Aku terbangun karena berisiknya lemari pakaian ku.
Dug
Dug
Dug
Aku diam. Lalu terus menatap ke arah lemari itu. Seperti ada sesuatu didalam sana yang mencoba untuk keluar. Perlahan aku turun ranjang, dengan langkah pelan dan hati-hati, aku mendekati lemari pakaianku yang besar itu. Oh bukan! Ruang pakaianku mungkin lebih tepat kusebut begitu.
Dengan perasaan was-was dan takut, kuraih kunci berniat untuk membukanya. Rasa ragu yang awalnya menyelimutiku, kini kalah dengan rasa penasaran atas apa yang ada didalam sana.
Klek
Perlahan ku buka pintu itu, dan terus mengamati kedalam sana. Bersiap jika ada hal mengerikan yang ada disana, maka aku harus bersiap untuk berlari.
Perlahan tapi pasti kubuka pintu itu dan ... KOSONG!
Aku termenung, dan berfikir keras. Dari mana datangnya suara ketukan tadi. Bukankah dari dalam sini?
Hingga bulu kudukku berdiri, seperti ada yang meniup niup tengkukku dengan udara yang cukup dingin. Dan saat kumenoleh ... Seorang wanita dengan kepalanya yang hampir putus ada dibelakangku, menyeringai dan berteriak tepat di depan wajahku.
'HAAAAAAAAAAAAA' teriaknya kencang.
"ASTAGHFIRULLAHAL 'ADZIM!" pekikku ketakutan.
Lalu aku pun tersadar setelah mendengar suara Arka membangunkanku, diikuti goncangan ditubuhku.
Saat mataku terbuka ...
"ARKAAAAA!! BISA PELAN GAK SIH! " Omelku sambil ku pukuli dadanya karena kesal.
Arka menahan tanganku kuat- kuat.
"Apa sih, Yas? Hei ... Sadar dulu dong! " seru Arka gemas.
Aku diam. Kupandangi sekelilingku dan tempat ini terasa asing. Sebuah ruangan, yang lebih tepatnya sebuah kamar, dengan ranjang besar, lengkap dengan lemari pakaian, meja belajar dan rak buku bacaan tertata rapi disini. Kamar yang didominasi warna abu abu dengan beberapa figura ditembok ini membuatku sadar ... Ini kamar ... ARKA!
"Dimana nih?" tanyaku panik.
"Dirumah gue, " sahut Arka santai lalu mengambil segelas susu di meja nakas samping ku. Menyodorkan padaku, lalu kembali duduk dipinggir ranjang. Rambutnya masih agak basah karena handuk kecil masih menggantung dilehernya.
Apa kejadian tadi nyata? Danau ... Hantu ...?
"Gue udah nelpon Joe. Katanya untuk sementara elo tidur sini aja dulu. Soalnya hp Nita nggak aktif. " ujar Arka.
"Hmm? " kukerutkan kening dan menatap Arka heran.
"Keadaan rumah lo lagi nggak aman, itu kata Joe. Tu setan bisa jadi masih dirumah lo! Udah! Bawel deh. Tidur sono. Gue disini aja. " ujar Arka menunjuk sofa panjang diujung kamar.
"Akhirnya lo percaya kan sama cerita gue. Tadi ngetawain." gumamku pelan. Dengan nada sedikit meledek.
"Hehe ... Iya ... Maaf ya, Yas. Gue pikir tadi elo cuma ngada- ngada aja. " kata Arka sambil mengacak acak rambutku yang sudah berantakan.
Glek!
Aku menelan ludah mendapat perlakuan dari Arka barusan.
'Apa - apaan nih Arka'
"Elo nggak apa- apa kan? Ngomong- ngomong gimana ceritanya tu setan ada dirumah lo. Terus..., " tanya Arka sambil menatap inchi demi inchi tubuhku yang memang banyak luka disana sini. Entah lebam, goresan bahkan sayatan. "Kok bisa luka lo banyak gini? Diapain sama tu setan?" tanya Arka penasaran.
Kuceritakan semua kejadian yang kualami, mulai dari aku pindah rumah kemarin. Setiap detil tak luput dari ingatanku. Arka mendengarkan dengan seksama sambil sesekali anggukan dari kepalanya seolah mengiyakan atau mengerti apa yang sedang kuceritakan.
"Hm ... Yas, elo tau nggak kalau banyak rumor soal rumah itu. Bukan hanya disekitar tempat tinggal elo. Tapi hampir disepanjang penjuru kota ini, tau gimana seremnya rumah itu? " terang Arka serius.
"Apa? Jadi rumah itu emang angker? "
Arka mengangguk.
"Dulu ... Menurut mitos yang berkembang disini, rumah elo itu, pernah terjadi perampokan. Rumah itu punya salah satu orang terkaya di kota ini. Dan, malam itu mereka dirampok. Tapi ... Perampok itu bukan cuma ngerampok aja, tapi semua penghuninya juga ... dibunuh. " jelas Arka dengan tatapan yang serius.
