Jadi Pacar Gue

Calista membuka pintu rooftop sekolah dengan hati-hati. Suasana sekolah benar-benar sudah sepi namun beruntung bagi Calista,karena pak Diman,penjaga sekolah,berbaik hati memberikan izin padanya untuk naik ke rooftop.

Seperti yang dikatakan oleh di Langit alias si Sky yang ketus tadi. Di rooftop sekolah Bina Bangsa ini memang banyak kursi-kursi kosong yang di susun bertumpuk.

Calista mendekati tumpukan kursi itu dengan pelan guna membuat seseorang yang dicarinya itu tidak kaget ataupun kabur saat dirinya datang.

Pelan-pelan dari jarik sekitar setengah meter,di balik tumpukan kursi. Calista melihat ada ujung sepatu seseorang yanh terlihat.

Batin Calista memekik senang.

Pasti Reyno!

"Rey.."

Panggil Calista sembari berjalan mendekati si pemilik kaki tersebut.

"R..Rey.."

"Plukk.."

"Anjing!!"

Teriak Calista kaget,kepalanya refleks menoleh ke belakang mendapati seseorang yang barusan menepuk pundaknya.

"Re..Reyno..,lo.."

Calista memutar kepalanya ke belakang. Sepatu itu masih ada di sana. Calista memutar kepalanya lagi menghadap Reyno,Reyno juga masih ada di sana. Jadi pertanyaannya,sepatu itu punya siapa?

"Ckk..,ngapain sih lo di sini?" Reyno yang lelah melihat kepala Calista memutar ke depan ke belakang akhirnya angkat suara juga.

"Minggir dulu,gue mau ambil sepatu." Serunya lagi.

Calista melongo.

"What?? Jadi sepatu yang barusan gue liat itu punya lo?"

Reyno mengangguk singkat sembari tangannya meraih sepasang sepatu yang diletakkan dengan posisi seolah ada memakainya itu.

"Awas,gue mau make sepatu bentar."

Reyno mendorong pelan lutut Calista membuat cewek itu bergeser ke samping.

Diam-diam Calista merutuk dalam hati. Sialan emang,gue kira tadi kaki orang taunya cuma jebakan. Dasar!

"Selesai!"

Calista menoleh melihat Reyno yang sudah kembali berdiri. Sepasang sepatu tadi juga sudah terpasang rapi di kedua kakinya.

"So?"

Calista mendelik,balik menatap Reyno yang juga tengah menatapnya dengan kedua alis bertaut.

"Ngapain ke sini?" Tanya Reyno lagi.

Calista merem4s roknya pelan seraya berdehem.

"G..gue,nyariin lo."

Alis Reyno tertarik lagi,sesaat kemudian sudut bibirnya tertarik menampilkan segaris senyum miring.

"Lo secaper itu ya sama gue?"

"Hah?" Calista menoleh dengan raut tak santai.

Caper? Apa maksudnya?

"Gimana? M..maksud lo gue caper gitu? Sama lo?"

"Yeah.." Reyno mengangguk dengan raut yakin.

"Kemarin lo nyariin gue sampe ke kelas gue,pulang sekolanya gue juga ngeliat lo di parkiran bahkan lo gak nolak saat gue antar pulang.."

Mata Calista melotot. "Hei,kemarin kan.."

"Dan hari ini,gue gak tau alasan lo apa tapi yang pasti lo ke sini karena nyariin gue. Lo beneran secaper dan se-interest itu sama gue?"

Wah? Rahang Calista seketika jatuh ke dengkul. Pria di depannya memang sangat,amat menyebalkan,dan apa katanya tadi? Calista tidak menolak saat ia antar pulang?

Lelucon apa lagi itu?

"Hei Reyno! Lo denger ya baik-baik! Pertama! Gue sama sekali gak minta dianterin pulang kemarin,itu paksaan dari lo padahal gue udah nolak. Kedua! Gue nyariin lo bukan buat caper!"

"Ogah banget gue caper sama cowok kayak lo. Lo pikir lo oke hah? Dih,masih oke-an Kalandra kemana-mana juga!"

Raut wajah Reyno seketika berubah keruh. Pernyataan Calista barusan mengusiknya.

"Siapa Kalandra?" Suara Reyno terdengar dingin.

Calista mengerutkan alisnya,merasa aneh dengan sikap Reyno.

"Kalandra? Dia kakak gue lah,kakak laki-laki yang paling ganteng bahkan lebih ganteng dari lo!"

Raut wajah Reyno kembali datar. Hinaan yang barusan dilontarkan oleh Calista pun tak di gubrisnya.

"Oh,jadi Kalandra itu kakak lo?"

Calista mengangguk.

"Baguslah." Ujar Reyno lagi dan itu membuat Calista menatapnya aneh.

"Hah? Msksud lo apa sih?"

