"Yas ...." panggil Joe agak pelan.
"Hm?"
"Apa yang kamu liat tadi di toilet?"
Aku diam beberapa saat dan menatap langit- langit sambil mengingat kejadian tadi.
"Ya ampun, Joe!" pekikku sambil mencengkram tangan Joe.
"Kenapa?" Joe mengernyitkan kening, penasaran pada apa yang akan kuceritakan.
"Tadi ... Pas aku mau cuci tangan ke wastafel ... Nggak tau kenapa ... Suasana sekelilingku berubah." jelasku perlahan.
"Berubah? Maksud nya apa, Beb?" tanya Nita yang ikut mendekat dan duduk di samping Joe. Joe melirik sekilas ke Nita, dan sedikit kikuk.
Sementara Arka hanya berdiri di dekat pintu sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Berubah jadi aneh. Kayak bukan toilet kita." jelasku lagi, "Sepi. Nggak ada satupun orang, padahal aku pikir kalian masih di toilet loh. Dan ... Aku ngeliat cewek yang waktu itu aku temuin di koridor sekolah, yang bikin aku nyasar ke gudang itu loh, Ka!" tambahku dengan bersemangat dan melihat ke Arka yang masih kesal.
"Terus?" tanya Joe datar.
"Dia ...." kataku pelan.
"Dia kenapa, Beb?" tanya Nita penasaran.
"Dia ... Nyekik aku, Beb."
"Hah? Terus ... Kamu nggak apa- apa kan, Beb?" tanya Nita agak panik.
"Ya ... Aku agak panik, sakit juga. Tapi nggak lama setelah itu, banyak asap putih, terus semua gelap."
Kami diam. Joe terlihat berfikir lalu menarik nafas dalam.
"Ya udah, nggak apa - apa sekarang. " kata Joe yakin.
"Emang aku kenapa?"
"Loe kesurupan ampe cakar - cakar gue. Nih ... Nih ... Sakit tau. " gerutu Arka sambil menunjukan kedua lengannya yang terluka.
"Namanya juga kesurupan, ya nggak sadar kali Arka! Elu mah, luka gitu aja heboh. Kayak nggak biasa bengep aja tu muka!" oceh Nita kesal.
"Udah ... Udah ... Kamu udah nggak apa apa kan Yas? " tanya Joe.
Aku mengangguk pelan.
"Mau di sini? Atau balik kelas nih? " tanya Joe memberikan pilihan.
"Hm."
"Kalau di sini, dan sampai kesurupan lagi ... Gue kagak mau nolongin!" ungkap Arka datar.
"Ya udah, balik kelas aja. " jawabku dengan nada sedikit merajuk.
Kami akhirnya kembali ke kelas masing- masing.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Maaaa ... Mama ...." teriakku dari ruang tamu.
Cuaca siang ini begitu menyengat kulit. Nita sudah pulang ke rumahnya setelah mengantarku barusan.
Kuhempaskan tubuhku di sofa ruang tengah.
Hening.
'Mama kemana yah?' batinku.
Akhirnya dengan berat hati kulangkahkan kaki ku menuju dapur, mencari keberadaan Mamaku. Biasanya dapur adalah tempat Mama menghabiskan waktu. Mama suka masak, dan yang pasti makanan buatan Mama, enak. Tapi kali ini, dapur kosong. Peralatan masak bahkan masih tertata rapi di tempatnya.
Tap!
"ALLAHU AKBAR!! " teriakku kencang. Seseorang menepuk bahuku hingga aku terperanjat.
"Kenapa sih?" tanya Mama tanpa rasa bersalah.
"Mama ih! Ngagetin deh!" gerutuku sebal.
"Lebay deh kamu"
"Ih Mama! Sok gaul!" kataku gemas "Mama darimana sih?"
"Dari kamar. Ni beres beres baju" kata Mamaku sambil menenteng tas pakaian yang biasa dipakai bepergian.
"Tunggu! Mama mau ke mana?" tanyaku menyelidik.
"Mama mau ke tempat sodaranya Papa, yang di luar kota. Kamu baik- baik di rumah ya." jelas Mama sambil sibuk memainkan benda pipih ditangannya disertai kekehan pelan.
"Nggak mau!"
"Hah? Apanya yang nggak mau?" tanya Mama yang kini beralih menatapku.
"Ikut pokoknya"
"Yas, nggak bisa. Mama sama Papa paling nggak 3 hari kesana. Soalnya jaraknya lumayan. Dan lagi kamu kan harus sekolah. Masa mau bolos. " terang Mama lebih menjurus ke memaksa.
"Yasmin nggak mau di rumah sendirian. Takut loh, Ma. " rengekku.
"Ih apaan sih, Nduk. Biasanya juga di rumah sendiri nggak apa apa kok sekarang malah gini. Lagian Ada Bu Lastri "
"Takut Ma!"
