Rumah Hantu
Kalimantan ...
Yah, ini lah tempat tujuan kami sekarang. Setelah sampai di Bandara Syamsudin Noor di landasan Ulin Banjarbaru, kami segera menuju salah satu daerah di Kalimantan selatan ini. Papaku dipindah tugaskan di Kalimantan, karena pekerjaan barunya. Dan otomatis, kami sekeluarga juga harus pindah.
"Sampai ...." seru Papa setelah mematikan mesin mobil di depan sebuah rumah berlantai dua dengan halaman yang cukup luas.
Aku dan Mama saling pandang satu sama lain lalu menatap rumah dihadapan kami sekarang. "Yuk turun." ajak Papa.
"Pa? Serius nih, kita tinggal disini?" tanyaku agak ragu.
"Iya. Kenapa? Kalian gak suka?" tanya Papa agak kecewa.
Mama tiba -tiba menyenggol ku dan sedikit berdehem. "Suka kok, Pah. Yasmin cuma terkesan aja mungkin, rumahnya lebih besar dari rumah kita di Jawa." kata Mama sambil menatapku lalu berkedip kedip.
Aku melotot tak sependapat. Namun Mama malah menginjak kakiku dan makin membelakakan matanya. Baiklah, isyaratnya sudah sangat jelas. Dan aku tidak boleh melawan Mamaku ini. Bakal habis nanti uang jajanku kalau tidak menurut.
"Hehe. Iya Pah. Besar banget rumahnya. "Sahutku menyetujui penjelasan Mama tadi. "Tapi serem juga, hehe." gumamku pelan.
Bug!
Mama kembali menyikutku agar aku diam.
"Eh yuk masuk. Kita liat dalemnya, Pah." ajak Mama sambil menggandeng Papa masuk ke dalam.
Aku hanya garuk-garuk kepala yang tidak gatal. Lalu mengikuti mereka masuk. Papa memang baru saja mendapat pekerjaan baru , setelah menganggur selama 3 bulan. Perusahaan Papa gulung tikar karena bangkrut akibat persaingan bisnis.
Setelah pintu dibuka, kami diam sejenak dan mengamati keadaan sekitar, rumah ini terlihat rapi dan bersih. Dan sepertinya terawat sekali. Sampai-sampai tidak ada secuil pun debu yang menempel pada perabot di dalam. Ada sebuah jam sudut sebesar lemari pakaian. Yang akan berdentang setiap 1jam 1kali. Lantai nya terbuat dari marmer. Jadi terasa dingin, Jendelanya agak banyak hingga memenuhi ruangan ini. Ada kursi kayu dengan ukiran bergambar ular ada di sisi kanan ruang tamu ini.
Sebuah patung harimau juga ada disudut ruangan. Aku mendekat dan menyentuh nya karena penasaran.
Tap.
Tap.
Tap.
Suara langkah kaki dari dalam ruangan terdengar makin lama makin jelas. Aku masih diam dan mengelus harimau ini seolah dia hidup. Bulu bulunya halus. Sorot matanya tajam, dan membuatku berfikir, ini harimau sungguhan yang diawetkan. Papa berjalan ke dalam untuk melihat langkah kaki siapa itu. "Oooo ... Bu Lastri," Seru Papa lalu sambil tersenyum senang, "Ini Bu Lastri. Beliau ini yang bersih- bersih di rumah ini." kata Papa memperkenalkan wanita paruh baya itu pada kami.
Penampilannya agak serawutan. Wajahnya yang datar, terkesan seram buatku. Mama mendekat padanya lalu mengobrol ringan. Aku kembali berjalan mengamati hiasan rumah yang lain. Di sini rupanya didominasi hewan hewan buas. Di bufet juga ada patung ular yang tidak terlalu besar. Lalu di dinding bagian tengah, kepala banteng terpajang berdampingan dengan hiasan dinding lain.
"Semua kamar letaknya diatas, dan itu, yang diujung ...." tunjuk Bu Lastri ke kamar paling atas yang menghadap ke halaman depan. "Itu kamar Mba Yasmin. Mari saya bawakan barang- barangnya," kata Bu Lastri sambil meraih beberapa tas milikku. Aku diam beberapa detik lalu menarik tangan Mama agar ikut bersamaku sambil menggeleng cepat.
'Mama ... Tolong. Takut loh, serem gitu Bu Lastrinya.' batinku dengan ekspresi melotot dan gerakan kepala beserta ekspresi wajah yang cukup meyakinkan dan berharap Mama bisa membaca pikiranku. Tapi, aku hanya mendapat senyuman dari Mama beserta suruhan agar aku segera ke atas menyusul Bu Lastri. 😑
Bu Lastri jalan dengan pincang. Membuatku sedikit tergelitik untuk bertanya apa yang telah menimpanya, hingga dia berjalan dengan kepayahan sekarang.
"Maaf, Bu ... Kakinya kenapa?" tunjukku ke kaki kanannya. Dia menoleh lalu kembali menatapku.
"Kecelakaan." jawabnya datar.
"Ibu nggak apa-apa naik tangga gini? " kembali pertanyaan spontan terlontar dari mulutku.
Bu Lastri menghentikan langkahnya lalu kembali menatapku.
