Cegat

Satu hari berselang semenjak beredarnya kabar hubungan Digo dan Calista yang belakangan ini selalu menjadi topik perbincangan hangat.

Tidak di sangka-sangka,perempuan yang dua minggu lalu Reyno tolak tanpa pertimbangan matang itu,nyatanya menimbulkan dampak penyesalan yang benar-benar di luar kendali dirinya sendiri.

Di nobatkan sebagai pararel satunya jurusan MIPA, serta punya segudang presetasi dan kelebihan yang membanggakan,tanpa perlu di akui,Reyno pun sadar bahwa dirinya cukup bahkan sangat tenar untuk sekedar punya pacar.

Semenjak memasuki masa pubertas dan mengerti apa itu menyukai dan di sukai lawan jenis. Reyno tau persis bahwa tidak sesulit itu baginya untuk menjalin hubungan dengan seseorang atau bahkan lebih.

Bahkan dengan segala tingkah cuek dan menyebalkan yang selama ia tampakkan,loker di depan kelas serta laci mejanya yang selalu terisi ratusan hadiah serta coklat,membuktikan secara akurat bahwa keberadaannya di Bina Bangsa itu sangat di layakkan dan di idamkan.

Namun sayang seribu saya,sekian tahun berkubang di dalam ketenaran karena rupa dan prestasi,tingkat kepercayaan diri yang selama ini Reyno pertahankan, perlahan terkikis dan adrenalin laki-lakinya mulai terpacu,terutama semenjak ia berkenalan secara resmi dengan sosok Calista Andriana.

Kembali ke detik di mana sekarang ia berpijak,Reyno yang awalnya berusaha mengabaikan segala perasaan berkecamuk karena jengkel perihal Calista kali ini niat mengistirahatkan tubuh lelahnya dengan bersantai di rooftop selama tiga puluh menit ke depan, sepanjang waktu istirahat.

Earphone yang biasanya ia jadikan sebagai alat peredam bising sedang musiknya sebagai sumber penenang nyatanya malah gagal membuatnya tenang.

Berniat menikmati sepoi-sepoi angin di tengah mendungnya langit,suasana hati Reyno justru ikut mendung saat netranya yang tadi ingin menikmati pemandangan di bawah justru di suguhkan dengan pemandangan Calista yang tengah bersorak ria di jejeran kursi tribun yang menghadap ke lapangan basket.

Raut wajah yang Calista tampakkan di siang menjelang pulang sekolah itu berhasil mengganggu ketenangan jam istirahat Reyno.

Lantas,pria itu melepas earphone yang ia kenakan seraya menggenggamnya erat. Otaknya secara impulsif membandingkan dirinya dengan seseorang yang tengah mendribble bola di bawah sana.

Hidup di lingkaran,dimana dirinya hampir selalu berada di urutan pertama membuatnya nyaris lupa tentang insecure,namun semenjak beredarnya berita hubungan Digo dan Calista,Reyno merasa jika dirinya perlu menimbang ulang perihal apa saja yang mesti ia perbaiki agar dirinya bisa bersaing secara sehat dengan pria yang saat ini menjadi target tantangannya.

Sebagai laki-laki yang di anugrahi kecerdasan tinggi,Reyno sadar sepenuhnya bahwa ada beberapa keunggulan di dalam diri Digo yang tidak ia miliki.

Digo humble sementara ia kaku,Digo punya temperamen stabil sementara dirinya justru keras dan cenderung sangat kaku dalam segi menjalin komunikasi dengan lawan jenis.

Saat kemarin Calista terang-terangan meminta dirinya untuk membantu, ia justru menolak tanpa memikirkan dampak,saat dirinya sibuk dengan berbagai spekulasi pasca penolakan,Calista justru sudah maju dan meraih apa yang ia inginkan bersama Digo yang juga tak segan membantunya.

Udara di atas rooftop siang itu makin panas saat mata Reyno menangkap turunnya Calista dari kursi tribun menuju lapangan basket.

Implusif panas yang menyerang salah satu organ tubuh Reyno membuatnya lekas berbalik.

"Lo jual gue beli!!" Gumamnya dingin sebelum pergi dari tempat istirahatnya itu.

♡♡♡

"Lis,pulang sekolah nanti lo nemenim doi main kan?"

Seperti biasanya,semenjak Calista resmi di ketahui menjalin hubungan dengan Reyno. Karamel selaku patner resminya,sebagai sesama pemilik pacar anak basket tak pernah absen untuk sekedar mengingat dan mengajaknya bersama-sama menonton masing-masing pacar mereka yang tengah berlatih.

Sementara itu,beralih pada ruang kelas 11 IPA 2 yang berjarak beberapa buah kelas dari kelas sebelas IPS satu. Reyno Margantara,selaku sosok paling pendiam dan pelit ekspresi itu,kini tengah memasang raut wajah yang terbilang kurang enak untuk di pandang.

Menimbang sikap Reyno yang tak biasanya itu membuat Tama selaku sahabat terdekat Reyno itu merasa agak terusik sekaligus terdorong untuk menanyakan musabab apakah yang sudah membuat sahabat pendiamnnya itu berekspresi.

