Reyno

"Kringg..."

Bel istirahat pertama berbunyi nyaring.

Calista langsung menutup buku dan mengemas alat tulisnya dengan cepat. Kelakuannya tak ayal membuat Karamel di sebelahnya melongo.

"Lo mau kemana sih? Buru-buru amat? Gurunya belum keluar loh." Bisik Karamel pada Calista.

Calista mengacuhkan ucapan Karamel dan tetap mengemasi alat tulisnya itu.

Tepat setelah ia berkemas,Bu Lastri,guru Bahasa Indonesia di kelasnya itu pun keluar setelah mengucapkan salam penutup.

Keluarnya bu Lastri dari kelas di sambut antusias oleh anak-anak kelas sebelas IPS 1 terutama Calista. Gadis itu langsung menggeser kursi dan berlari keluar kelas tanpa menggubris Karamel yang terus-terusan menggaungkan namanya itu.

"Kelas sebelah IPA 1. Bangku paling pojok belakang,dekat jendela." Calista bergumam di sela-sela larinya.

"Awhh..." Gadis itu mendadak terpekik sesaat setelah ia berlari.

"Aduh..,perut gue keram." Calista refleks berjongkok sembari menekan perutnya yang terasa keram barusan.

"Shitt,lupa lagi. Gue kan lagi haid,sakit banget kalau di bawa lari. Ke toilet bentar deh,abis itu ke sini lagi."

Calista yang tadinya sudah berniat langsung ke kelas 11 IPA 1 yang berjarak beberapa kelas dari kelasnya itu langsung mengurungkan niat dan memilih turun ke bawah,menuju toilet.

Delapan menit berlalu,antrean panjang dimana banyak ciwi-ciwi menye berdandan membuat Calista mau tak mau harus terjebak di sana.

Gadis itu sudah merem4as-rem4s tangannya gusar.

"Nih badut-badut kapan keluarnya sih??" Batin gadis itu mengumpat.

"Ah,terobos aja kali ya??"

Calista memilih menerobos kerumunan lima gadis cabe senior yang menutupi akses jalannya itu. Beruntung Calista masuk kategori gadis normal,tidak cacat,tidak jelek juga,dan tidak culun.

Jadi kehadirannya di sana tidak membuatnya di bully oleh seniornya. Ya walaupun sekilas tatapan sinis masih ia dapatkan. Tapi apa pedulinya Calista? Wc sekolah kan fasilitas sekolah bukan fasilitas senior jadi mereka tidak bisa mengangggunya.

Dua belas menit setelahnya..

Calista keluar dari toilet sembari merapikan roknya yang sedikit kusut. Setelah di rasa rok dan penampilannya rapi,Calista pun melanjutkan perjalanannya.

Tujuannya adalah kembali ke lantai dua lalu berbelok ke kelas 11 IPA 1. Ia sudah mengorbankan waktu istirahatnya dengan tidak ke kantin,jadi tidak mungkinkan ia kembali ke kelas tanpa mendapat apa-apa.

"Tring..." Sayang seribu sayang,bel sekolah berbunyi.

"Sial!!" Umpat Calista. Ia melupakan jika faktanya jam istirahat pertama lebih sebentar dari jam istirahat kedua,yaitu hanya sekitar limabelas menit.

"Mati gue! Gimana ini??" Calista tampak berdiri kebingungan di undakan tangga.

"Trobos ajalah kali ya? Bentaran dong juga. Yang penting gue tau tu anak hari ini masuk dan benar-benar sekolah di sini. Itu aja udah cukup." Batin Calista lagi.

Calista akhirnya mempercepat langkah kakinya,berbaur dengan remaja sebayanya yang kini juga tampak sibuk kembali ke kelas masing-masing. Langkah kakinya terus bergerak cepat hingga akhirnya berhenti tepat di depan sebuah pintu yang pada palangnya terdapat tulisan.

"Welcome to XI IPA 1."

Gadis itu terlihat menarik napas beberapa kali sebelumnya akhirnya melangkah mendekati daun pintu dan mulai mengetuk benda mati tersebut sebanyak tiga kali.

"Tok...,tok..,tok.."

"Permisi guys..,boleh gue masuk??" Calista berucap dari depan pintu dengan nada sedikit berteriak.

Sontak suaranya membuat atensi beberapa orang teralihkan.

"Eh cewek,masuk atuh neng. Ada perlu apa??"

Salah satu cowok yang duduk di paling pojok dekat pintu terlihat mempersilahkan gadis itu masuk dengan gaya genitnya.

Calista sedikit bergidik melihatnya.

"Gue masuk nih ya." Ujar Calista lagi,kali ini dengan nada yang lebih rendah dari sebelumnya.

"Nyari apa??"

Tiba-tiba suara bak gledek menyambar dari salah satu kursi,Calista mendelik.

