'Apa itu? ' batinku sambil memegangi Nita yang terus berteriak.
Aku panik. Nita kini memegangi perutnya. Sambil berteriak kesakitan. Lalu dia muntah. Memuntahkan cairan hitam dan beberapa benda aneh. Kasar. Aku tidak tau apa dan tidak berniat memeriksanya.
"Haduh! Ni anak kenapa sih? "
Langsung kuraih ponsel ku dan menelpon Arka. Karena Joe sulit sekali dihubungi.
"Aku kesana sekarang sama Joe! Tunggu ya! " kata Arka sebelum menutup teleponnya.
"Panaaaas. Tenggorokan gue panas, Beb. Minuuuuum! " pinta Nita.
Aku berlari ke arah dapur untuk mengambil segelas air. Karena panik, gelas yang kupegang jatuh ke lantai.
Praaaaang!
"Haduh! Bego! " umpatku, lalu ku ambil lagi gelas lain.
Tanganku gemetaran. Aku takut.
Sreeeet!
Tiba-tiba aku merasa ada sekelebat bayangan lewat dibelakangku. Aku berbalik. Mataku mengawasi tiap sudut ruangan. Hening.
Kembali ku tekan dispenser menuangkan kembali air minum digelas. Namun, lagi-lagi aku merasa ada orang dibelakangku. Tapi saat aku menoleh, suasana hening.
Bahkan terlalu hening untuk rumah ini. Padahal tadi Nita berteriak terus menerus.
"Gawat!! " seru ku, sedikit panik. Lalu segera berlari ke ruang tengah.
'Mana dia? '
Nita hilang.
"Ya Allah, kemana lagi tu anak! " ucapku frustasi.
Kutekan kepalaku mencoba berfikir tenang. Sambil Netra ku terus mencari keberadaan Nita. Sampai terdengar bunyi gemerutukan tulang. Spontan aku menoleh ke kananku.
Nita dengan penampilan acak-acakan, mirip orang gila, sedang memegang pisau dapur ditangannya. Rambutnya berantakan. Matanya, sesekali berubah hitam. Dia menyeringai dan terus menatapku.
'Mampus, gue. Ni anak kenapa lagi'
"Beb! Reynita! Ini loe bukan? Jangan nakutin gue ya, Beb! Nggak lucu tau!" tukasku.
Dia malah tertawa kencang. Aku mulai mundur, makin takut. Nita malah makin mendekat. Pelan tapi pasti aku berjalan menuju tangga. Hingga saat Nita lengah, aku berlari naik ke atas. Nita mengejarku tentunya. Aku berlari menuju kamar Nita sambil terus berteriak. Lariku kalah cepat dari nya. Karena saat aku hendak menutup pintu. Dia berhasil menahannya. Di masukan tangan kanannya dipinggir pintu. Kudorong terus dan alhasil menjepit tangannya. Tapi dia tidak kesakitan. Nita terus menerobos masuk kamar. Aku menangis. Kutahan terus pintu ini dengan tubuhku.
Ah, balkon!
Aku langsung berlari ke arah balkon kamarnya. Pintu berhasil terbuka. Saat sampai di balkon, Nita pun sudah ada dibelakangku.
"Beb! Jangan, please. "
Nita menyeringai sambil menggerak gerakan kepalanya. Bunyi tulang remuk terus terdengar tiap dia bergerak.
Suara mobil masuk ke halaman rumah. Dan dapat terlihat dari sini, kalau itu mobil Arka. Syukurlah, mereka sudah datang. Tapi aku belum aman.
Benar-benar tidak ada jalan keluar lagi selain ... LOMPAT!
Byuuuuuur!
"YASMIIIIIIIN!!" teriak Arka.
Aku terjatuh di kolam renang yang ada dibawah kamar Nita. Gelap.
"Yas! Yasmin! Bangun! " teriak Arka sambil terasa pipiku ditepuk-tepuk.
Ku kerjapkan mataku dan mendapati Arka dengan kondisi basah kuyup sedang memelukku dipangkuannya.
"Nita," ucapku pelan.
"Ssst! Nita aman. Joe lagi kesana. Ayok kita masuk, " kata Arka lalu membopongku. Dengan posisi ini, otomatis aku memeluk lehernya erat. Badanku terasa lemas sekali.
Arka meletakan ku disofa ruang tamu, lalu dengan cekatan mencari selimut. Teriakan Nita terdengar diseisi rumah. Aku dan Arka sempat terdiam sesaat dengan raut wajah khawatir.