"Gak ada! Jadi,back to first topic. Tujuan lo nyariin gue selama dua hari berturut-turut ini apa? Mau minjam duit?"

"Kagak Anj.." Calista tak jadi melanjutkan umpatannya saat melihat tatapan mata Reyno yang kembali menajam.

"Makanya kalau ngomong jangan asal nyablak!" Ketus Calista dengan raut galaknya.

"To the poit aja nih ya. S..sebenarnya Rey,gue butuh bantuan lo."

Reyno mengangkat kedua alisnya lagi. "Bantuan? Bantuan apa?"

"Jadi pacar gue selama dua minggu,deal??"

♡♡♡

"Hua...."

Entah sudah berapa banyak tisu yang terbuang sia-sia. Tapi yang pasti,kamar Calista yang ukurannya seperti lapangan bola itu kini terlihat sangat berantakan dan penuh tisu kering yang berserakan.

Jika kalian berpikir bahwa Calista menangis sehingga menghabiskan tisu berkotak-kotak,maka kalian salah besar!

Calista tidak benar-benar menangis. Dia hanya merengek sambil menyobek-nyobek tisu lalu membuangnya ke lantai. Sungguh perbuatan yang tidak terpuji,jangan ditiru ya adek-adek di rumah! Sikap Calista ini merupakan salah satu contoh sifat generasi perugi bangsa!

"Hua..."

"Calis! Diam!"

Alina yang sudah bosan mendengarkan rengekan Calista selama satu setengah jam akhirnya angkat suara juga!

"Lo kalau gak diam gue kasih air aki nih sekalian!"

Seketika itu juga Calista mengatup mulutnya rapat-rapat. Ia masih sayang nyawa,Alina teman laknatnya ini suka main kasar jika sedah jengkel.

"Nah,gitu dong dari tadi! Lo ngerengek kayak gitu gak bakalan ada untungnya. Gak bakalan buat lo jadian juga sama si Reyno itu!"

"Sekarang,daripada lo ngerengek gak jelas kayak tadi. Lo cerita sama gue,ada kejadian apa di rooftop tadi? Lo udah minta maafkan sama si Reyno? Terus Reyno jawab apa?"

Calista menggeleng pelan. "Hua..,gue malah lupa Lin."

Alina menatap heran sahabatnya itu. Lupa? Apa maksudnya?

"Maksud lo apa sih?"

"Hua..,gue lupa. Gue gak ada minta maaf sama Reyno!"

Bagai tersambar belut listrik,Alina kini benar-benar menjatuhkan jantungnya ke atas ginjal.

Sangat diluar prediksi BMKG! Ia kira Calista itu sudah berubah,mau menekan egonya. Eh taunya!

"Ya ampun Calistaaaaa! Gue gak tau lagi deh,mesti gimana nasehatin lo!"

"Gue suruh lo minta maaf sama Reyno dan lo gak lakuin. Terus sekarang lo pulang ke rumah sambil ngerengek,ngabisin tisu berkotak-kotak. Lo apain lagi si Reyno hah?"

Calista mengusap hidungnya tisu,seraya berpura-pura terisak.

"G..gue..,gue nembak Reyno tapi ditolak...! Huhu TДT"

♡♡♡

#Flashback on // Kejadian di rooftop.

Reyno mengangkat kedua alisnya lagi. "Bantuan? Bantuan apa?"

"Jadi pacar gue selama dua minggu,deal??"

Tatapan Reyno yang tadinya datar kini berubah bingung.

"P..pacar? M..maksud lo?" Terlihat jelas pria itu memasang raut yang benar-benar kaget.

Kalau ia tidak salah ingat! Beberapa menit yang lalu Calista baru saja menghinanya dengan mengatakan bahwa ia tak seganteng kakak laki-lakinya. Lalu sekarang Calista malah menembaknya. Jadi apa maksudnya itu semua?

"Lo w..waras?" Tanya Reyno setelah beberapa saat.

Calista mengangguk. "Ya!"

"Gila?"

"Gak juga!"

"Depresi?"

"Gak anj.."

Calista menutup mulutnya saat lagi-lagi Reyno menatapnya dengan tajam.

"Habisnya sih! Gue serius Reyno! Gue mau lo jadi pacar gue selama dua minggu. Gue maksa,gue butuh banget bantuan lo biar gue bisa menangin tantangan dari Laura. Mau ya!".

Mata tajam Reyno justru semakin menajam.

"Lo ngajak orang pacaran buat main-main?" Nada suara Reyno meninggi.

Calista mundur beberapa langkah. Kenapa sosok Reyno jadi lebih menyeramkan ya?

"L..lo,lo kenapa sih?" Tanya Calista akhirnya memberanikan dirinya bertanya.

Reyno mendengus. "Gak perlu temuin gue lagi! Gue menolak permintaan lo barusan!"