Terlihat sesosok gadis dengan rambut curly tengah menatapnya sinis.

"Mau caper ya lu?" Tanya gadis itu lagi.

"Eh. Enggak kok,gue ke sini cuma mau nyari Reyno..."

"Iya Reyno,Reyno Margantara. Dia anak kelas ini bukan ya?"

Calista bertanya dengan kikuk sembari mengoper bola matanya ke sana kemari,mencari objek yang sebenarnya belum sepenuhnya ia kenali.

"Lo nyari Reyno? Buat apa?"

Tanya salah satu siswa yang duduknya di kursi paling ujung.

"Ah,itu..,gue ada kepentingan sama dia. Dia anak kelas ini, bukan?" Gadis itu bertanya lagi.

"Dia dari kelas ini. Cuman anaknya lagi gak ada di kelas,kalau gak di perpustakaan ya di ruang musik,kalau gak ya di rooftop. Dia anaknya suka ketenangan,jadi sebelum guru masuk dia gak bakalan ada di kelas."

"Hah??" Penjelasan siswa yang duduk di kursi belakang tadi cukup membuat gadis itu melongo.

"Hah,heh,hoh. Udah nemu kan jawabannya? Reyno itu gak ada di kelas!" Siswi berambut curly yang tadi sempat sewot,kini menunjukkan taringnya lagi.

"Balik sana!" Tukas gadis itu lagi.

"Iya..,iya ini gue mau balik." Malas menanggapi keributan,sosok Calista langsung berbalik dan berjalan cepat menuju pintu.

"Aw.." Langkahnya terhenti saat di perbatasan ambang pintu,tubuhnya menabrak tubuh seseorang yang baru akan masuk.

"Kalo jalan pake mata dong! Lo gak liat apa? Di sini ada orang yang juga lagi jalan! Buta ya lo??" Calista kesal bukan main saat badan mungilnya dibuat hampir terpelanting akibat ditabrak tubuh raksasa dari cowok yang sama sekali tidak ia kenal.

Kekesalan Calista semakin memuncak,kala tak mendapat respon dari lawan bicaranya.

"Heh? Lo bisu juga?"

"Gak!"  Pria raksasa yang tadi menabrak tubuhnya itu akhirnya angkat suara,sesaat setelah melepas earphone yang menyumpal kupingnya.

Calista melongo. Ucapannya barusan jelas tidak terdengar.

"Ngomong apa,lo tadi di awal?" Tanya pria itu lagi. Jelaslah tadi ia tidak medengar umpatan gadis itu tapi bukan berati ia tak menangkap kemarahan yang terpancar. Ia hanya menguji kesabaran gadis itu saja.

Sembari mengusap wajahnya dengan kesal,gadis itu berteriak lagi.

"LO BUTA,dan LO JUGA TULI! PUAS?? Oh atau..."

"Calista,Reyno? Kalian ngeributin apa di depan sini??"

Sontak saja suara berat barusan mengalihkan atensi kedua remaja berseragam itu. Kompak keduanya menoleh ke arah sumber suara dan mendapati sosok gempal berkumis lebat tengah menatap tajam ke arah keduanya.

"Kalian berdua pacaran ya di sini??"

Tanya sosok gempal itu lagi,kali ini diiringi dengan raut geram.

"Enggak pak.."

"Enggak.."

"Terus ngapain kalian ribut-ribut di depan pintu?"

"Kita gak ribut pak,kita cuma.."

"Diam!! Kalian tau ini jam berapa??"

"Ini jam sembilan tiga puluh yang artinya jam istirahat pertama sudah usai. Lalu kenapa kalian terutama kamu..." Menunjuk ke arah Calista. "Masih keluyuran?"

"A..anu pak saya..."

"Silence!! Saya gak nyuruh kamu ngomong dan kamu Reyno! Jangan coba-coba cari pembelaan kayak gadis ini. Kalian berdua keluar sekarang dan bersihkan semua toilet sekolah!!"

"Pak tapi.."

"Sekarang atau skorsing dua hari!!"

"Saya pilih skorsing dua hari.." Interupsi dari pria bernama Reyno tadi berhasil membuat gadis bernama Calista itu melongo.

"Hah,lo gila ya??"

Tanya Calista dengan kagetnya.

Namun Reyno tak menjawab. Pria itu justru melenggang masuk ke dalam kelas,mengambil tasnya kemudian keluar lagi melewati dua sosok tadi tanpa menoleh sedikitpun.

"Kamu..,tunggu apa lagi? Sana balik  dan kerjakan hukuman yang saya suruh!!"

"Pak,tapi..."

"Kerjakan Calista Adriana!!"

"Hua...."

Gadis itu akhirnya berteriak nyaring usai menahan kekesalan yang sejak tadi ia pendam.

