Hari Menyebalkan

"Calista Adriana..."

"Nih,undangan pesta ulang tahun gue. Acaranya dua minggu lagi,dikarenakan acaranya bakalan mee...wuahhh banget. Jadi gue,berinisiatif untuk membagikan undangan terlebih dahulu terkhusus untuk anak-anak seantero Bina Bangsa. Lo tau apa alasannya?"

"Yups..,gak lain gak bukan adalah supaya lo,lo,dan elo semua mempersiapkan diri dengan sebaik mungkin karena nanti di saja juga pasti akan beberapa pejabat dan rekan-rekan kerja bokap gue yang di undang. Jadi gue harap,kalian gak datang dalam keadaan yang,ewwww.."

"Ngertilah kan? Ngerti dong,masa enggak."

Gadis berambut pirang bak orang utan nyasar itu tampak sangat detail memberikan gambaran tentang acara ulang tahunnya yang katanya akan berlangsung dua minggu lagi.

Sementara di sisi lain,Calista Adriana. Gadis itu terlihat menatap lemas sampul undangan yang kini ia pegang. Lagi-lagi ia keberatan dengan persyaratan yang ada di dalam undangan tersebut.

"Ekhmm.."

"Laura,interupsi!"

"Ya,why??" Gadis berambut pirang yang tadi memberikan undangan,kini menoleh lagi dengan gaya angkuhnya saat mendengar namanya digaungkan.

"Boleh gak sih,kalau gue skip ikut? Gue titip kadonya aja deh buat lo. Gimana?"

Gadis itu terlihat mengangkat alisnya diikuti dengan bibirnya yang berubah manyun.

"Oh my God,lo nolak datang ke pesta ulang tahun gue?"

"Really? Tapi kenapa Cal.." sesaat raut manyun dan jutek tadi berubah jadi raut memelas. "Lo keberatan ya datang ke pesta ultah gue?"

Buru-buru gadis bernama Calista itu menggeleng.

"Eh...,en..enggak. Bukan gitu maksudnya Ra,tapi masalahnya kan lo pada tau..."

Gadis itu menunduk sejenak,malas melanjutkan ucapan ke kalimat berikutnya.

"Tau apa Cal? Lo sengaja beralasankan?" Laura kembali memojokkan Calista membuat gadis itu gelagapan.

"E..enggak gitu Ra,ya ampun. Gimana ya ngejelasinnya.." Gadis itu terlihat salah tingkah sendiri.

Setelahnya Calista mer3m4s ujung roknya dengan kuat sebelum akhirnya berucap lagi.

"Ra,g..gue kan gak punya pasangan. L..lantas g..gue nanti datang sama siapa? Sedangkan di situ tulisannya sama "Calista & patner."

"Oh,atau? G..gue boleh datang sama teman aja gimana? Yang bukan pacar maksud gue."

Laura sang tuan pesta langsung memberenggut.

"Apa? Enak aja! Jangan malu-maluin dong Cal. Semuanya nanti pasti datang sama pacar kecuali guru-guru. Pokoknya gue gak mau tau lo harus datang dan harus sama pacar atau minimal lo gaet cowok yang mau lo ajak pacaran pura-pura juga bisa."

"Lagian nanti ortu lo juga pasti bakalan di undang sama nyokap gue. Mereka kan rekan bisnis,lo gak mungkinkan,ngerusak nama baik bokap lo di depan relasinya karena nolak ajakan gue."

Mendadak ucapan Laura membuat Calista tercekat.

Well,papanya Calista memang bukanlah bawahan papanya Laura. Tapi dengan tidak hadirnya Calista di pesta ulang tahun Laura padahal sudah di undang,itu bisa menbuat jelek reputasi papanya di kalangan pebisnis.

Calista bisa dicap sebagai orang yang sombong dan tidak menghargai lalu papanya? Di mata rekan sekerjanya mungkin juga akan timbul gosip bahwasanya pak Hartono,papanya Calista ini tidak bisa mendidik anak. Sehingga dengan demikian,masalah berisiko muncul.

"Gue harus gimana?" Batin Calista akhirnya menjerit juga.

"Pokoknya gue tunggu kedatangan lo Calista. Lagipula masih ada dua minggu lagi buat lo nyari pacar,itu gak sulit Calista Adriana mengingat lo juga gak jelek-jelek amat. Gue yakin pasti yang suka sama lo banyak."

