Rumah

Langit mendung,di tambah AC yang menyala membuat hawa di dalam mobil nyaris membeku. Belum lagi atmosfer kegelapan yang terpancar dari sorot mata Reyno membuat suasana siang itu makin mencengkam saja.

Calista sesekali melirik kecil lewat kaca spion depan,guna memastikan bahwa manusia di sebelahnya itu masih tetap manusia alias belum berubah jadi reog atau sejenisnya.

Reyno pun demikian,namun tidak seperti Calista yang melirik dengan cara melihat spion. Ia justru terang-terangan memutar kepalanya ke arah Calista,menunggu respon gadis itu dan saat Calista menoleh ia justru membuang wajahnya dan mendengus.

Kejadian itu berlangsung beberapa kali hingga Calista nyaris melempar handphone di sakunya ke wajah Reyno agar pria itu menghentikan kelakuan anehnya.

Calista tentu kesal bukan main mendapati sikap Reyno yang anehnya di luar nalar itu,belum lagi perihal sikap Reyno yang dengan tidak sopannya mengganggu hubungannya dan Digo tadi berhasil menambah kadar kekesalan dalam diri Calista.

Sejujurnya Calista sendiri pun tak paham,perihal semua maksud dari sikap Reyno kemarin dan hari ini. Terlalu aneh dan tiba-tiba,Calista sebenarnya tidak bodoh-bodoh sekali untuk memahami kejadian di sekitarnya,berkat curhatannya pada Alina kemarin di tambah perlakuan Reyno siang ini cukup berhasil membuat Calista mrnangkap adanya sinyal-sinyal persaingan antara Reyno dan Digo.

Lalu jika demkian,bolehkah Calista menganggap Reyno melakukan semua tingkah aneh itu karena kecemburuan? Rasanya terlalu cepat menghakimi,Calista tidak mau di cap kepedean oleh pria arogan itu.

Di sisi lain,sebelah pikiran Calista justru terpecah pada kemana Reyno ingin membawanya pergi?

Pasalnya sudah setengah jam berlalu,keduanya masih saja berada di jalan dengan hiruk pikuk kendaraan lain. Padahal seingat Calista,Reyno pernah mengantarnya pulang dan Calista yakin betul kalau cowok secerdas Reyno tidak akan mudah melupakan sesuatu termasuk alamat rumahnya.

Jujur saja,di ajak memutari jalanan kota selama setengah jam tanpa tahu akan berakhir di mana,cukup membuat Calista bosan hingga dirinya tak bisa lagi memendam tanpa mengungkapkan pada Reyno.

Tak kuasa menahan rasa bosan sekaligus rasa penasaran,akhirnya Calista mengungkapkan pertanyaannya juga.

"Reyno,sebenarnya kita mau kemana sih?"

"Rumah gue beda arah,lo mau nyulik gue?"

Reyno menoleh sekilas,senyum tipis perlahan terukir di bibirnya.

"Pengen banget gue culik,hm?"

Nada suaranya terdengar berat dan hangat.

Mata Calista membulat,menoleh seraya menelisik guna memastikan bahwa kata-kata hangat tadi benar-benar keluar dari bibir Reyno atau hanya hayalannya saja.

Sayangnya saat Calista ingin memastikan,Reyno malah sudah kembali menatap jalanan di depannya dan raut wajahnya pun kembali datar dan dingin.

Calista mengerucutkan bibirnya kesal,rasa bosan,capek dan kesalnya makin menjadi-jadi terutama saat mobil Reyno mulai memasuki kompleks perumahan mewah dengan nuansa sepi dan semua pagar tertutup itu.

Hawa kesal makin menyeruak,bukannya kagum dengan deretan rumah mewah itu,Calista justru mencibir dalam hati bahwasanya di balik rumah-rumah mewah itu pasti tersimpah sedikit kebagiaan karena Calista yakin pemiliknya adalah orang-orang sibuk yang jarak punya waktu untuk keluarga.

Mobil Reyno berhenti di depan sebuah gerbang besi dan tak lama setelahnya terdengar bunyi identifikasi otomatis sebelum akhirnya gerbang terbuka secara otomatis dan mobil Reyno bisa masuk ke dalam tanpa bantuan penjaga gerbang.

"Kita sampai..!"

Mendengar nada berat yang kembali bergaung dari sebelahnya itu,Calista lantas menoleh.

Terlihat Reyno memberi kode dengan dagunya,meminta agar Calista melihat ke depan.

Calista pun mengikuti arahan Reyno.

Sempat terpaku selama beberapa saat,bangunan mansion dengan arsitektur khas Eropa klasik yang terpampang di depannya itu berhasil menghipnotis Calista.

"R..rumah lo?"

Pertanyaan bernada penasaran itu langsung meluncur dari bibir Calista begitu ia sadar dari lamunannya.

Terlihat Reyno mengangguk singkat tanpa ekspresi.