Berhubung saat itu di kelasnya tengah ada guru fisika,Tama tak seleluasa itu untuk bergerak. Namun rasa penasarannya juga nyaris tak terbendung membuat Tama tak sabaran hingga satu-satunya cara yang kebetulan terlintas pun ia terapkan.

Sebuah benda pipih berlogo apel kegigit yang sedari tadi diam di dalam laci mejanya pun ia keluarkan untuk mengirimkan pesan pada sang sahabat.

To : Ray

"Lo gak papa?"

(read message)

Tama menoleh ke bangku sahabatnya itu.

Terlihar Reyno hanya melihat handphone-nya sekilas lalu memasukkannya lagi ke dalam laci.

Tak mau menyerah,Tama kembali mengirimkan satu message lagi pada temannya itu.

To : Ray

"Ray..,pulang sekolah nanti cerita,okey?"

(read message)

Tama nyaris membantin benda pipih miliknya itu,jika saja tak sayang uang.

Bukannya membalas pesan,teman yang mati-matian ia pedulikan itu justru terlihat mendengus seolah tak suka di khawatirkan.

To : Ray

"Pokoknya gue tunggu sampe pulang sekolah nanti. Lo harus cerita sama gue!"

(read message)

^^^Typing...^^^

^^^To : Tama Hilamovi^^^

^^^"Don't be so extra,gak ada yang perlu di khawatirin.^^^

^^^Gue baik-baik aja. Fokus sama latihan lo nanti."^^^

^^^😀^^^

Sebuah balasan dengan kalimat panjang di tambah emoticon tertawa lebar makin meyakinkan Tama bahwa ada apa-apa di balik wajah muram sahabatnya itu.

To : Ray

"Terserah kalo gak mau jujur!"

"pokoknya pulang sekolah nanti gua bakal introgasi lo. Lagian fyi gue gak ada latihan siang ini,coach Revy lagi ada urusan. Kita skip latihan."

(read message)

Seutas senyum sinis terukir tipis di bibir Reyno dan Tama menyadari itu.

Alis Tama terangkat,menimbulkan segaris raut bingung. Tak lama setelahnya handphone Tama kembali bergetar.

From : Ray

"Nice,thanks informasinya."

Tama mengerutkan alisnya bingung. Sahabatnya itu mendadak cosplay manusia dengan dua kepribadian kah?

♡♡♡

"Hari ini kan aku gak latihan,gimana kalau kita bikin chemestrynya makin nyata dengan jalan-jalan bareng,izin sama pulangnya gampang ntar gue yang urus sama antar. Oke kan?"

Calista mengangguk saja.

Hari ini,tanpa adanya perjanjian,di jam pulang sekolah,Digo tau-tau sudah ada di depan kelasnya. Begitu pun dengan Tama yang sepertinya menjemput Karamel.

"Duluan ya Lis..!"

Karamel lewat sembari melambaikan satu tangannya ke arah Calista sementara tangan satunya lagi bergandengan dengan Tama.

"Calista,Digo,gue sama Kara duluan ya."

Pamit Tama juga.

Sebelum benar-benar berbalik Tama sempat melemparkan senyum manisnya pada Calista dan kejadian itu berhasil membuat Calista bingung.

"Hati-hati.."

Itulah kalimat yang Calista tangkap dari bibir Tama beberapa detik sebelum cowok itu berbalik.

♡♡♡

Pulang sekolah kali ini menjadi moment pertama tanpa singgah di rooftop bagi seorang Reyno Margantara.

Berkat atmosfer yang dirinya claim sebagai tantangan siang tadi,Reyno akhirnya mulai mencoba menjadi siswa normal dengan mengikuti aturan jam pulang sekolah Bina Bangsa tanpa menambahkannya lagi.

Lima menit duduk di dalam mobil dengan netra tajam yang mengamati cermat ratusan siswa siswi yang satu-persatu perlahan meninggalkan area sekolah,jujur saja Reyno agaknya mulai bosan.

Dirinya nyaris menguap jika saja sepasang remaja yang sedari ia tunggu tidak muncul.

Ibarat mendapat siraman air panas segelas,kantuk di pelupuk mata Reyno sirna seketika,berganti dengan hawa panas yang perlahan merambat di ujung kepalanya lalu perlahan merayap turun kembali dan berhenti tepat di rongga dadanya,memacu debaran kencang yang tiba-tiba membuncah di saja.

Gerakan pintu mobil yang di dorong kasar oleh Reyno pun menjadi saksi betapa pria itu sedang dalam kondisi yang sama sekali tidak kondusif.

Sisi logika sekarang sudah tak di pertimbangkan lagi,makin di biarkan tingkah Digo makin membuat Reyno panas. Terutama di bagian di mana Digo dengan sengajanya mencuri kesempatan untuk menyentuh pucuk kepala Calista dimana perlakuan itulah yang paling membuat Reyno panas.