"Jangan dipikirin ya, Joe pasti bisa bantuin Nita, " nasehat Arka.
Tak lama, Joe keluar sambil membopong Nita dengan tergopoh-gopoh.
"Ayok pergi! Nita harus ke Rumah Sakit! " kata Joe dingin, tanpa menoleh pada kami dan terus berjalan ke mobil.
Arka jongkok disampingku, dia merapikan anak rambutku, lalu tersenyum.
"Aku anter kamu pulang aja ya, baju kamu juga basah, Yas. Nanti kamu sakit, " tukas Arka pelan.
Aku mengangguk. Arka kembali membopongku ke mobil nya seperti tadi.
\=\=\=\=\=\=
Setelah Nita dan Joe sampai di Rumah sakit, Arka mengantarku pulang. Joe bersikeras untuk menunggu Nita, dan dia menyuruhku pulang saja dengan Arka. Padahal tadinya, aku ingin menemani Nita juga.
Sampai di rumahku, sudah pukul 02.00 dini hari. Aku sedikit menggigil kedinginan karena pakaianku belum diganti. Arka terus membopongku yang sudah meringkuk menahan dingin sedari tadi. Beruntung ada selimut dan pelukan Arka. Eh.
Bu Lastri membuka kan pintu dengan wajah datar. Orang tua ku memang tidak ada di rumah. Itulah salah satu alasanku mau menginap di rumah Nita tadi. Arka segera membawaku ke atas. Entah kenapa, aku malah memikirkan Arkana. Kemana dia? Disaat aku membutuhkan pertolongannya, dia malah tidak terlihat.
Sampai di kamarku, Arka lantas hendak pamit. Namun kutahan.
"Jangan pergi! Please ...." mohonku sambil mencengkram lengannya.
Arka mengerutkan kening, lalu tersenyum.
"Ya udah. Aku temenin malam ini ya. Tapi kamu ganti baju dulu sana, " suruh Arka.
Aku mengangguk lalu berjalan ke kamar mandi dibantu Arka. Sementara aku ganti baju, Arka kusuruh mengambilkan pakaian ku di lemari. Lama kutunggu, dia tidak juga mengetuk pintu kamar mandi. Karena curiga, aku keluar hanya mengenakan piyama mandi saja.
Dan ternyata Arka tidak ada, tapi pintu lemari pakaianku terbuka. Terang. Didalam lemari memang ada lampu. Dengan bentuk lemari yang lebih seperti ruang baju itu, memang sangat diperlukan lampu untuk memudahkanku mengambil pakaian.
Aku pun mendekati lemari.
"Lho! Arka! " panggilku yang sedang melihat nya membuka salah satu sisi ruangan.
Karena penasaran aku masuk dan berdiri didekatnya.
"Itu apa? " tanyaku.
"Kamu baru tau? "
"Iya, baru tau. Lagian aku jarang kesini. Paling ambil baju yang didepan itu, deket pintu aja, " tunjukku kedepan.
Yah, memang aku jarang masuk sejauh ini ke lemari pakaianku, karena aku jarang memakai pakaian yang formal, yang letaknya lebih dalam. Aku biasa memakai pakaian santai yang letaknya didekat pintu.
"Tadi aku denger suara orang minta tolong!!" ujar Arka serius.
"Hah? Yang bener?"
"Serius, Yasmin! Pas aku cari, terus aku nemuin ruangan ini! " kata Arka sambil memandang ruang gelap didepan kami datar.
Sebuah ruangan berukuran setengah meter terbuka didepan kami. Sayup angin terhembus dari dalam sana. Gelap dan mengerikan.
"Aku coba masuk ya, " katanya serius.
Tentu saja kutarik tangannya.
"Eh ngapain? Nggak! Udah tutup lagi aja. Kita nggak tau disana ada apa loh! Bahaya! " protesku.
"Tapi, Yas ... Ada yang minta tolong, " tukas Arka yakin.
"Salah denger ah! Udah tutup lagi. Ayok keluar udah malem. Besok sekolah! "
Arka mendesah, lalu kembali menutup tempat itu seperti tadi. Kami kembali ke kamar. Dan tidur setelah aku berganti pakaian. Arka tidur di sofa tak jauh dari ku. Aku memang takut sekali malam ini. Terlebih dengan kejadian Nita tadi.
Malam ini sungguh mencekam.
\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
Yasmin misteri dirumahmu mungkin bersumber dari lemarimu itu
2023-04-03
0