♡♡♡

"Pttfff..." Lagi-lagi minuman jus jeruk yang Alina teguk harus tersembur saat sahabatnya Calista mulai buka suara.

"G...gue,gue gak salah denger? Lo udah ketemu sama yang namanya Reyno?" Tanya Alina dengan ekpresi shocknya.

Calista berdecak malas. "Ckk..,gitu deh."

"Terus? Gimana-gimana? Berhasil? Dia mau jadi pacar lo?" Kali ini raut shock Alina berubah menjadi raut penasaran.

Calista mendengus. "Berhasil apanya sih Lin,yang ada gue males banget sama tuh cowok. Di hari pertama gue ketemu dia aja gue udah kena masalah. Gimana seterusnya? Hihh,gak kebayang gue."

"Masalah? Masalah gimana?" Tanya Alina dengan alis berkerut. Setahunya Reyno tidak pernah membuat masalah dengan siapapun selama ini.

Calista yang menangkap keraguan di mata Alina,langsung berusaha memperkuat argumennya.

"Serius tau Lin. Reyno itu nyebelin banget. Gue gak nyangka kalau di sekolah elit kayak gini,ada gitu nyimpam murid senyebelin Reyno."

"Reyno? Reyno nyebelin? Gimana bisa nyebelin,orang anaknya pendiem gitu." Alina masih kekeh dengan pendiriannya bahwasanya Reyno itu anak kalem yang gak mungkin ngadi-ngadi.

"Lo gak salah orang kan Lis?" Tanya Alina lagi.

Calista menggeleng. "Gak mungkinlah! Ini beneran Reyno,gue gak salah orang." Kekehnya.

Alina meletakkan sendok baksonya kemudian mendelik ke arah Calista. "Masa? Lo yakin banget? Lo tau dia Reyno dari siapa emangnya?"

"Lin,gue gak bego dan gue juga gak buta. Ya gue bacalah name tagnya dia. Di sana ada tulisan R. Margantara. Terus kemarin juga ada pak Gempal yang manggil dia pakai nama Reyno. Nah dari situ gue tau kalau cowok nyebelin tadi itu namanya Reyno! Reyno Margantara."

"Lagian punya nama aneh banget,masa R-nya yang di singkat. Harusnya kan Reyno .M. Bukan R. Margantara. Kenapa gak sekalian dia bikin singkatannya jadi R.M. Biar masuk member BTS sekalian."

Entah dasarnya Calista yang julid atau bagaimana,tapi sepertinya di mata Calista sekarang Reyno sudah masuk ke dalam daftar cowok yang harus ia hindari.

Alina yang melihat romance-romance kejulidtan dari bicara Calista,mencoba tidak memperpanjang dan lebih memilih untuk mencari tahu apa penyebab yang membuat Calista sebenci itu pada Reyno. Mereka baru bertemu satu kali jadi jika satu kali bertemu Calista sudah sejulid ini,Alina yakin ada masalah yang terjadi sebelumnya atau tepatnya saat mereka bertemu.

"Calista yang cantik jelita. Sebelum gue menilai lebih jauh perihal kebencian lo sama Reyno ini,bisa gak lo jelasin dulu sama gue,kenapa lo bisa bilang Reyno nyebelin? Apa jangan-jangan hukuman piket toilet tadi pagi itu ada hubungannya sama cerita lo ini?"

"Glukk.." Calista menelan paksa cairan yang barusan ia teguk. Setelah mengatur napas,gadis itu pun menjawab.

"Benar banget tebakan lo. Hukuman gue pagi tadi itu semua karena Reyno! Gue piket toilet,itu juga karena Reyno. Pokoknya semua karena Reyno!"

Alina menatap sahabat satu-satunya ini dengan miris. "Lo dihukum piket toilet di hari pertama lo ngejar Reyno? Gimana cerita detailnya sih Lis? Jangan buat gue bingung gini deh?" Sejujurnya Alina masih belum percaya sepenuhnya,kalau yang salah itu Reyno. Ia yakin Calista juga pasti salah,tapi gadis itu mencari pembelaan dengan mengkambinghitamkan Reyno.

"Lo natap gue gitu amat,masih gak percaya juga? Kalau sebenarnya Reyno itu nyebelin? Masih harus melibatkan gue juga nih?" Calista bertanya dengan nada jengkel.

Alina tercengir. "Ya mangap Lis,abisnya kan. Gue itu tau lo banget,lo itu jarang mau ngaku salah Lis. Lo berantem sama kak Kalandra aja selalu dia yang ngalah. Lah gimana sama Reyno? Lagian dia anaknya kalem loh Lis,gue itu tetanggan sama kelasnya dia,sama-sama anak IPA. Jadi sedikit-sedikit tau lah gue tentang dia,masih gak mau jujur?"