Setelah berkata seperti itu,Reyno berbalik pergi meninggalkan Calista yang termanggu di tempatnya.

Sebelum benar-benar pergi Reyno sempat berucap dengan nada yang lebih dingin.

"Lain kali pikir pake otak sebelum bertindak. Terkadang sesuatu yang lo anggap wajar,dampaknya di orang lain gak seremeh yang lo kira!"

"Jangan pernah ngorbanin orang lain demi keegosian lo. Perasaan orang bukan buat main-main! Kalo lo punya masalah,selesain sendiri gak usah libatin orang lain!"

Setelahnya Reyno benar-benar berlalu pergi,meninggalkan Calista yang benar-benar terbungkam. Tak bisa menjawab satu katapun atas pernyataan Reyno barusan.

#Flashback off

♡♡♡

"L..lo serius Reyno ngomong gitu?"

Tanya Alina setelah mendengar keseluruhan dari cerita Calista tadi.

Calista mengangguk. "Hm."

"Kok kayak ada yang aneh ya?"

Calista menatap Alina heran. "Maksud lo?"

Alina menoleh. "Ya itu,pernyataan Reyno yang terakhir. Gue gak mau curiga,tapi salah gak sih kalau gue ngeduga Reyno itu tertarik sama lo?"

"Hah? Gimana?"

"Gak usah sok lemot Calis! Kalo dugaan gue bener. Reyno mungkin naksir sama lo!"

"Apa??"

♡♡♡

Reyno duduk di kursi belajarnya sembari mengamati sebuah jepit rambut kelinci berwarna putih yang tengah ia apit diantara jempol dan telunjuknya.

..."To the poit aja nih ya. S..sebenarnya Rey,gue butuh bantuan lo."...

...♡♡...

...Reyno mengangkat kedua alisnya lagi. "Bantuan? Bantuan apa?"...

...♡♡...

..."Jadi pacar gue selama dua minggu,deal??"...

...♡♡...

...Gue serius Reyno! Gue mau lo jadi pacar gue selama dua minggu. Gue maksa,gue butuh banget bantuan lo biar gue bisa menangin tantangan dari Laura. Mau ya!"...

"Shitt!! Sialan!" Reyno tanpa sadar membanting jepit rambut yang ia pegang tadi ke atas meja kemudian meninju meja belajarnya itu dengan keras hingga buku-buku jarinya mengeras.

..."Gue maksa,gue butuh banget bantuan lo biar gue bisa menangin tantangan dari Laura. Mau ya!"...

"Arghh!! ****! Just stop it! Get out of my mind!" Teriakan Reyno bergema nyaring memenuhi kamarnya.

Tak lama setelahnya terdengat ketukan pintu secara berulang dari luar kamarnya.

"Nak,Reyno! Kamu kenapa sayang?"

Mata Reyno menajam. Itu suara mamanya.

"Reyno sayang,buka pintunya.

Reyno menggeram kasar.

"Brak"

Reyno menggebrak meja belajarnya dengan kasar.

Dengan langkah lebar ia berjalan menuju pintu kamarnya lalu membukanya dengan gerakan kasar.

"Apa?" Tanya Reyno dingin pada sosok wanita yang tengah memandanginya dengan tatapan sendu itu.

"Kamu kenapa nak? Mama denger kamu tadi.."

"Bukan urusan lo!"

"Nak,tapi mama.."

"Lo pergi  dari sini sekarang atau gue yang seret lo dari sini!"

"Reyno jaga ucapan kamu!"

Reyno menoleh. Terlihat sosok laki-laki paruh baya berdiri di anak tangga sembari menatapnya tajam.

Reyno mengangkat alisnya dengan tatapan acuh.

"Oh,lo di sini juga?" Reyno mengangguk-angguk acuh.

"Reyno! Kamu benar-benar ya! Kami ini orangtua kamu,jaga sikap dan nada bicara kamu terutama pada mamamu!"

"Mama? Orangtua?"

Reyno terdengar mengulangi ucapan kedua orangtuanya dengan nada yang nyaris berbisik.

Sedetik kemudian ia tersenyum sinis dengan tatapan miris.

"Berhenti bicara omong kosong. Lo berdua gak pernah anggap gue anak,yang ada di benak lo berdua dari dulu sampe sekarang adalah gimana caranya buat gue jadi DIA sepenuhnya! Itu kan yang lo berdua mau? Gue gak pernah di anggap di sini! Gue benci lo berdua!"

Reyno kemudian mendorong mamanya dengan kasar lalu masuk kembali ke dalam kamarnya meninggalkan mamanya yang jatuh terjerembab di depan pintu.

Reyno mengunci pintunya dengan rapat. Menyalakan peredam suara yang menbuat suara kedua orangtuanya tidak terdengar lagi.

♡♡♡

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!