"Maybe,ultah kali ini jadi ajang yang tepat buat lo melepas status jones yang selama ini memahkotai lo. Dengan lo punya pacar,gue jamin. Semua.. Murid yang ada di Bina Bangsa ini gak akan bulan-bulanin lo lagi. Trust me Calista Adriana. Lo pasti bisa..."

"Selamat berjuang..."

Gadis berambut pirang itu akhirnya keluar kelas setelah puas mengacaukan ketenangan Calista,lagi dan lagi.

♡♡♡

"Argg...hhh.."

"Sebel..,sebel...,sebel...deh!!"

"Huaaaa,Lina bantuin gue dong..."

"Pleasee..."

Lina menatap nyalang sahabatnya yang tengah merengak itu.

"Lo kenapa lagi sih Cal?? Sakit perut?"

"Huaaa.."

"Emphh.." Sumpalan tempe goreng mendarat telak di dalam mulut gadis itu.

"Diam..!!"  Bentak Lina dengan tatapan tajam.

Beruntung mereka duduk di bangku kantin paling pojok,jadinya teriakan Calista tak terlalu menganggu keadaan kantin yang memang ramai.

"Nah,bisa diam kan? Sekarang cerita pelan-pelan oke.  Lo ada masalah apa lagi??"

Calista menatap Lina dengan mata sayunya.

"Tolongin gue Lin..,gue butuh pacar minggu ini juga. Punya rekomendasi gak? Please,gue bayar berapapun deh. Kalau ada.."

"Pfttt..." Lina langsung menyeburkan es jeruk yang barusan ia sedot ke atas meja. Untuk posisinya menunduk,jadi tidak mengenai wajah Calista.

"Apa lo bilang barusan? Cariin lo p..pacar? P..pacar? Gue gak salah denger??"

"Gak!! Kuping lo bener." Calista menjawab dengan cepat.

"W..what?  B..buat apa?"

"Huaaa,Lina. Namanya orang cari pacar ya buat di pacarin lah masa dikurbanin. Pertanyaan lo gak berbobot deh!!"

Lina tercengir. "Hehe,y..ya maaf. Habisnya gue kaget sih. Lo kan selama ini anti sama pacaran,lah ini? Tiba-tiba cari pacar? Ada masalah apalagi? Lo di ledekin lagi sama mereka??"

"Iya...! Apalagi memang?!"

Calista terlihat lebih berang kali ini.

Lina yang menangkap jika sahabatnya saat ini sangat,sangat,sangat membutuhkan bantuan langsung mencoba memahami. Ia meletakkan sendok dan garpu yang sedari tadi ia genggam,lalu mengegakkan badannya dan menatap lurus ke depan di mana sang sahabat berada.

"Jadi kali ini lo beneran butuh pacar? Memangnya udah siap diusik ketenangannya sama hal-hal yang berbau komitmen?"

Pertanyaan Lina makin menambah runyamnya beban pikiran Calista. Gadis itu,saking kesalnya menusuk bakso yang ukurannya paling besar,mengangkatnya,lalu memasukkannya ke dalam mulut dan mengunyahnya dengan kuat.

Lina yang melihat respon Calista barusan langsung dapat menyimpulkan apa yang sebenarnya ada di dalam batin gadis itu.

"Jadi belum siap nih? Kalau belum siap ya gak usah dipaksa Cal. Lagi pula,lo udah sekolah Bina Bangsa selama dua tahun dan udah dua tahun ini juga lo dengerin ledekan yang sama setiap harinya,tapi buktinya? Lo masih mampu tu bertahan sampe sekarang."

"Berusaha tetap abai aja udah,lagipula ya Cal. Tujuan lo sekolah di sini kan buat menuntut ilmu bukan cari jodoh. Umur kita itu baru enam belas tahun,perjalanan masih panjang. Gak dapat pacar di umur enam belas tahun bukan berati gak laku seumur hidup kan?"

"Lagi pula ledekan bentuk apa lagi sih yang  mereka lontarin sampe lo sekesal ini?"

Calista menelan paksa bakso besar yang tadi sudah ia kunyah,lalu menyeruput habis minuman di hadapannya.

"sluurrpp.."

"Ctakkk.." Bunyi gelas yang di letakkan secara kasar semakin menambah ketegangan suasana.

