Kepergok

"Pulang bareng siapa dek?"

Calista menoleh dan melihat Maudy,kakak perempuannya tengah menuruni anak tangga.

"Kakak libur?" Tanya Calista mengalihkan pembicaraan.

Maudy,kakak perempuan Calista alias kakak tertuanya itu mengangguk.

"Iya,kakak ambil cuti dua hari."

"Oh..."

Pantesan di rumah. Batin Allea,kakak perempuannya ini bekerja sebagai pramugari di Bali dan sangat jarang sekali berada di rumah. Ya kecuali mengambil cuti seperti saat ini.

Allea hendak kembali berjalan menuju kamarnya. Namun lagi-lagi ucapan Maudy menghentikan niatnya.

"Kamu belum jawab pertanyaan kakak loh dek."

"Yang mana sih?"

"Ish! Itu,tadi pulang dianterin siapa? Kakak liat loh ada cowok ganteng yang turun dari mobil dan nganterin kamu sama gerbang depan. Hayo loh dek,kamu udah punya pacar ya..?"

"Ciye,adek..,ciye..."

Calista melotot. "Astaga,jadi kak Maudy tadi liat aku sama Reyno?"

Senyum Maudy makin melebar. "Ohhh..,jadi namanya Reyno. Emhmm,kapan nih rencananya dikenalin ke keluarga?"

Calista melotot lagi.

Apaan. Dikira mau nikah kali ya?

"Gak usah aneh-aneh deh kak. Cal gak ada hubungan apa-apa sama Reyno. Tadi tuh Reyno cuma nganterin Cal karena kasihan liat Cal nunggu sendirian di parkiran. Mana gitu,kak  Kala gak jadi jemput Cal juga. Katanya ada kelas tambahan,mau gak mau lah Cal nerima tawaran Reyno."

"Lagian tadi Cal udah mau telpon pak Udin kok,cuma Reynonya tiba-tiba nongol terus nawarin tumpangan. Ya udah Cal iyain."

"Bener?" Maudy tampaknya masih sangat penasarann dan ingin tahu lebih lanjut perihal hubungan Calista dan Reyno.

"Bener kakak. Udah deh,jangan bahas itu terus. Cal mau ganti baju,habis itu makan terus istirahat. Capek!"

Calista memasang wajah jutek sambil berlalu ke kamar meninggalkan Maudy yang malah tertawa cekikikan menggoda dirinya.

"Ma..,adek punya pacar namanya Reyno!"

♡♡♡

Calista membuka pintu gerbang rumahnya lalu berjalan menuju gerbang dan menyebrang jalan dengan gerakan santai.

Di tangannya ada setoples cookies coklat yang ia dekap dengan erat.

"Alina gue di bawah,bukain gerbangnya!!"

Calista berteriak nyaring setelah sampai di depan gerbang besar yang berada di depan rumahnya.

Tak lama setelahnya gerbang terbuka,menampakkan sesosok laki-laki paruh baya yang merupakan penjaga  rumah Alina,sahabatnya itu.

"Alinanya ada kan pak?" Tanya Calista pada sosok paruh baya itu.

"Ada non. Masuk aja,non Alinanya kalau gak di kamar ya di taman belakang. Nanti non Calista tanya aja sama bi Sumi di dalam."

"Okey..."

Calista berlalu dengan langkah riang memasuki rumah sahabatnya yang kebetulan pintu depannya terbuka.

♡♡♡

"Alina!! Dimana lo!!"

Teriakan menggema Calista di ruang tamu menbuat sosok Alina akhirnya muncul.

Terlihat Alina memang baru dari halaman belakang karena masuknya lewat pintu samping yang terhubung ke taman samping dan halaman belakang.

"Lin,kamar lo yuk. Gue mau cerita."

Tanpa protes,Alina langsung mendahului Calista naik ke lantai dua menuju kamarnya.

"Cerita apa?" Tanya Alina saat keduanya sudah sampai di kamar.

Calista menyodorkan cookies yang ia bawa ke hadapan Alina kemudian mulai menata duduknya dan siap untuk bercerita.

"Jadi gini Lin,lo tau gak. Pulang sekolah tadi,gue itu.."

"Dianter Reyno?" Potong Alina dengan raut biasa saja.

Calista mendelik. "Loh? Kok lo tau?"

"Gue liat." Jawab Alina singkat sambil mengunyah cookies yang ia comot dari toples.

"Yang jadi pertanyaan gue malah,kenapa lo bisa pulang di anter Reyno? Bukannya Reyno di skorsing?"

Alina bertanya lagi.

Calista mengangguk. "Iya Lin,Reyno emang di skorsing tapi katanya dia ketiduran di rooftop."

"Terus? Kok bisa pulangnya barengan sama lo? Lo yang bangunin dia?"