Puas bertarung dengan ego dan harga diri,Reyno lantas maju mengabaikan setiap pandangan orang-orang pada tindakkannya nanti.

Hubungan mereka baru terjalin beberapa hari,dan kedekatan mereka saat ini sangat tidak wajar bagi Reyno karena itu ia harus mencegahnya.

Tindakan menyerang di muka adalah pilihan,ekspos kehangatan yang Digo perlihatkan,di tambah tawa seru yang terhambur dari bibir Calista menambah panasnya sekujur tubuh Reyno,garis sipit di tepian mata,serta lekukan indah yang terukir di bibir Calista adalah sesuatu bagi Reyno dan Reyno tak terima jika Digo yang lebih dulu meraihnya.

Tak terasa langkah kaki jenjang Reyno sampai juga di hadapan kedua sejoli yang masih bercengkrama itu.

Kehadirannya berhasil mengalihkan antensi,belum lagi dengan kedua alisnya yang berkerut,sorot matanya yang menajam serta rahang yang mengetat lengkap dengan senyum sinisnya berhadil membuat Digo menatap heran teman seleting-annya itu.

"Ada apa Rey?"

Pertanyaan penuh kebingungan itu akhirnya di ungkapkan juga oleh Digo tak kala ia menangkap ada yang tak beres dengan ekspresi Reyno barusan.

"Calista pulang sama gue!!"

Tanpa mau menjawab pertanyaan Digo yang bagi Reyno hanya sekadar basa-basi,Reyno justru langsung mengibarkan bendera perangnya dengan menarik tangan Calista dan hendak membawa gadis yang ia ketahui sebagai kekasih dari Digo itu untuk pergi.

Digo yang merasa niat baiknya bertanya duluan,berujung di abaikan pun tersulut emosi,apalagi kelakuan Reyno yang terang-terangan ingin membawa pergi seseorang yang merupakan kekasihnya itu tambah merunyamkan suasana,di tepisnya kasar tangan Reyno yang terjulur lalu ditariknya Calista dan di sembunyikannys Calista di belakang tubuhnya.

"Calista pacar gua bro! Lo gak bisa seenaknya ajak dia pergi tanpa perizinan dari gua!"

Reyno maju satu langkah lebih dekat,badan tingginya mendominasi tubuh Digo yang agaknya lebih pendek sepuluh centi di bawahnya.

Walau bukan anak basket,nyatanya postur tubuh Reyno jauh lebih tegap dan atletis di atas rata-rata. Sepertinya olahraga adalah rutinitas wajib pria itu.

"Lo gak bisa halangin gue buat bawa Calista pergi! Calista bukan pacar lo! Dia cuma pacar pura-pura lo!"

Digo tersenyum miring seraya menguarkan aura yang tak kalah mengintimidasi.

"Siapa yang bilang kita pura-pura? Gue beneran pacaran sama Calista,berbeda dari lo yang Calista ajak pacaran,gue justru melakukan hal sebaliknya,gue yang nembak Calista dan Calista nerima walau dengan awal yang sama-sama butuh bantuan tapi setelah gue pertimbangkan,menjalin hubungan secara resmi dengan Calista bukanlah kerugian."

Reyno memejamkan matanya sejenak,berupaya mengurangi kadar emosi yang semakin mendominasi organ tubuhnya hingga merambat ke ruas jari.

"Gue harap kalimat ini bisa lo pahami. Gue mau bawa Calista pulang sama gue dengan atau tanpa seizin dari lo!"

Usai mengatakan kalimat intimidasinya,Reyno lantas mendorong paksa tubuh Digo dan menarik paksa Calista yang nyatanya juga enggan ia tarik.

"Pulang bareng gue,Calista!!" Tekannya,memaksa.

Digo berang saat seseorang ia klaim sebagai kekasihnya itu justru di tarik paksa oleh seorang laki-laki arogan nan kaku seperti Reyno.

Tanpa membiarkan adegan pemaksaan itu berlangsung lebih lama,Digo lantas bertindak dengan mencengkram kerah bagian belakang baju Reyno.

"Lepasin Calista!!" Perintahnya tegas nan lantang.

Jiwa kompetisi dalam diri Reyno makin bergolak,ia yang sudah mengubur niat bersaingnya selama bertahun-tahun kini merasa perlu membangkitkannya lagi.

"Lepasin baju gue atau tangan lo patah!"

Ancaman Reyno berhasil membuat cengkeraman di kerahnya lepas.

Kali ini gantian Reyno yang menyembunyikan Calista di belakang tubuhnya.

"Lepasin Calista Reyno!"

Lagi-lagi Digo meminta dengan intuisi senormal mungkin.

Reyno tersenyum miring. "Minta sama orangnya langsung,jangan sama gue,lo salah orang."

Sebuah kalimat ambigu di tambah satu dorongan kasar di dada Digo berhasil membuat Reyno berada pada posisi unggul hari ini.

Calista pun tak punya pilihan saat jemarinya kembali di tarik paksa menuju sebuah mobil sport putih yang pintunya sudah terbuka menunggu mereka.

♡♡♡

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!