"Serius?"
Arka mengangguk yakin.
"Makanya rumah itu kosong untuk waktu yang cukup lama. Dan emang sih beberapa minggu lalu, pas gue main ke rumah temen gue yang disebelah rumah lo itu, gue liat rumah itu lagi dibersihin. Terus kata Ridho, rumah itu dibeli orang. Eh ternyata elo yang beli. "
Aku diam.
Sempat berfikir untuk mengadakan pengajian. Karena sejak kami pindah, kami belum mengadakan syukuran rumah atau bahkan pengajian. Karena menurut adat di kampung halaman ku, setiap kita menempati rumah baru alangkah baiknya diadakan acara pengajian ataupun slametan.
Arka melambai lambaikan tangan kanannya didepan wajahku.
"Yas ... yasmin...," panggilnya yang membuyarkan lamunanku seketika.
"Eh iya, Ka. " sahutku sedikit gugup.
"Kenapa? " tanya nya pelan.
Aku menggeleng dan tersenyum.
Arka balik tersenyum sambil menatapku dalam- dalam.
"Ah iya. Gue obatin sini lukanya. " katanya lalu beranjak mengambil kotak P3K yang ada di tembok.
Dia kembali lalu dengan hati- hati mengobati luka ku.
"Ka ...," panggilku pelan.
"Hm..., "gumamnya masih fokus memberikan obat oleh ke beberapa bagian wajahku.
"Makasih..., "
Arka menatapku lalu tersenyum.
"Sama sama Yasmin. " ucapnya dengan mendekatkan wajahnya makin dekat padaku.
Deg
Deg
Deg
Jantungku berdetak lebih cepat dari ritme semula. Entah kenapa, Arka kini lebih manis dari biasanya.
Ah, sudahlah.
"Eh, orang tua kamu kemana? Aku nggak apa apa nih nginep sini? " tanyaku sambil celingukan.
Arka tersenyum. "Mama ku lagi koma di rumah sakit. Udah hampir sebulan ini. Papa ... Nggak di sini. Dirumah istri barunya." jelasnya sambil menunduk, membereskan obat obatan dipangkuannya.
"Jadi kamu sendirian?" tanyaku sedikit terenyuh mendengar kalimat Arka barusan.
"Iya, Yas. Aku sendirian. " suara Arka terdengar pilu. Namun senyum selalu menghiasi wajahnya. Menutupi semua rasa sakit dan sedih yang dia alami. Ternyata dibalik kerasnya Arka, dia menyimpan rasa sedih yang teramat sangat dalam.
"Maaf, Ka. Aku nggak tau. Yang sabar ya. " ucapku sambil menepuk bahunya.
Dia menatapku dan tersenyum.
"Makasih, Yas. Ya udah, kamh istirahat gih. Udah malem banget ini. Capek kan?"
Aku tersenyum lalu mulai merebahkan tubuhku dan Arka menyelimutiku. Dia kembali ke sofa disana dan mengambil posisi ternyaman untuk tidur juga.
Tapi tunggu!
AKU? KAMU?
Sejak kapan panggilan kami berubah jadi AKU dan KAMU?
Diujung sana, Arka sudah mulai merapatkan selimutnya dan sepertinya akan tertidur. Tapi sebelum itu, dia sempatkan tersenyum padaku lagi. Kubalas senyumnya dan mengganti posisi tidur dengan membelakangi nya.
Kenapa jadi grogi gini sih?
Kami pun tidur.
\=\=\=\=\=\=
Selimut yang kupakai terasa ditarik tarik diujungnya. Kutahan terus karena kupikir Arka mulai jahil.
Perlahan, sesuatu masuk kedalam selimutku dari bawah kakiku. Aku langsung tersadar dan kembali ke posisi duduk. Ku singkap selimut, dan ternyata tidak ada apapun. Arka masih terlelap di sofa. Sementara korden di dekat jendela berkibar- kibar tertiup angin. Entah sejak kapan jendela terbuka. Atau memang Arka biasa membuka jendela dimalam hari?
Karena udara makin dingin dan nyamuk banyak yang masuk, aku putuskan menutup jendela itu. Saat kusingkap korden ... Seseorang sedang berjalan dengan terseok seok diluar halaman. Kupincingkan mataku untuk melihat lebih jelas. Sepertinya nenek nenek, jalannya bungkuk, rambutnya putih semua. Pakaian nya kebaya jaman dulu. Rambutnya berantakan. Berjalan dengan kepayahan karena sepertinya sebelah kakinya terluka. Oh tidak!
Kakinya! Telapak kaki kanannya menghadap ke belakang. Membuat jalannya aneh. Aku mundur. Setan mana lagi ini. Kenapa di mana mana ada setan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Maz Andy'ne Yulixah
Setan nya sudah mulai iseng terus ya Yas,semoga kamu gak kenapa2 ya Yas😌
2024-04-29
0
Erlina Arlena
ngapaen tuh setan, iseng bgt de
2023-04-09
0