"Jadi gini Lina sayang! Intinya gue harus dapat pacar dalam kurun waktu minggu ini. Karena kalau enggak,harkat,hakikat,dan martabat gue sebagai Calista Andriana anak dari keluarga Hartono Wijaya akan hancur! Paham??"

♡♡♡

Sore ini,sepulang sekolah kegilaan di mulai. Entah bagaimana awal ceritanya,tapi yang pasti di kamar luas yang ukurannya tidak perlu dijabarkan. Setumpuk foto sudah siap untuk di diskusikan.

Apa teman-teman? Foto didiskusikan? Ya benar sekali.

"Yang ini?" Lina menyerahkan satu foto pertama kehadapan Calista.

Calista merebut foto tersebut dari tangan Alina Maheswara dan mulai mengamati serta membaca biodata di bawahnya.

"Nama Rezaldi Azkya,umur tujuh belas tahun,kelas dua belas IPS 3,status JOMBLO!! Visi mencari pacar yang good looking,good attitude dll.."

"Ewhwh..." Calista dengan cepat melempar foto tersebut ke pangkuan Alina.

"Gak banget! Apaan coba,nyari pacar yang goodlooking,good attitude dll. Dia pikir dia goodlooking? Cih masih goodlookingan juga bapak gue!!"

"Stts,skip kalo lo gak suka."

"Nih,kandidat yang kedua."

Lina menyodorkan satu foto lagi ke tangan Calista dan lagi-lagi hal sama terjadi. Calista mengomentari dengan kejam kandidat yang Lina anjurkan.

Hal itu berlangsung hampir ke setiap foto,ada saja komentar negatif yang Calista beri hingga hal itu tak ayal membuat Alina kesal.

"Ya ampun Calista Adriana Wijaya! Please ya,lo liat udah berapa foto yang lo blacklist?? Di tangan gue cuma ada dua foto! Real dua foto! Kalo sampe yang dua ini lo blacklist lagi,udah. Gue angkat tangan,nyerah gue bantuin lo. Serius!"

Lina tak punya pilihan lain selain akhirnya mengancam Calista.

Calista mendengus kesal. "Ya abis,mau gimana lagi? Lo kan tau sendiri kalo selera gue itu setinggi gunung Everest makanya gue.."

"Gak laku.."

"Lin.." Calista menatap garang sahabatnya yang bermulut kurang ajar itu.

Lina memilih abai dan langsung menyerahkan dua foto terakhir ke hadapan Calista.

"Ini..,kandidat yang ke tiga puluh empat. Namanya Digo Sadewa,umur enam belas tahun,kelas sebelas IPA 3,status jomblo juga,dia kapten basket di sekolah kita ini. Ya,gue yakin lo juga kenal dong. Gak mungkin enggak? Iya kan?"

"Lanjut.." Jawab Calista dengan nada tidak tertarik.

Alina menghempaskan napasnya dengan kasar. Benar-benat pupus sudah harapannya karena nyatanya,dari ketua osis sampai kapten basket pun ditolak oleh Calista,lantas? Cowok bagaimana lagi yang Calista mau? Hah??

"Nih yang terakhir. Masih dengan secetek harapan,Alina akhirnya menyerahkan foto terakhir yang ia pegang ke tangan Calista.

"Yang terakhir ini namanya Reyno Margantara. Biodatanya sendiri gue gak terlalu tau. Tapi yang jelas,dia cukup cakep buat lu gebet. Di jadiin pacar beneran juga gak rugi,asal lo tau aja. Walaupun misterius,dia itu pinter. Tiap semester,dia selalu nempatin pararel atas seluruh jurusan MIPA."

"Cuma ya gitu,lo harus pakai teknik,kalo mau pepetin dia."

Calista mengangguk-angguk padat setelah mendengar penjelasan Alina barusan.

"Jadi?" Alina yang tidak paham makna anggukan Calista,tak punya pilihan selain bertanya.

Calista mengembangkan senyumnya sembari menggenggam erat foto terakhir lalu mengangkatnya ke atas.

"Gue pilih yang terakhir ini." Jawabnya mantap.

Alina melongo. "Hah? Seriusan? Reyno? Lo pilih Reyno? Lo yakin?"

"Ya."

"Why?"

"Karna Reyno misterius. Gue lebih suka sama seseorang yang gak mencolok-mencolok amat,lebih menantang aja sih menurut gue." Calista membubuhkan senyum smirk di akhir ucapannya.