Satu.
Dua.
Tiga.
Hening.
Beliau menggeleng pelan lalu melanjutkan berjalan ke lantai atas dengan menyeret koper milikku. Aku pun mengikutinya dengan langkah ragu.
Sampai kamarku, rasa ragu dan takut mendadak sirna berganti rasa kagum. Kamar ini cukup besar, didominasi warna pastel dan pink muda, dengan ranjang besar yang dihiasi kelambu putih tergerai di tiap sisi ranjang, dan... Lemari besar yang sebagian besar dilapisi kaca tebal di tiap sisinya. Namun bagian atasnya berukir sama seperti yang kutemui di kursi kayu ruang tamu.
Tok
Tok
Ku ketuk salah satu sisi kaca lemari itu. Bunyi nya menggema didalam.
"Itu lemari pakaian Mba Yasmin." jelas Bu Lastri yang berdiri didekat ranjang sambil terus menatapku. Aku hanya meliriknya sekilas lewat cermin didepanku.
Kriiieeeet.
Kubuka pelan lemari besar ini. Dalam lemari ini luas. Dan baru kutau, kalau ini lebih tepat disebut ruang baju, seperti yang sering ku lihat di film- film. Ada beberapa rak untuk menyimpan baju dan gantungan di sisi kanan dan kirinya. Lemari ini tidak lebar, karena lebarnya sama seperti lemari pakaian pada umumnya, hanya saja bagian dalamnya luas dan masuk kedalam. Mungkin ada sekitar 2 meter jarak dari pintu ke bagian belakang lemari ini.
"Biar saya bereskan baju - baju Mba Yasmin. " kata Bu Lastri yang tiba- tiba sudah berdiri di belakangku.
"Astaga!" pekikku kaget sambil menekan dada dan menarik nafas dalam-dalam. "Ya ampun, Bu. Ngagetin aja!" kataku lagi.
"Maaf," jawabnya datar lalu segera menata pakaianku kedalam lemari besar ini.
Kriiiiing!
Perhatianku teralih pada ponsel di saku bajuku.
Aku : 'halo ... '
Reynita : 'Emaaaaaaaak!!!' teriaknya kencang hingga aku harus menjauhkan telepon genggamku beberapa centi dari telinga.
Aku : 'Brisik ih! '
Reynita : 'Bodo! Hehe. Elu udah sampe Mak? '
Aku : 'Udah pea!' jawabku sambil berjalan ke balkon kamarku.
Seseorang melambaikan tangannya disamping mobil sedan merah sambil tertawa cekikikan. Tawanya sama persis seperti tawa wanita di seberang telepon ku.
"KAMPRET!! " Umpatku lalu mematikan telepon dan berjalan turun ke halaman.
DEG!
"Ya ampun Bu Lastri ...!! Bisa nggak sih, nggak ngagetin aku terus?! " kataku sedikit kesal karena Bu Lastri tiba tiba saja sudah ada di hadapanku. Kulirik ke lemari pakaianku dan sepertinya beliau telah selesai berbenah.
"Maaf Mba. Sudah selesai bajunya. Saya mau bantu Ibu di bawah. " katanya lalu berlalu.
"Itu orang ... Serem amat sih? " gumamku berbicara sendiri.
Namun, lamunanku segera hilang karena suara klakson mobil dibawah. Yah, dia adalah Reynita, sahabatku yang memang tinggal di kota ini. Kami bersahabat lama, namun dia harus pindah ke sini karena orang tuanya juga dipindah- tugaskan dikota ini. Dan kini, kami berkumpul kembali.
"EMAAAAAAAAK!! " teriakku kencang lalu berlari ke arahnya.
"ONEEEEEENG!! " balasnya sambil melebarkan tangannya kesamping seakan ingin menangkapku dalam pelukannya.
Setelah sampai didekatnya ku jitak kepala nya kencang.
"ADUH!! SAKIT BEGO! " umpatnya sambil meraba kepalanya.
Aku tertawa puas lalu memeluknya erat. "Kangen, Gue ...." gumamku.
Nita membalas pelukanku, "Elo pikir Gue kagak?" katanya juga.
"Cepet banget Elu udah disini, Mak?" tanyaku sambil melepas pelukan kami.
"Elu kagak tau, udah gue satronin ni rumah sejak tau elu mau pindah sini. " katanya asal.
"Halah ... Lebay! " kataku sinis.
"Eh, siapa tuh, Beb? " tanya Nita sambil menunjuk ke balkon kamarku.
"Bu Lastri paling. Yang bantuin disini," sahutku cuek dan tak menoleh sedikitpun ke arah yang dia tunjuk.
"Bu Lastri? Anak kecil kok, Beb. Sodara elu?" tanya Nita penasaran.
'Anak Kecil? '
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Maz Andy'ne Yulixah
Hay Kak mampir nie,slam kenal ya,,,,,,baru baca di BAB awal sudah agak mrinding,anak kecil siapa ya kira🤔😬🤭
2024-04-29
0
Asmaiyyah AjjhLah
baruu tauu kak ossi punya karya baru🥲 huhuuu langsung gercep dibaca,
2023-06-11
0
Ayu Ningrat
aq hadir dimana mana 😂
2023-05-29
0