Pengganggu

Pagi itu ada yang berbeda,tak seperti biasanya  Reyno keluar dari kamarnya di jam yang normal dengan stelan seragam lengkap serta tas yang rapi tersampir di pundak.

Ia menuruni tangga lantai dua dengan satu tangan di masukkan ke saku. Langkahnya tampak ringan dan raut wajahnya bersahabat.

Kalau biasanya ia berangkat ke sekolah pukul setengah enam guna menghindari kedua orangtuanya maka pagi ini kedua orangtuanya patut senang karena justru bisa melihat Reyno di jam sepagi ini.

Biasanya mereka baru bertemu Reyno malam itu pun kalau mereka berhasil memaksanya untuk bertemu.

Sang mama,yang baru akan duduk di meja makan kembali berdiri tegak saat melihat kehadiran sang putra di anak tangga.

"Abang,mau gabung sarapan?"

Sang mama langsung sigap ingin menyiapkan piring saat melihat putra sulungnya itu menuju ke meja makan.

Reyno segera memberikan tatapan tajamnya mengetahui aksi spontan itu.

"Gak usah repot-repot!" Tolaknya tegas.

Dengan mandirinya Reyno mengambil roti sendiri di dalam kulkas dan juga mengambil satu pouch susu cair lalu menuangkannya ke gelas.

Usai memakan roti tanpa selai,Reyno segera menandaskan susu yang sudah ia siapkan lalu menaruh gelas bekasnya ke wastafel.

Setelah mencuci dan mengeringkan tangannya dengan tisue,Reyno berniat langsung berangkat.

Melihat pergerakan anaknya yang sepertinya akan pergi,Nandita mengambil pergerakan dengan menghampiri keberadaan sang putra.

"Abang berangkat sekarang?" Tanyanya lembut pada sosok remaja yang badannya sudah lebih tinggi darinya itu.

"Hm." Reyno mengangguk sekilas.

"Mau mama siapin bekal? Sandwichnya masih ada loh,dua,kalau kamu mau sekalian buat kamu sama teman kamu yang kemarin ke sini."

Kedua alis Reyno sejenak berkedut. Tak lama sebuah jawaban singkat keluar dari bibirnya.

"Boleh."

Walaupun jawaban yang Reyno berikan terkesan sangat singkat dan tidak jelas,namun tak bisa menutupi rona senang dari wajah sang mama yang untuk pertama kalinya bisa mendapatkan izin untuk memerani tugasnya dengan sebenarnya.

"Bentar ya nak,mama siapin dulu."

Nandita bergegas menuju kabinet untuk mengambil kotak bekal yang sekiranya pas dan tak memberatkan tas putranya nanti.

Menunggu sang mama menyiapkan bekal yang mesti ia bawa,Reyno memilih menarik salah satu kursi meja makan paling ujung dan mendudukinya.

"Ray,papa perlu bicara."

Tiba-tiba sebuah suara berat terdengar di dekat Reyno membuat pria itu menoleh dan kaget. Di sebelahnya ternyata sudah ada sang papa yang entah kapan berpindah posisi menjadi berdiri nyaris bersentuhan dengan pundaknya.

Reyno yang merasa risih langsung berdiri dan memberi jarak beberapa centi dari sosok pria duplikatnya itu.

Terlihat Bima,papa Reyno,mendengus kesal lantaran aksi putranya itu terkesan sangat-sangat ingin menjauhinya.

"Ray,papa.."

"Gue mau berangkat."

Tepat setelah Reyno selesai berucap,Nandita selesai menyiapkan bekalnya.

Reyno meraih kotak bermotif beruang coklat itu ke dalam tasnya lalu melenggang berangkat meninggalkan Bima yang terlihat mengepalkan tangannya dengan mata berkaca-kaca.

"Sampai kapan kamu menghindari kami Ray?"

♡♡♡

Reyno sampai di sekolah saat suasana sekolah mulai ramai. Reyno tersenyum tipis,menyadari sesuatu. Untuk pertama kalinya setelah satu setengah tahun,Reyno akhirnya berangkat sekolah di jam normalnya siswa bukan di jam normalnya penjaga sekolah.

Diam-diam Reyno memuji damage yang Calista cipratkan untuknya,dari dirinya yang biasa berangkat jam setengah enam lalu bersantai di rooftop hingga masuk sekolah,dan dirinya kini yang berangkat jam enam lima belas dari rumah dan datang lima belas menit sebelum  bel masuk berbunyi.

Bahkan yang paling konyol adalah Reyno bisa-bisanya membiarkan sang mama menyiapkan bekal untuknya hanya karena mamanya mengaitkan nama Calista di dalamnya,sungguh sangat konyol.