Mendengar jawaban yakin dan senyuman licik yang Calista tampilkan,Alina sebagai sahabat tak punya pilihan lain. Ia hanya bisa mendukung keputusan Calista barusn.

"I hope,lo berhasil sih Cal. Cuma ada beberapa hal yang musti gue ingetin tentang Reyno Margantara. Lo jangan terlalu ngeremehin dia,karena dari info yang gue denger Reyno itu masuk ke kategori cowok idaman yang paling sulit di dapatkan di Bina Bangsa ini,trust me. Menurut gue lo pasti akan.."

"Sttsss! Udah! Gak usah di lanjutin ya manis,pokoknya lo tenang aja. Urusan Reyno. Gue yang urus,lo cukup liat hasilnya okey.."

♡♡♡

Calista melangkah masuk ke dalam kelasnya dengan raut penuh kemenangan. Hari ini ia sudah tidak sabar untuk melancarkan misinya,apa misinya?

Ya,kalian benar. Misi Calista adalah mencari tau siapa itu Reyno Margantara lalu menakhluknya. Entah dapat ilham darimana,tapi bisa dibilang Calista ini sangat yakin jika ia bisa menakhlukkan Reyno yang katanya mendapat julukan The Misterius Man Of Bina Bangsa.

"Morning jones...."

Sapaan bermuatan ledekan itu langsung menusuk telinga Calista saat gadis itu baru saja meletakkan bumpernya ke atas kursi.

Calista memutar bola matanya malas lalu menatap sinis Karamel,lawan bicara sekaligus teman sebangkunya yang menyebalkan itu.

"Kenapa Kar? Mau ngasih gue duit?"

Calista langsung nyolot.

"Wow..,wow..,wow.."

"Santai dong Calista Adriana,pagi-pagi udah ngegas aja lo. Bensin ke-full-an apa begimana?"

"Kepulan kepilan. Bukan urusan lo! Kepo amat jadi manusia. To the point aja deh,lo mau apa?"

Gadis bernama lengkap Karamel Adista itu akhirnya merenggut kesal. "Ih,Calista gak seru deh. Gue kan.."

"Buruan Karamot!!"

"Oke,oke. Gue cuma mau nanya,perihal tantangan Laura kemarin. Gimana? Lo udah dapat? Pacar yang bisa diajak couple-an ke sana nanti,udah dapet belum?"

Calista melebarkan senyum sombongnya.

"Oh,nanya itu. Gue kira penting ternyata cuma tentang tantangan Laura. Gampang itu mah."

Karamel membulatkan matanya kaget.

"Hah? Gampang kata lo? Jadi lo udah dapet pacar? Demi apa??"

"Demi neptunus dan krabby pattynya tuan Crab."

"Gue serius Kalis.."

"Gue juga serius Karammm."

"Oke,oke. Gue percaya. Jadi siapa nih? Pacar baru oh tepatnya pacar pertama lo itu? Namanya siapa? Dia anak kelas berapa? Pastinya senior atau satu angkatan kita dong,gak mungkin lo macarin adek kelas. Iya kan?"

"Ckk..,lo kepo deh."

Calista mendorong pelan kepala teman sebangkunya yang semakin dekat ke wajahnya itu.

"Lis.."

"Iya,iya Kar. Dia anak kelas sebelas,angkatan kita juga."

"Really?? Siapa namanya??"

"Kepo!! Intinya dia siswa di sini juga,buat urusan siapa namanya atau dia anak kelas mana. Itu biar jadi urusan gue. Lo gak perlu tau!! Inget kata-kata gue barusan,jangan kepo. Toh entar lo bakalan tau kok,pas gue datang ke pesta ultahnya Laura. Jadi buat sekarang,biarkan itu jadi R-A-H-A-S-I-A."

Calista menekankan kalimat utamanya dengan tegas. Bagaimana pun juga,ia sendiri belum terlalu tahu mengenai Reyno sang kandidat.

Jadi bagaimana caranya ia menjelaskan pada Karamel sedangkan ia sendiri baru menargetkan Reyno. Belum menemui secara langsung si Reyno ini.

Nantilah,itu pun jika berhasil. Kalau tidak,mungkin Calista akan bergeser ke kandidat yang kedua. Digo Sadewa,sang kapten basket.

♡♡♡

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!