"Tuk.." sepotong cookies mendarat di kening Alina.

"Kagak gitu juga Lin,lo kan tau tadi gue bilang gue ada urusan. Tadi tuh sepulang sekolah bu Sinta nyuruh gue sama Ardon nganterin buku sosiologi yang udah kita pake ke perpus. Abis dari perpus gue balik lagi ke kelas karena ternyata handphone gue ketinggalan di laci."

"Kelar ambil handphone,gue turun ke parkiran. Dua puluh menit gue tunggu,gue kira bang Kala bakalan jemput kayak biasanya eh taunya. Dia bilang ada kelas tambahan,gue mau telpon pak Udin kan ya buat jemput gue. Tiba-tiba,ada mobil sport berhenti di depan gue."

"Yeah,you know lah dia siapa. Dia nawarin buat anterin,sempet gue tolak tapi dia paksa ya udah kan daripada pulangnya makin telat. Ya gue iya-in aja deh tawarannya."

Alina mengangguk paham,setelah mendengar penjelasan Calista yang panjangnya melebihi jalan tol.

"Gitu tah,terus gimana? Di jalan tadi lo udah lakuin apa yang gue suruh tadi siang?"

Calista memutar bola matanya sebanyak dua kali. Apa maksud ucapan Alina?

"Lakuin perintah lo yang mana ya Lin?" Tanya Calista akhirnya.

Alina menepuk jidatnya sendiri dengan tampang frustasi.

"Astaga Calista...! Lo gak inget Reyno di skors karena siapa? Gue kan tadi siang udah suruh lo buat minta maat. Udah lo lakuin belum?"

"Astaga.." Giliran Calista yang menepuk jidatnya sendiri.

"Gue lupa Lin,aduh..! Lo si! Gimana dong? Besok otomatis Reyno gak masuk,lusa juga enggak. Gue minta maaf lusanya lagi kali ya?"

Belakang kepala Alina mendadak gatal. "Astaga Calis! Lo tadi di mobil gak ada ngobrol atau minta nomor HP Reyno gitu?"

Calista menggeleng polos. "Enggaklah,buat apa?"

Helaan napas berat yang keluar dari mulut Alina menandakan jika gadis itu memang sudah sangat-sangat frustasi menghadapi kelakuan Calista.

"Gini ya Calis,besok pas di sekolah gue bakalan anterin lo ke teman-temannya Reyno. Nah nanti lo minta nomor handphonenya Reyno ke mereka atau sekalian alamat rumahnya deh biar nanti lo bisa minta maaf sama Reyno."

"Lo masih butuh Reyno kan? Ingat loh Lis,waktu lo cuma tersisa satu minggu lima hari. Kalau emang masih butuh Reyno ya minta maaf sama dia dan kalau emang udah gak butuh. Lo bisa beralih ke target ke dua. Digo Sadewa."

Calista mengerjab-ngerjabkan matanya berulang kali. Kenapa persoalan mencari pacar jadi seribet ini ya? Jika tau semuanya akan seperti ini,Calista pasti tidak akan menerima tantangan konyol Laura.

Jika sudah seperti ini,siapa yang akan di salahkan?

Tidak ada!

Singkatnya Calista tidak punya pilihan selain turut memyanggupi perintah Alina barusan.

Nasibnya kembali apes!

♡♡♡

Tring...

Bel istirahat di SMA Bina Bangsa bergema nyaring. Begitu keluar dari kelas,Calista langsung mendapati Alina sahabatnya sudah menunggunya di depan kelas.

"Buset Lin,lo kenapa jadi kayak dep kolektor yang mau nagih utang gini sih?"

"Stss." Alina membekap mulut Calista dengan tangannya sebentar.

"Lo itu anaknya suka lari dari masalah,kalau gak di pepetin gini curiganya lo gak bakalan mau nurunin gengsi lo buat minta maaf ke Reyno. Alhasil,yang rugi siapa? Elo kan?"

Calista mendengus. "Iya deh iya! Gue yang salah! Bawa nih tangan gue,seret sekalian ke hadapan teman-temannya si Reyno itu biar mereka nyidangin gue!"

Calista malah akting seolah dirinya akan dihukum pancung.

Alina yang kepalang jengkel langsung meraih tangan Allea dan menyeretnya dengan paksa menunu kantin tempat dimana teman-teman Reyno berada.

Lagi pula Calista baru tau loh.

Ternyata Reyno punya teman,permisa..

Amaze juga ya...

♡♡♡

Suara tawa bersahut-sahutan terdengar menggema. Sekumpulan cowok  berjumlah empat orang terlihat asyik mengobrol di selingi candaan yang menimbulkan tawa.

Terlihat Alina dan Calista berjalan mendekati keempat cowok berseragam putih abu-abu dan berhenti tepat di samping meja mereka.