Calista memberenggut kesal. Sedikit demi sedikit pertahahan keegoisannya luntur juga. Memang kalau perihal menutupi,ia paling tidak bisa melawan Alina.

Gadis itu sudah seperti polisi jika sedang mengintrogasi orang. Lewat pertanyaan bolak-baliknya,Alina bisa dengan mudah membuat sang korban introgasi mengakui kesalahannya. Seperti itulah yang saat ini Calista alami.

"Oke,fine!"  Seru Calista dengan nada menyerah pada akhirnya.

"Di sini gue juga gak ngaku benar." Ujar Calista lagi.

Alina tersenyum menang. "Kan? Gue bilang juga apa Lis. Jangan bo'ongin gue. Kita itu udah temenan dari orok,tetanggan lagi. Mana bisa sih lo bo'ongin gue.*

"Sekarang cerita ya,gimana awal mula kejadian yang bikin lo sampe di hukum?"

Calista menarik napas dengan dalam sebelum akhirnya memulai cerita.

"Jadi gini,tadi di jam istirahat gue sengaja gak ke kantin buat nyari Reyno. Tapi sebelum itu gue ke toilet dulu,di toilet ada kakel cabe,mau gak mau gue antre dong. Selesai antre,gue balik lagi ke lantai dua,niatnya mau langsung ke kelas Reyno eh taunya. Jam istirahat abis,bingung dong gue. Gak tau musti gimana dan setelah gue pertimbangkan,gue memutuskan untuk ke kelasnya Reyno."

"But...,sialannya pas gue ketemu sama tuh anak. Ada pak Gempa yang mendadak muncul di depan kita. Tanpa mau ngedengar penjelasan kita,pak Gempal langsung jatuhin hukuman buat gue sama Reyno."

"Apesnya,gue ngelawan dan saat itu pak Gempal kasih dua pilihan. Dihukum piket toilet,atau skorsing dua hari. Lo tau si Reyno pilih apa? Dia pilih skorsing dua hari,dan alhasil gue kudu piket toilet sendiri. Sialan banget kan?"

"Pokoknya semenjak kejadian tadi pagi,gue memutuskan bahwa Reyno masuk ke dalam kategori cowok yang harus di hindari. Titik!"

"Gak akan gue ngejar-ngejar Reyno lagi. Gak akan." Calista berkata dengan sangat dramatis.

Alina memutar bola matanya dengan malas. "Lah? Yang nyuruh lo ngejar Reyno siapa? Gue udah peringatin kan kemarin?" Tanya Alina telak menghujam ulu hati Calista.

Calista bungkam seribu bahasa . Kali ini ia tak bisa  mengelak. Keputusannya menyeret Reyno ke dalam permasalahannya adalah murni salahnya bukan salah Alina ataupun Reyno.

Melihat Calista bungkam,Alina hanya bisa mengelus pundak gadis itu sembari menasehatinya.

"Harusnya kemarin lo gak usah dengerin apa kata Laura Lis. Harusnya kemarin lo gak terpancing sama kata-kata dia,lo bisa kan cari alasan lain,pura-pura sakit di hari ulang tahunnya Laura juga bukan hal yang buruk semisal lo udah gak punya solusi sama sekali."

"Gak perlu lo sanggupin kalau memang lo belum pengen punya pacar. Kalau udah kayak gini,lo mau nyalahin siapa? Reyno?"

"Dia gak tau apa-apa Lis. Mana dia tau kalau dia di jadiin kambing hitam buat nyelamatin lo dari gengsi atas omongan orang-orang. Dia sama sekali gak terlibat"

"Makanya lain kali,sebelum bertindak pikirin resikonya. Melindungi harga diri itu gak salah,tapi jangan sampai lo ngelakuin tindakan yang ngerugiin diri sendiri dan ngorbanin orang lain. Gak baik,minta maaf ya sama Reyno?"

Calista mendelik. "Kenapa harus minta maaf?" Tanyanya dengan ekspresi ogah-ogahan.

Alina menghela napas agar sabar. Usianya terpaut tiga bulan di bawah Calista namun saat menghadapi situasi seperti ini selalu saja ia harus berperan dewasa agar Alina yang keras kepala ini mengerti.

"Lo harus minta maaf Calista Adriana,andai tadi lo gak  datengin Reyno ke kelas dan gak bikin dia stuck di depan pintu,lo sama dia gak mungkin di marahin dan dia gak mungkin di skorsing dua hari."

"Tapi skorsing dua hari kan pilihan dia,gue cuma.."

"Lis,minta maaf gak bakalan bikin harga diri lo jatuh. Paham??"

Calista mendengus. "Oke,oke...,gue bakalan minta maaf sama Reyno. Puas lo?"

Alina tersenyum seraya menepuk puncak kepala Calista.

"Good girl."

♡♡♡

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!