"Ayo turun. Gue gak seromantis itu buat turun duluan terus bukain lo pintu,gue yakin lo mandiri dan bisa buka pintu mobil sendiri."

Calista lantas mendengus. Pria di sebelahnya ini memang patut di blacklist dari daftar pacar idaman.

Ganteng sih,tapi nyebelin banget!!

Daripada terus-terus berbagi udara dengan Reyno di dalam ruangan sempit itu,Calista memilih segera turun dan menunggu di samping mobil sampai pemiliknya menyusul turun.

Setelah Reyno turun,tanpa jaim,Calista langsung mendekati Reyno.

"Ngapain ajak gue ke sini?"

"Masuk dulu."

Bukannya memberi jawaban,Reyno malah melenggang,mendahului Calista dan berjalan memasuki teras mansion megah itu.

Pintu terbuka setelah Reyno memasukkan beberapa kombinasi angka yang tak Calista amati persis karena menjaga privasi.

Reyno kembali berjalan kali ini semakin masui ke dalam rumah hingga berhenti di depan pintu yang ternyata menghubungkan halaman belakang di mana ada tembok lebar dan ada tangga penghubung yang membuat seseorang bisa naik ke sana lalu bersantai di lantai tembok yang cukup lebar itu.

Belum lagi ada empat buah kursi dan dua meja yang di baris di sana dan Calista yakin memang selain untuk  pengaman rumah,tembok itu juga berfungsi sebagai tempat bersantai.

"Naik duluan gih,ke sana. Gua mau ganti baju."

Kemudian tanpa persetujuan Calista,Reyno sudah berbalik dan kembali hilang di balik pintu.

♡♡♡

"Abang udah pulang?"

Reyno lantas berhentu,suara lembut barusan berhasil mengusik pendengarannya.

Tanpa menyahut ataupun berbalik,ia hanya mengangguk. Moodnya sedang cukup baik beberapa menit ini dan ia mau menjaga itu dengan tidak melihat lawan bicara yang sudah ia ketahui gerangannya itu.

Reyno niat melanjutkan langkahnya saat suara itu kembali bergaung.

"Abang ke sini bawa teman? Kalau gak salah,tadi mama dengar abang kayak ngomong sama seseorang."

Pernyataan yang keluar dari mulut mamanya itu berhasil membuat Reyno berbalik.

"Gak udah ngurusin gue! Lagian tumben di sini,gak kerja?"

Tatapan tajam yang Reyno pancarkan berhasil membuat wanita berusia empat puluhan itu memasang mata berkaca-kaca.

"A..abang kok ngomong gitu,abang gak senang mama di rumah? Bukannya dulu abang pengennya.."

"Udah gak! Lagian tumben panggil abang? Kumat?"

Dua tetes mutiara bening tampak turun dari balik kelopak mata yang terpejam itu.

Bukannya tersentuh Reyno malah mendengus.

"Akting lagi." Gumamnya lirih.

"Lanjutin aja,gue mau ganti baju!"

Reyno benar-benar mengeluarkan sisi kejamnnya dengan meninggalkan sesosok rapuh yang masih menatap sendu kepergiannya itu.

♡♡♡

#Flashback on

Sepasang mata kecil itu terus berkedip melawan silaunya sinar mentari yang sedari tadi menyilaukan penglihatannya.

Matanya agak berbinar namun sesekali juga memancarkan sorot sayu sembari mengedarkan bola matanya ke sana kemari berusaha mencari dua sosok yang ia nanti di antara banyaknya kepala manusia yang ada di sana.

Sebatang piala berukuran sedang tinggi sesekali ia angkat,sebelah tangan munggilnya juga sesekali mengusap bandul medali yang menggelayut gagah di leher mungilnya.

Sesekali laki-laki kecil itu berjinjit berusaha menbuat dirinya tinggi,berharap dengan bertambahnya tinggi badannya bertambah luas juga pemandangan yang bisa ia lihat.

Sayang,walau sudah mencoba berpositif thinking,sepertinya kehadiran dua sosok yang ia harapkan itu lagi-lagi tak ada.

Ia menurunkan piala kemenangan yang baru saja ia raih itu dengan raut lesu.

Padahal pagi tadi ia sudah menyemangati dirinya dengan harapan mereka akan datang jika ia memenangkan perlombaan. Namun lagi-lagi seperti biasanya,dia harus menikmati kemenangannya seorang diri berbeda dari teman-teman sebayanya yang tampak di gandeng oleh orang tua mereka masing-masing tidak peduli ada atau tidak gelar juara yang mampu mereka raih.

Sementara dirinya? Sudahlah,laki-laki kecil itu memilih berbalik hendak kembali ke ruang tempat para peserta beristirahat.

"Ray!!"

Panggilan melengking dari seorang laki-laki sebaya yang tengah berlari ke arahnya itu membuat laki-laki kecil itu melangkahkan kakinya semakin cepat.

