yang jadi vokilsnya. Jadi, mereka sering manggung disana sini. Wajar, jika Nita sering tidak ada di Rumah.
"Iya apaan. Wooo..., " gerutuku kesal sambil mengerucutkan bibir.
Nita segera memelukku erat. Tak lama Arka datang dengan tergesa- gesa.
"Haaaaah..., " nafasnya tak beraturan.
Di teguknya kopi milikku hingga habis. Bahkan ampas kopi pun hampir ditelannya.
"Ya ampun, Arka. Kok diabisin sih? Itu kan kopi punyaku. " omelku dengan menampilkan wajah kesal.
"Eh, maaf Yas. Habisnya aku haus banget dari subuh belum makan sama minum apa- apa. " bela Arka.
"Ya kamu sih. Tadi aku suruh sarapan, malah nggak mau. " gerutuku.
"Habisnya aku buru- buru banget tadi, Yas. " jelas Arka lembut.
Joe dan Nita saling pandang, Nita menaikan alis nya naik turun dengan cepat sambil menatap Joe, seolah mereka sedang mengobrol dengan bahasa isyarat. Joe menanggapi dengan mengerdikan kedua bahunya. Dan terakhir mereka berdua melihat ku dan Arka bergantian.
"Tunggu tunggu ... AKU? KAMU? " tanya Nita dengan nada meledek.
"Apa? " tanyaku pura- pura tidak paham.
"Ehem ...," tambah Joe.
"Apaan sih? " sambung Arka.
"Kok apaan? Ya kalian lah, kenapa? " tanya Nita penuh teka teki.
"KITA? " tanyaku dan Arka bersamaan sambil saling pandang satu sama lain. "Emang kenapa? " sambung kami kompak.
"Iya! KALIAN! AKU..., " tunjuk Nita padaku. "Kamu..., " lanjut Nita menunjuk Arka.
Kami berdua bagai orang bodoh atau pura- pura bodoh untuk menangkap maksud Nita dan Joe. Walau Joe hanya diam tapi sangat terlihat wajahnya sedang tersenyum meledek ku dan Arka.
"Eh, Mama kamu gimana? " tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Hm ... Mama drop semalem. Sekarang lagi di ICU. " kata Arka murung.
"Drop kenapa ? Bukannya kemaren baik- baik aja? Malah ada perkembangan bagus kan? " tanya Joe heran.
"Iya, Joe. Setelah pindah ke ruangan kamboja, 3hari setelahnya malah drop. "
"Ya udah, nanti kita jenguk yuk. " ajakku ke Nita dan Joe.
Mereka berdua diam, Nita dan Joe, hanya dengan melihat reaksi Nita yang menyipitkan matanya dengan sedikit senyum bisa kutangkap sebuah ledekan nya. Seolah berkata, 'cie... Makin akrab nih'
Begitulah kurang lebihnya. Kampret nggak sih dia?
\=\=\=\=\=\=\=
Sore harinya Nita sudah ada didepan rumahku menaiki mobilnya. Bersama Joe juga.
"Hai..., " sapaku ke mereka berdua dibalik kaca samping Nita.
"Yuk, udah kan? Berangkat sekarang. Tar kesorean lagi. Arka udah disana. " kata Nita.
Aku segera membuka pintu belakang mobil dan kami pun segera meluncur ke Rumah sakit dimana Mama Arka dirawat. Dari obrolan sore ini, aku baru tau kalau Bapak Kepala Sekolah adalah Papa Arka. Orang tua Arka sudah bercerai setahun lalu. Mama Arka sakit - sakitan dan sudah sebulan ini Mama Arka koma. Dokter tidak tau apa penyebabnya. Papa Arka menikah lagi sejak dua bulan lalu. Itulah yang membuat Arka menjadi bebal di Sekolah. Suka berkelahi, sering bolos sekolah dan suka seenaknya. Dia tidak peduli Papa nya yang menjabat sebagai Kepala Sekolah, seolah itu sebagai aksi protesnya terhadap apa yang sudah dia alami karena kedua Orang tuanya bercerai, dan Papa nya yang sudah menikah lagi.
Kami sampai di Rumah sakit bertepatan dengan suara adzan maghrib berkumandang. Saat sampai bagian informasi, kami segera menuju ruang rawat Bu Shanti, Mama Arka. Saat melewati mushola, Joe ijin akan sholat maghrib dulu. Aku dan Nita menunggu diluar karena kami sedang berhalangan. Beberapa orang mulai masuk ke mushola dan memenuhi shaf dan tak lama sholat maghrib berjamaah pun segera dilaksanakan. Kulihat di tempatku duduk, Joe ada di shaf paling depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Maz Andy'ne Yulixah
pantesan Arka gak takut sama Pak Kepsek ternyta Papah nya to,karena sakit hati Arka jadi bandel😌😌
2024-04-30
0
Khadijah Aisyah Syauqi
hai Thor...ijin muncul d sini donx...mulai seru nih...dr awal bikin deg deg an...lanjuuuuutttt...
2023-05-14
0
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
Joe jadi Imam...
Ayah Ibunya Yasmin apa gak denger rumor tentang rumah itu ya.
atau sengaja ingin Yasmin semakin kuat
2023-04-03
1