Reyno sampai memukul stir mobil saking tak percaya dengan segala kelakuan anehnya akhir-akhir ini.

"Aku anter sampe kelas ya."

Reyno terkesiap dari lamunannya. Suara seseorang di luar sana seperti tak asing,Reyno menoleh ke samping. Dari balik kaca jendela mobilnya yang berwarna gelap itu ia bisa melihat keberadaan dua remaja yang pastinya ia kenali.

Sebagai implusif atas pandangan yang masuk ke retina matanya itu,Reyno bergerak mendorong handle hingga pintu mobilnya terbuka.

"Brak.."

Sengaja ia menutup pintu dengan keras guna menarik atensi kedua remaja itu.

Benar saja,kelakuan Reyno berhasil membuat dua orang itu menoleh.

"Hei,bro. Lo baru datang?" Digo menelisik lebih ke dalam,meyakinkan bahwa ia tak salah lihat. Reyno datang tepat waktu?

Reyno berdehem singkat sembari melipat tangannya di depan dada. Ia mengamati kedua remaja itu dengan alis menukik.

"Digo jadi supir pribadi lo?"

Pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari bibir Reyno.

Sontak saja Digo melotot begitupun dengan Calista yang melongo takjub.

Apa maksud pria itu?

"Lo ngelucu?" Digo menyindir sinis.

Tentu saja ia tak terima di katai supir oleh makhluk aneh di depannya ini.

"Jemput Calista sebelum berangkat sekolah terus pulangnya juga lo yang anterin dia ke rumah,apa bedanya lo sama supir? Definisi gue gak salah kan?"

Tangan Digo makin mengepal,laki-laki di depannya bukan hanya kurang ajar tapi minta di hajar.

"Maksud lo apa? Lo mau ribut sama gue?"

Digo maju satu langkah seraya mengcengkram kerah seragam Reyno dengan kencang.

Reyno yang merasa di serang lantas berdecak malas dan langsung melepaskan cengkeraman Digo dengan satu tarikan tangan.

"Gak usah sok keras." Decaknya meremehkan.

Reyno lalu beralih pandangan pada Calista,gadis yang itu bukannya terganggu ataupun sok panik seperti gadis kebanyakan,ia justru tampak senyam-senyum menatap layar ponsel yang kelakuannya tak ayal membuat Reyno melengos.

Di dorongnya bahu Digo hingga pria itu tersingkir dan kini ia bisa bebas berhadapan dengan Calista tanpa terhalang oleh tubuh Digo.

"Ngeliatin apa? Serius amat."

Calista mendongak lalu memutar bola matanya dengan ekspresi malas.

"Udah selesai,sindir-sindirannya?" Calista sengaja mengatakan kalimat menyidir itu sembari memutar kepalanya ke arah Digo.

Terlihat laki-laki itu memberi kode,meminta Calista agar menjauhi Reyno.

Calista menurut,ia melangkah berniat menghampiri Digo namun belum juga tangannya sempat meraih uluran tangan Digo,seseorang sudah terlebih dahulu menarik tas di punggungnya dan menyeretnya pergi tanpa sepatah kata pun.

♡♡♡

"OMAIGAT,OMAINO,OMAIWOW! CALISTA ADRIANA! Seriously? Lo itu sebenarnya pacar siapa sih? Digo atau Reyno? Lo playgirl ya? Suka mainin cowok."

Calista menutup menutup kupingnya rapat-rapat menggunakan tangannya.

Bukan main sakit dan sebelnya kupingnya sepagi ini,akibat Reyno yang tadi bersikap kurang ajar,mengganggu hingga mengantarnya ke kelas dengan cara di seret di susul kedatangan Digo yang sempat membuat kerusuhan antara dua cowok itu di kelas 11 IPS satu,kini Calista menanggung akibat dengan di wawancarai oleh Karamel dan di tuduh sebagai playgirl.

Sungguh,Calista sangat-sangat sebal dan benci di tuduh pemain laki-laki oleh teman-teman sekelasnya itu. Ia sama sekali tidak pernah mempermainkan siapapun,Reyno saja yang kurang kerjaan dan terlalu plin plan hingga membuatnya harus terjebak di situasi ini.

Sumpah,ia benci Reyno. Sangat benci!!

♡♡♡

Jam istirahat Calista hari ini,sepertinya akan berlalu dengan kekacauan. Sumpah,sudah hampir dua tahun berada di sekolah Bina Bangsa,baru tahun ini lah Calista merasa bahwa ia malas sekolah bukan lagi karena status jomblo melainkan karena ia justru tengah di pepet oleh dua orang gila yang sedari tadi dorong-dorongan di depan kelasnya.

