stunned to speak

Sepanjang pagi hingga ke sore hari adalah waktu yang tak segang mengurung Reyno dalam penjara kebosanan. Di rumah rasanya tak nyaman,tak ada lagi kehangatan,semenjak kepergian neneknya tiga tahun yang lalu,kehidupan yang Reyno jalani rasanya sudah tak bermakna.

Lalu kesehariannya di sekolah?

Tak ada bedanya juga. Ia memang punya teman,ia pintar,di sukai banyak guru,wajahnya rupawan,ia populer,berasal dari keluarga mapan,banyak yang ingin menjadikan dirinya kekasih,namun walau punya hampir semua yang orang lain impikan,tetap saja. Reyno tidak terlihat senang dengan kehidupannya selama ini.

Sekilas memang ia baik-baik saja,namun keberadaannya berjam-jam di rooftop sekolah sebelum bel masuk berbunyi dan keberadaannya di rooftop ini dari siang menjelang sore,menandakan jika keadaan pria itu tidak sebaik kelihatannya.

Manusia mana yang baik-baik saja,saat dirinya harus menjalankan kehidupan untuk orang lain?

Jawabannya pastilah tidak ada. Namun manusia mana juga yang mampu melawan garis takdir?

Jawabannya pun sama,tidak ada!

Reyno hanya sebuah wayang,yang memerankan sebuah pertunjukan tanpa tau apa tujuannya dirinya di pentaskan. Ia terlihat bebas dan tidak dikendalikan,namun sebenarnya ia di ikat.

Sebuah perjanjian bodoh beberapa tahun silam,demi seseorang yang nyatanya tak pernah menganggapnya membunuh karakternya hingga tak tersisa lagi.

Reyno benci hidupnya,Reyno juga benci dengan orang-orang yang pura-pura peduli padanya,Reyno benci hidup dalam kepura-puraan.

Pertanyaannya adalah,kenapa dulu tidak ia saja? Kenapa harus dia? Dan kenapa ia yang jadi korbannya?

"Rey,awas! Ada turet depan lo!!"

Teriakan seseorang serta suara pemberitahuan dari ponsel yang memberitahukan bahwa hero yang ia gunakan telah mati,berhasil membuat Reyno bangun dari ketidaksadarannya.

"Aduh Rey! Lo kenapa lagi sih? Fokus dong,mode ranked ini bukan classic,gak usah main kalau lagi gak mood."

Sky sahabat Reyno yang paling ketus terlihat emosi saat Reyno yang berperan sebagai jungler malah lebih sering mati di dalam turet ketimbang nge-buff.

Reyno menghela napas pendek,tidak terlihat menyesal ataupun merasa bersalah dengan kelalaiannya barusan.

Ia justru dengan santainya,log-out game dan berlalu meninggalkan teman-temannya yang tengah sibuk mempertahankan base dari serangan tim musuh.

Kepergian Reyno di tengah permain alias AFK,membuat kacau teman se-timnya.

Sky yang berperan sebagai fighter hanya bisa mengumpat-umpat kesal pada sahabat satunya itu.

Alhasil,pertandingan yang berlangsung kurang lebih tiga puluh lima menit itu berakhir dengan pemberitahuan defeat dari masing-masing ponsel.

Sky membanting handphone berlogo apple miliknya itu ke atas tas dengan berang.

"Kenapa lagi tuh anak? Berantem sama bonyoknya lagi?"

Setelah menutup ponselnya,kini Fadil mengalihkan kepalanya ke arag Tama. Sahabat mereka yang paling dekat dengan Reyno,karena tetanggaan,mereka bersahabat dari kecil hingga kini. Jika ada masalah yang terjadi pada Reyno,Tama lah orang yang paling peka dan memahaminya.

Tama memasukkan ponselnya ke dalam tas kemudian berdiri.

"Gak tau persis. Tapi saran gue,lo bertiga pulang dulu. Urusan Reyno,biar gue susulin langsung ke rumah dia sekalian tanya,dia ada masalah apa."

Fadil,Sky dan Fendy mengangguk.

"Ya udah,lo susulin Reyno. Kalau emang ada apa-apa,hubungin kita aja. Nanti kita susulin lo berdua.

"Yo guys! Balik sana!"

♡♡♡

Reyno menuruni tangga rooftop dengan tergesa-gesa,entah kenapa moodnya sangat buruk hari ini.

Beberapa kali juga bibir Reyno terlihat bergerak seolah tengah menggumamkan sesuatu.

Di belakang Reyno,ada Tama yang berlari menyusul dengan langkah tergesa-gesa.

