Reyno Calista

Sudah dua menit berlalu semenjak kepergian Reyno yang barusan menggandeng paksa agar Calista mau ikut bersamanya keluar kelas.

Kini suasana kelas tampak semarak,semua orang membentuk beberapa kelompok untuk membicarakan keduanya.

"Tadi Digo sekarang Reyno,sebenarnya Calista pacaran sama Digo atau Reyno sih?"

Sedari tadi ada banyak pertanyaan yang timbul di benak teman-teman sekelas Calista itu.

Sayangnya dari sekian banyak pertanyaan,tak ada satupun yang terjawab karena kedua sosok yang tengah mereka  bicarakan itu jutru sibuk saling tatap di luar kelas sana.

"Ngapain ke kelas gue?" Tanya Calista dengan nada tak ramah.

Reyno tak menjawab.

Sebaliknya ia menilisik,mengamati dengan lekat wajah chubby gadis di depannya itu lalu pandangannya turun lagi kemudian naik lagi hingga matanya keduanya saling menyorot dengan tatapan masing-masing.

"Ada hubungan apa lo sama Digo?" Reyno bertanya dengan tiba-tiba.

Calista mengerutkan alisnya. Sejak kapan laki-laki itu peduli padanya? Sejak kapan dia harus laporan dulu jika ingin menjalin hubungan dengan seseorang? Lagi pula,bukankah Reyno kemarin menolak ajakan kerjasama darinya?

Mereka tidak seakrab itu,sampai-sampai Calista harus laporan kalau ingin menjalin hubungan dengan seseorang.

"Calista jawab!" Nada bicara Reyno naik satu oktaf dan itu berhasil membuat Calista terusik.

Gadis berwajah chubby itu menegakkan badannya sembari menatap Reyno dengan tajam.

"Gue pacaran sama Digo,puas lo?"

Seutas garis lengkung yang menampilkan kesan sinis terpatri di wajah Reyno.

"Hebat,belum ada tiga hari gue nolak lo,lo udah jadian aja sama si abas itu. Avaible banget!"

"Maksud lo apa sih,Rey?"

Reyno menggeleng singkat seraya mengulurkan tangannya lalu menarik paksa tangan Calista untuk di salami.

"Selamat." Ucapnya singkat seraya melepaskan tautan tangan mereka dan berbalik arah menuju kelasnya yang berjarak beberapa buah kelas dari kelas Calista.

Calista memandang kepergian Reyno dengan berjuta pertanyaan di kepalanya.

Reyno datang ke kelasnya tiba-tiba.

Reyno mengintimidasinya.... dan

Barusan,Reyno mengucapkan selamat atas hubungannya dan Digo.

Apa pria itu rencanakan?

Calista curiga,tapi Calista tidak punya pilihan lain selain harus kembali masuk karena kurang dari tiga menit,bel sekolahnya akan berdering yang menandakan jika pelajaran pertama akan segera di mulai.

♡♡♡

"Calista Reyno datang lagi!!"

Bisikin penuh penekanan itu berhasil membuat Calidta yang tengah jongkok di bawah meja,menoleh.

Niatnya yang ingin mencari pulpennya yang jatuh ke bawah meja seketika menguap berganti dengan niat ingin membunuh seseorang.

Calista bangkit dari posisinya,tanpa mempedulikan tatapan penasaran yang lagi-lagi di pancarkan oleh teman-temannya,ia tetap menghampiri Reyno.

"Ngapain lagi ke sini?"

Calista menampilkan gestur santainya,seolah menantang Reyno lewat gaya bicaranga. Bahwa ia tak takut dengan pria itu.

Reyno tak kalah menantang,ia maju satu langkah mempersempit ruang antaranya dan Calista hingga dada keduanya nyaris bertubrukan.

Reyno merogoh saku bajunya kemudian mengeluarkan sesuatu dari sana.

"Nih,jepir rambut kelinci yang lo cari kemarin. Ada ternyata,nyangkut di jok mobil gue."

Satu kalimat yang lumayan panjang untuk pertama kalinya keluar dari mulut Reyno,hal berhasil membuat teman-teman di kelas Calista kasak-kusuk.

Untuk beberapa saat setelahnya,Calista tidak bisa bersuara.

Ia memandang benda di tangan Reyno itu dengan perasaan campur aduk,senang karena jepit kesayangannya itu ketemu tapi juga jengkel karena Reyno memulangkannya di saat yang tidak tepat.

Lagi pula,Calista ingat betul bahwa ia sudah memeriksa di mobil kala itu tapi jepitnya itu tidak ketemu. Sialnya kenapa malah Reyno yang menemukannya di saat ia sudah sangat ingin menghindari pria menyebalkan itu.