Ya,dua orang gila itu tak lain tak bukan adalah Reyno dan Digo. Kehadiran keduanya di depan kelas nyaris membuat teman sekelas Calisrta melupakan rutinitas istirahat mereka. Tak ada yang keluar kelas,tak ada yang ke kantin,tak ada yang ke WC.

Mereka semua stay di kelas,asyik menyaksikan aksi kedua cowok tampan tapi gila yang tengah sibuk dorong-dorongan,tarik-tarikkan bahkan saling menendang berusaha menghalangi satu sama lain agar tidak bisa masuk ke dalam kelas Calista.

"Dia cewek gue!!"

"Kontrak,hm."

"Mending lo balik!!"

"Kenapa gak lo?"

"Gue cowoknya!!"

"Gue juga."

Calista menutup kupingnya rapat.

Bisa gila gue!!!

Calista benar-benar bisa gila jika kedua orang itu terus berada di depan sana.

Keributan terus berlanjut,selaku orang yang sempat memberi tantangan pada Calista. Laura agaknya kesal melihat kini Calista malah justru jadi bahan rebutan antara dua cowok favorit seluruh cewek Bina Bangsa itu.

"Gila aja lo Calista!"

Laura lantas berjalan ke meja Calista dan membentak gadis itu dengan kesal.

"Lerai dong Calista. Mereka ribut gara-gara lo! Sengaja caper ya lo? Biar orang-orang pada tahu kalau lo itu jago dalam hal nakhlukin cowok?"

Calista melotot. Apa-apaa? Caper katanya? Calista sama sekali tidak niat caper pada siapapun,lagi pula,karena tantangan Laura lah yang membuatnya terjebak di situasi ini.

"Lo jangan sembarangan ya Ra,gue gak ada niatan caper sama siapapun apalagi Digo dan Reyno. Gak sama sekali!!"

"Alahh,ngelak aja lo kayak bajai. Ngomongnya gak caper padahal mah seneng di rebutin kayak gitu. Dasar cewek f***k."

Tubuh Calista terdorong hingga membentur ujung meja.

"Kayak cantik aja lo! Cantikkan Laura kemana-mana."

Salah satu teman Laura ikutin maju dan makin menyudutkan Calista hingga gadis itu nyaris kehilangan keseimbangan tubuhnya.

Karamel yang melihat teman sebangkunya di ganggu,tak tinggal diam.

Ia maju,menerobos ke tengah antara Calista dan geng Laura.

"Jangan main kasar gitu dong!" Bentaknya galak namun tak menyeramkan.

Kelakuan justru di tertawakan oleh Laura and the geng.

"Bocil mending minggir deh!"

Laura niat mendorong Karamel namun gadis itu malah berteriak dengan suara cemprengnya.

"Reyno!! Digo!! Laura jahatin aku sama Calista!!"

Hening...

Percekcokkan di luar mendadak berhenti semua mata menoleh ke arah sumber suara,terlihat Calista masih dalam posisinya yang hampir terlentang,Karamel berakting teraniaya dengan pura-pura menutupi wajahnya seolah akan di tampar sementara itu Laura and the geng melongo setengah was-was.

Suasana menegang,mendadak Laura and the geng merasakan atmosfer kelas mendingin. Bulu kuduk mereka merinding seolah ada setan di dekat mereka.

Hentakan sepatu terdengar,makin was-was saja perasaan mereka. Mau menoleh tapi takut,tidak menoleh tapi penasaran,dari pada mati dengan penasaran akhirnya Laura and the geng menolehkan kepala mereka pelan-pelan.

Deg...

Jantung Laura rasanya jatuh ke dengkul. Sebuah kepalan tangan berada tepat di pertengahan kedua matanya,tepatnya di depan hidung nyaris mengenai hidungnya jika atau pun tangan besar itu maju sesenti saja.

Reyno pelakunya,cowok itu menatap Laura dengan tajam penuh intimidasi.

"Jangan macam-macam sama Calista!"

Peringatnya penuh tekanan.

Sekujur tubuh Laura menegang.

Aura seseorang yang jarang bicara,kalau tiba-tiba marah seramnya bukan main.

Laura nyaris terjatuh saking tungkainya lemah. Belum sampai di situ,Digo yang tadinya berada di belakang Reyno menyusul lebih dekat dan menunjuk wajah Laura dengan tatapan bengis.

"Lo ganggu Calista,lo berurusan sama gue!"

Bruk...

Laura akhirnya benar-benar jatuh pingsan di bawah kaki Karamel.

♡♡♡

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!