Kedua orang dengan tinggi badan hampir sama itu kini saling berdiri berhadapan.

"Selamat ya Ray! Kamu jadi juara bertahan lagi tahun ini."

Laki-laki kecil di hadapannya itu mengulurkan tangannya dengan mata berbinar.

"Aku iri tau sama kamu! Kamu hebat deh.

Laki-laki yang di sapa Ray itu hanya tersenyum tipis.

"Biasa aja,aku cuma lagi beruntung." Ujarnya merendah sembari mengangkat pialanya sekali lagi dan mengamati tulisan yanh terpahat di sana.

Juara 1

Lomba Memanah

Tingkat SD/MI

Raynand Margantara

Tak ada senyuman manis yang terukir walau sudah berkali-kali hatinya berusaha meyakinkan bahwa ia hebat karena sudah mampu melangkah sejauh ini.

"Ray,aku pinjam pialanya sebentar,boleh?"

"Memangnya mau Tama apain pialanya?"

"Udah,aku pinjam dulu pokoknya."

Dengan tanpa merasa berat hati,pria kecil dengan raut sendu itu menyerahkan piala yang baru saja ia dapat itu ke tangan sahabatnya.

"Kamu tunggu di sini bentar ya,aku ke papa sama mamaku dulu."

Laki-laki itu mengangguk lagi sambil berusaha memasang wajah cerianya.

"Iya,jangan lama-lama. Aku bentar lagi mau pulang. Capek."

Ujarnya sedikit lirih di akhir kalimatnya.

Capek?

Walaupun belum dewasa benar,tapi agaknya laki-laki mulai merasakan jika dirinya lelah tidak hanya soal fisik tapi juga hati dan pikirannya.

Tanpa sadar kepalanya tertunduk dan setetes mutiara bening jatuh dari pelupuknya.

"Apa kalian gak pernah sayang sama Ray?"

♡♡♡

"Ray pulang!"

Laki-laki berteriak nyaring takkala kaki munggilnya membawanya masuk ke dalam rumah besar nan megah yang selama ini menjadi tujuan akhirnya sepulang sekolah.

Sebuah istana idaman semua orang namun tidak dengan pemiliknya. Terbukti saja,setiap pulang ke rumah,hanya suasana sepi yang tergambar.

Tak ada pelukan,tak ada sapaan,tak ada sambutan hangat yang sekedar menanyakan "bagaimana sekolah mu hari ini nak?"

Tidak ada,semuanya kosong. Hanya deretan guci-guci mahal,kilauan lantai keramik serta pemandangan dinding putih dengan hiasan lukisan mahal yang terlalu membosankan untuk di pandang.

Laki-laki kecil itu melangkah semakin ke dalam hingga sampai di ruanh makan,terlihat beberapa pekerja di rumahnya tengah menyiapkan makan siang.

Salah satu dari mereka menyempatkan untuk menyapanya.

"Den,Ray. Sudah pulang sekolah? Bagaimana perlombaan memanahnya?"

Laki-laki kecil itu tersenyum tipis sembari memperlihatkan piala di genggamannya juga medali di lehernya.

"Seperti biasa,Ray juaranya dong bi."

Laki-laki kecil itu berusaha terlihat kuat dengan memasang wajah sombongnya,memamerkan prestasi yang baru saja ia peroleh itu.

Riuh tepuk tangan dari tiga orang pembantu perempuan itu cukup membuat hatinya menghangat.

Namun bertahan beberapa saat saja sebelum alam bawah sadarnya menyadarkannya lagi akan sesuatu.

"Papa sama mama gak di rumah bi?" Tanyanya setengah berharap walau separuh hatinya bisa menduga jawaban.

"Gak ada den,pagi-pagi tadi bapak sama ibu ada kembali ke rumah sebentar. Ambil koper sama baju-baju mereka,setelah itu mereka minta di antar supir ke bandara,balik lagi mungkin minggu depan den. Tapi den Ray gak usah sedih,tadi ibu sama bapak titipim hadiah banyak kok buat den Ray,katanya juara gak juara den Ray ambil aja hadiahnya."

Senyum di wajah laki-laki kecil itu makin melebar saja,bersikap seolah senang padahal hatinya berteriak sakit.

Papa sama mama bisa datang gak? Minggu depan abang ikut olimpiade matematika loh.

Papa sama mama bisa datang gak? Sekolah abang adain teater loh.

Ma,abang juara satu lagi,abang hebat kan?

Papa sama mama kenapa gak datang lagi?

Papa sama mama gak sayang ya sama Ray?

Ma,Ray boleh gak minta mama temenin Ray ambil rapot?

Laki-laki kecil itu makin tertunduk takala ingatannya tentang puluhan pengabaian yang selama ini ia terima berseliweran di kepalanya.

Memori kecilnya terlalu sakit takkala harus mengingat betapa tidak adilnya dunia pada masa kecilnya itu.

Sakit pa,ma,Ray sakit!

♡♡♡

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!