Benak Calista kini di penuhi tanda tanya,belum lagi teman-teman sekelasnya. Terutama Laura,gadis langsung menyerobot ke samping tubuh Calista dan hendak merebut jepit rambut bermotif beraksen kelinci itu dari tangan Reyno namun berhasil di elak oleh Reyno.

Laura berdecak,"Liat doang Rey,gue mau mastiin kalau itu beneran jepeitannya Calista atau bukan. Lagian,kalau emang itu jepit rambutnya Calista,kenapa bisa ada di lo?"

Pertanyaan Laura barusan kembali membuat teman-teman sekelas Calista kasak-kusuk.

"Iya bener itu,kenapa bisa ada di lo?"

Satu lagi teman sekelas Calista bername tag Angga Pratama ikut bertanya.

Reyno menoleh sekilas kemudian menghadap lagi ke arah sosok Calista yang tengah cosplay jadi patung itu.

"Gue sama Calista pulang bareng tempo hari."

Laura seakan tersambar petir untuk yang ketiga kalinya sepagi ini. Bahkan kinili bukan pulpen lagi yang jatuh melainkan tubuhnya yang mendadak ambruk dan jatuh tepat pada kursi di belakangnya itu.

Tadi Digo..

Sekarang Reyno...

Dua most wanted di sekolahnya itu di balap habis oleh seseorang yang selama ini di anggap jones olehnya dan teman-teman sekelasnya itu. Bisakah ia mempercayai penglihatan dan pedengarannya?

Oh ayolah,dunia tidak sebercanda itu kan?

Saking tidak percayanya,Laura sampai menepuk-nepuk pipinya sendiri,seakan hendak memastikan bahwa apa yang baru saja terjadi itu nyata dan bukan sekedar ilusi.

Sayang seribu sayang,belum juga Laura sempat mengintrogasi,bel SMA Bina Bangsa berdering.

Calista langsung menghembuskan napasnya sedangkan Reyno,pria itu tampaknya agak jengkel dengan deringan bel yang mengacaukan aksinya pagi itu.

Tanpa aba-aba,ditariknya tangan Calista kemudian dengan gerakan seakan hendak mencium ia berbisik.

"Lo nantangin gue,Calista.."

♡♡♡

"Ighhhhhhh!! Kesel!! Kesel!! Kesel!! Kesellllll!!"

"Alina gue kesel banget! Kesel PAKE BANGET! Ngerti gak sih lo?? Lagian ngapain coba,pake harus di kembaliin di depan anak-anak. Gue kan jadi malu!!"

"Rasanya baru aja kemarin gue di gelarin jones,masa sekarang harus raih gelar playgirl. Gue gak sebejad itu Lin!!"

Alina geleng-geleng kepala takjub sekaligus heran dengan cerita yang baru saja ia dengar dari sahabatnya itu.

Antara Calista yang terlalu PD atau memang Calista beruntung,tapi sebagai seorang sahabat yang sudah kenal Calista dari kecil,Alina kagum. Kagum dengan keberuntungan sahabatnya yang tiba-tiba di pepet oleh dua most wanted Bina Bangsa.

"Kalau kata gue,lo harusnya bersyukur sih Ta."

Mata Calista seketika membola takjub.

"Ada ya sahabat kayak lo? Gue lagi kena musibah ini Al,musibah!! Bukan dapat undian atau menang lotre! Apanya yang mau di syukuri?"

"Rahmat.."

Alina menjawab cepat di akhiri kekehean kecil di bibir tipisnya.

"Lagian lo aneh,di pepet dua most wanted sekolah itu anugrah Calista,gak usah sok sedih gitu deh."

Tolong siapapun,jika saja di samping Calista ada kolam mungkin sekarang Alina sudah ia lepepkan di sana biar hilang dari bumi sekalian.

Benar-benar,bukannya menghibur Calista atau sekedar memberinya pencerahan,gadis yang konon katanya adalah sahabatnya itu malah dengan santainya meminta dirinya agar bersyukur. Kurang ajar sekali bukan?

"Nikmatin ajalah sensasinya Lis,anggap aja kayak lagi di pegunungan,adem,sejuk dan panaromanya indah."

"Mulut lo mau di olah gimana Lin? Di sambal,apa di rujak nih? Biar gue siapin barangnya sekalian."

Alina yang tadinya tengah mengunyah cookies sajian dari mamanya Calista itu,segera membungkam mulutnya sendiri dengan tangan.

"Ampun neng,jangan seram-seram napa ngomongnya,psyco amat kayak kepribadiannya Reyno."

"LIN GUE BANTAI LO YA!!!"

♡♡♡

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!