"Rey,tunggu woi! Pelan-pelan jalannya!"

Teriakan Tama terdengar agak menggema di lorong sekolahan yang sudah mulai sepi itu.

Langkah kaki keduanya terus berkejaran hingga akhirnya Tama berhenti nengejar hingga nyaris menabrak bahu Reyno karena pria itu juga berhenti dadakan.

"Ya ampun Rey,aba-aba dulu kalo mau berhenti!"

Reyno berbalik lantas menatap sahabatnya itu dengan tajam.

"Ngapain ngikutin gue?"

Tama menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Gue mau main-main,sekalian ketemu om sama tante,mereka.."

"Keluar kota! Gak perlu repot-repot!"

Mulut Tama mencebik.

"Gak papa,gue tetap ikut ke rumah lo. Gue kangen main kartu sama mang Sapri sama mang Surdi,mereka gak mungkin keluar kota kan?"

Reyno tak menjawab,namun tak ada gestur penolakan juga. Cowok itu hanya menghela napas sebanyak dua kali sebelum akhirnya berbalik dan masuk ke mobilnya.

Pintu hampir di tutup,saat Tama tau-tau membuka pintu samping kursi kemudi dan duduk anteng di sana.

"Gue nebeng,mobil gue belum ganti oli. Takut kepanasan!"

Sebuah alasan konyol yang membuat Reyno malas menanggapi lelucon sahabatnya itu.

Reyno memilih menyalakan mesin mobilnya dan berlalu meninggalkan area gerbang belakang sekolah yang memang sudah sepi.

"Lo sama Calista putus?"

Pertanyaan konyol barusan,berhasil membuat Reyno mengerutkan alisnya diiringi jawaban tegas.

"Gak pacaran!"

"Oh iya lupa. Gak pacaran ya,karena lo nolak dia. Pantesan sih,tadi di lapangan basket gue ketemu tuh cewek lagi nonton basket sama cewek gue. Awalnya gue gak sadar ada mereka,sampai akhirnya cewek gue teriak dan bilang kalau tuh cewek pacarnya Digo,impresive gak?"

"Dia baru nembak lo sekitar empat harian lalu dan karna lo tolak sekarang dia pacaran sama kapten basket. Avaible banget!"

"Not interest!"

Reyno mengangkat bahunya dengan acuh.

"Lo gak cemburu atau ngerasa kehilangan gitu?"

Pertanyaan Tama berhasil membuat Reyno menghentikan mobilnya secara dadakan hingga membuat kepala Tama hampir terantuk.

"Lo mau main ke rumah gue,apa turun di sini?"

Mata Tama seketika terbelalak.

Ia baru saja di ancam? Oleh sahabatnya sendiri? Luar biasa!

"Lo ngancem gue!"

"Sekali lagi lo bahas tu cewek,gue gak bakalan segan-segan lempar lo keluar dari mobil gue,paham lo?"

Anggukan pelan dari kepala Tama akhirnya membuat mobil sport berwana putih itu kembali berjalan.

Kali ini suasana berganti menjadi hening karena Tama pun masih trauma untuk sekedar mengajak Reyno bercanda.

♡♡♡

"Ini Digo ma,teman Calista di sekolah. Tadi dia nawarin buat anterin Calista pulang,karena bang Kala juga belum kelar kuliah,ya udah Calista pulang sama sama Digo. Gak papa kan?"

Calista memperkenalkan Digo pada mamanya.

Tadinya Calista basa-basi menawari cowok itu untuk mampir,eh tidak tahunya malah di terima. Karena sudah terlanjur menawari,Calista untuk pertama kalinya memberanikan dirinya membawa cowok masuk ke rumah dan memperkenalkan pada mamanya.

"Jadi Digo ini teman sekolah kamu? Sama-sama kelas sebelas toh?" Mama Calista bertanya dengan ramah.

"Digo mengangguk ia tante. Sama-sama kelas sebelah cuma beda jurusa,Calista IPS,Digo ambil jurusan MIPA."

Pria itu menjawab dengan sopan.

Mama Calista terlihat mendelik sembari tersenyum.

"Ekhm,ngomong-ngomong selain teman satu sekolah,kalian ini gak ada hubungan lain? Em,maksud tante kayak.."

"Ekhmm..,pahamlah anak muda."

Calista sontak melotot sedangkan Reyno tertawa sumbang sembari mengusap tengkuknya.

"Aduh tante,gimana ya. Lagi di perjuangkan sih hehe.."

(Calista was too stunned to speak)

Gimana?

♡♡♡

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!