"Ekhm!" Alina berdehem nyaring membuat atensi keempat cowok itu teralihkan.

Salah satu cowok yang duduknya di kursi pojok terlihat memelongokan kepalanya. "Nyari siapa neng?" Tanya cowok itu.

Calista menyenggol Alina,begitupun sebaliknya.

"Ngoming Lis!" Bisik Alina.

Calista melotot. "Kok gue,kan lo yang ngajak gue ke sini!" Calista balas berbisik.

"Tapi ini urusan lo bego! Buruan tanyain!"

"Tapi gue.."

"Eh! Ditanyain bukannya jawah malah bisik-bisik. Lo berdua ngapain sih?" Cowok yang duduknya di dekat Alina dan Calista berdiri terdengar bertanya dengan nada tak sabaran.

Alina gelagapan. "A..anu. S..sebenarnya gue sama temen gue.."

"Glegh.." Alina meneguk ludahnya dengan kasar sembari menyenggol Calista sekali lagi.

"Ngomong Lis!" Bisik Alina tertahan.

"Gue mau minta nomor handphonenya Reyno. Kalian temannya Reyno kan?"

Calista akhirnya angkat suara sambil bersedikap dada. Sikapnya seolah menantang keempat cowok yang ada dihadapannya ini.

Cowok yang duduk di bangku pojok berdiri.

"Minta nomornya Reyno?" Tanya cowok itu mengulangi kalimat Calista barusan.

Setelah itu cowok tersebut mengamati Calista dari atas sampai ke bawah lalu naik lagi dan berhenti tepat di wajah Calista.

"Nih cewek..."

"Ah iya..! Inget gue sekarang,lo cewek yang kemarin ke kelas gue kan? Yang nyariin Reyno terus bikin Reyno di skorsing. Iya kan?"

Calista seketika gelagapan. Ia baru sadar kalau cowok yang ada dihadapannya ini adalah cowok yang kemarin duduk di bangku pojok,yang memberitahunya bahwa Reyno ada di rooftop.

"Ngapain lo nyariin Reyno?" Pertanyaan cowok yang duduknya paling depan,dekat Alina membuat pandangan Calista teralihkan.

"G..gue,mau minta maaf." Ujar Calista pada akhirnya.

Keempat orang yang Calista ketahui merupakan teman Reyno itu terlihat saling pandang.

"Oh,jadi tujuan lo minta nomor Reyno buat minta maaf?"

Calista mengangguk lagi.

Cowok yang duduk paling depan terlihat berdiri.

"Gue akuin lo pemberani sih! Dan emang seharusnya lo minta maaf ke Reyno,asal lo tahu. Baru kali ini Reyno di hukum sampe di skorsing. Reyno itu siswa paling pinter se-Bina Bangsa. Dia itu selalu masuk paralel satu seluruh angkatan MIPA dan gara-gara lo kemarin,dia harus ngerasain yang namanya di hukum. Lo emang kudu minta maaf."

Calista memutar bola matanya dengan malas. Kenapa teman-temannya Reyno ini malah memamerkan kepintaran Reyno ? Calista juga tahu kalau Reyno ini pintar. Kemarin Alina sudah menjelaskan padanya. Ya walaupun ia agak kaget saat tahu kalau ternyata Reyno lebih berprestasi dari penjelasan Alina kemarin.

"Bisa gak,langsung kasih aja nomor handphone Reynonya?"

Calista akhirnya bertanya lagi karena terlalu malas berbasa-basi dengan teman-teman Reyno yang menurutnya sama menjengkelkannya dengan Reyno.

"Oithh..,kalem neng. Sebelumnya kenalin. Gue Fadil,di sebelah gue ini Fendy dia kembaran gue."

Calista memperhatikan kedua manusia kembar tersebut kemudian mengangguk saja. Terserahlah,muka mereka mirip. Gue malas bedain. Batin Calista.

"Yang paling pojok itu namanya Tama dan yang di dekat lo berdua itu namanya Sky. Kita berempat emang temannya Reyno. Tapi buat kasih nomor Reyno ke lo,kita gak bisa. Itu privasi. Saran gue,kalo lo mau minta maaf. Lo temuin aja di Reynonya langsung."

"Hah?" Calista menatap Fadil dengan geram. "Gimana nemuin Reyno,anaknya di skors."

Alina menyenggol Calista sekali lagi. "Nyantai Lis,jangan ngegas gitu."

"Dengerin dulu makanya,kalo orang ngomong." Sky si ketus terdengar menyahut dengan geram.

"Reyno emang di skorsing,tapi dia ada di sekolah ini. Pulang sekolah nanti susulin aja ke rooftop. Biasanya dia tidur di balik kursi-kursi kosong yang di tumpuk di sana."

♡♡♡

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!