"Takut apaan?"
"Setan ...." gumamku pelan.
"Hah? Setan? Pppffffftt ... Hahaha. " tawa Mama.
"Ih, Mama ... Kok malah ketawa sih!" rengekku makin manja.
"Ya habisnya kamu. Takut setan. Sholatmu buat apa to, Nduk. Bacain doa aja kalo nongol. Beres. " jawab Mama enteng.
"Bacain doa? Enak bener Mama. Coba kalo nongol beneran. Emang Mama nggak pucet?" sindirku.
"Halah ... Kamu ...."
Braaak!
Tiba tiba kursi di ruang makan jatuh sendiri. Kami berdua saling pandang. Aku lalu merapat ke Mama.
"tuh kan, Mama sih!" bisikku pelan ke Mama.
"Paling angin ah, udah ya. Mama berangkat. Papa udah nunggu di luar tuh. Tar ngomel lagi!" kata Mama lalu berjalan ke depan sambil menenteng tasnya. "Oh iya, Nduk ... Kalau kamu takut, ajak aja Nita kesini. Nginep sini." kata Mama lalu melenggang ke l. uar dengan santainya.
'Enak bener Mama ngomongnya. Sendirinya aja takut gitu kan. Ish! '
Kuputuskan naik ke kamarku.
Tap.
Tap.
Tap.
Saat sudah di depan pintu kamar aku menolah ke belakang. Aku merasa seperti diikuti. Embusan angin menerpa tubuhku. Ku tengok tengok ke s|sekeliling.
Sunyi.
Saat ku berbalik hendak masuk ke kamar ...
"MASYA ALLAH!!" Pekikku lalu mundur beberapa langkah karena tiba tiba saja Bu Lastri ada di depan kamarku membawa sapu dan kain pel.
"Mbak Yasmin udah pulang?" tanya Bu Lastri datar.
"Ba ... Ba ... Barusan, Bu. " jawabku tergagap
"Ibu pergi, mungkin 3hari baru pulang." terangnya masih dengan gaya yang sama. Datar.
"Udah tau. Misi, Bu. Aku mau masuk. "
aku ngeloyor masuk ke kamar begitu saja.
Aku makin takut dengannya. Apalagi Mama dan Papa tidak di rumah nanti malam. Sepertinya Bu Lastri lebih menyeramkan dari setan.
\=\=\=\=\=\=
Tok
Tok
Tok
Aku sedang mengerjakan tugas sambil makan cemilan di kamar lalu menoleh ke pintu.
"Ya? " sahutku memastikan siapa yang mengetuk pintu kamarku.
"Makan malam sudah siap, Mba." kata Bu Lastri dari luar.
"Oh iya, Bu." karena memang perutku lapar, aku pun mengemasi buku bukuku lalu ke luar kamar.
Saat kubuka pintu, ternyata Bu Lastri tidak ada.
"Bu ... Bu Lastri ...."
Hening.
'Mungkin sudah turun' pikirku.
Dengan santai aku berjalan turun ke bawah.
Dug!
Dug!
Dug!
Sebuah bola basket terpental pental di sekitarku. Aku diam sambil berfikir siapa yang bermain bola basket di dalam rumah. Karena di rumah hanya ada Bu Lastri dan aku.
Saat bola ada di kakiku, kutundukan badan dan mengambilnya. Ku tengok sekitar. Tidak ada siapapun. Bulu kudukku meremang. Dan bola yang kupegang kini seperti bergerak gerak.
Saat ku lihat lagi ...
"Aaaargggghhhh!!! " kulempar kepala itu jauh jauh dan berlari ke kamarku.
Yah, kepala. Bukan bola. Entah sejak kapan, bola yang tadi menggelinding berubah menjadi kepala manusia. Aku terus berlari masuk ke kamarku dan kukunci pintu cepat cepat. Segera kusingkap selimut dan masuk ke dalamnya.
Badanku gemetaran. Baru kali ini, secara terang terangan aku diteror seperti ini.
Tak
Tak
Tak
Lagi. Ada suara langkah kaki mendekat. Aku bahkan sempat menangis karena ketakutan. Keringat dingin mulai mengucur deras. Perlahan selimut seperti ditarik. Aku pegang erat selimut ini agar aku tetap di dalam. Aku begitu takut, hingga tidak bisa berfikir jernih.
Lalu sunyi. Selimut tidak lagi ditarik paksa oleh 'nya'. Namun hal ini justru membuatku makin takut.
Di mana makhluk itu. Batinku
Kuberanikan diri melihat ke luar. Meyingkap selimut sedikit. Dan ... Tidak ada siapapun.
Krataaak ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Maz Andy'ne Yulixah
Ngeri ya Yas,q kalau dirumah sendiri ya gak mau Takut😨😨
2024-04-29
0
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
tegaang.. tegang...
😱😱😱😱
2023-04-03
0