Keesokan paginya.
Putra terlihat buru-buru keluar dari dalam rumahnya untuk mengunjungi Imelda, memastikan apakah suhu tubuhnya sudah turun atau masih mengalami demam tinggi seperti semalam. Jika memang demamnya belum juga turun, Putra berniat untuk membawa Imelda pergi ke rumah sakit.
Tanpa mengetuk pintu kamar, Putra mendorong handle pintu, bola matanya membulat sempurna saat melihat Imelda sedang memakai baju dengan resleting belakang belum terkancing. Sejenak mereka saling diam memandang satu sama lain, sampai Putra kembali tersadar karena punggung Imelda masih terekspos jelas di kedua matanya.
“Maaf!” maaf Putra sembari menutup kembali pintu kamarnya.
“Eh, kenapa kamu tidak mengetuk pintu kamar ku dulu? Bagaimana kalau tadi aku benar-benar tidak memakai pakaian sama sekali?!” omel Imelda dari dalam.
“Maka aku akan tanggung jawab atas apa yang aku lihat,” sahut Putra tenang, meski saat ini ia merasakan debaran aneh mulai muncul di dadanya.
“Kalau aku minta kamu tanggung jawab untuk menikahi ku, apakah kamu juga mau?”
“Tentu!” sahut Putra dengan cepat.
Pintu kamar terbuka, Imelda berdiri dengan pandangan menatap lekat wajah tenang Putra terlihat panik.
“Cepat sekali jawabnya. Apa kamu ingin cepat-cepat menikah?” tanya Imelda mulai menggoda.
“Tidak! Kalau memang kesalahanku membuat orang lain merugi, atau merasa harga dirinya telah di nodai, maka aku siap untuk menikah dengannya,” sahut Putra menjelaskan.
“Ouh!” angguk Imelda.
“Kamu sudah sembuh?” tanya Putra memutar arah berdirinya, berhadapan dengan Imelda, punggung tangan menempel di dahi licinnya.
Deg deg deg!!
‘A-apa-apaan ini. Sangat dekat denganku, harum deodorant ketiaknya saat mengangkat tangan membuat seluruh tubuhku bertambah segar. Oh, apakah ini yang dinamakan jatuh cinta?’ gumam Imelda dalam hati, tanpa ia sadari bibirnya bergerak tersenyum sendiri.
“Sedang membayangkan apa?” tanya Putra memutus senyuman Imelda.
“Eh, i-itu, kamu sudah sarapan belum?” Imelda balik bertanya untuk mengalihkan rasa gugupnya.
“Belum.”
“Kenapa belum sarapan?”
“Aku pikir kamu masih sakit, aku memutuskan untuk datang cepat-cepat ke rumah kamu untuk bisa memasak sarapan buat kita berdua,” sahut Putra terdengar seperti menggombal.
“Kamu mulai pande merayu, ya!”
“Enggak, aku serius. Kalau aku masak di rumah akan lama jadinya. Lebih bagus aku mengecek situasi kamu dulu, baru itu bisa memutuskan untuk melakukan apa selanjutnya. Bukan merayu,” celetuk Putra.
“Baik banget sih, kamu. Wanita yang menjadi calon pendamping kamu pastinya akan sangat senang nantinya,” puji Imelda di sela harapan ingin menjadi salah satu wanita pilihan Putra suatu hari nanti.
“Aku tidak sebaik itu,” tangannya mengulur ke arah tangga, “Mari kita turun,” lanjut Putra mengajak Imelda turun ke bawah.
2 jam kemudian.
Putra dan Imelda sudah berada di parkiran perusahaan.
“Ahh! Lega sekali rasanya saat bisa melihat Perusahaan tercinta,” hela Imelda, pandangannya mengarah pada gedung Percetakan miliknya.
“Apa kamu yakin bisa bekerja hari ini?” tanya Putra cemas.
“Yakin, bahkan aku sangat semangat untuk hari ini!” sahut Imelda penuh keyakinan.
“Kamu seperti anak kecil,” gumam Putra, tanpa sadar tangannya mengelus puncak kepala Imelda, membuat Imelda seperti melambung tinggi ke udara.
.
.
Sementara itu di ruang tamu bernuansa mewah.
Darwin duduk bersama dengan sepasang suami-istri, tak lain adalah kedua orang tuanya.
“Kenapa kamu tidak pulang-pulang selama beberapa hari ini?” tanya Mamanya, wanita berambut panjang sebahu, sebut saja Jenni.
“Aku ke rumah Imelda. Kenapa Ma?” balas Darwin balik bertanya.
“Ck, buat apa kamu pergi ke sana. Apa kamu kasihan dengan anak yatim-piatu itu?” sela Papanya, sebut saja Doni.
“Aku menginginkannya, Pa. Aku ingin Imelda menjadi istriku!” sahut Darwin tegas. Jenni dan Doni terlihat tidak senang.
“Apa kamu sudah tidak waras? Di dunia ini masih banyak wanita single, lebih kaya, tajir, dan memiliki segalanya. Kenapa kamu harus menyukai janda itu?!” celetuk Jenni tak suka.
“Walaupun dia janda, Imelda tetap wanita yang luar biasa. Imelda juga bukan seorang wanita miskin, dia sama seperti wanita karir lainnya. Bedanya perusahaan miliknya tidak besar,” sela Darwin membela Imelda.
“Pasti kamu ada niat lain selain menyukainya. Katakan pada Mama, apa niat busuk mu itu, Darwin?!” desak Jenni meninggikan nada suaranya.
“Tentu saja ada. Aku menginginkan Imelda karena aku ingin ikut ambil alih mengurus perusahaan milik mendiang Papanya. Bukan itu saja, pelan-pelan aku ingin menguasai perusahaan miliknya, membuat perusahaan itu jatuh ke tanganku!” sahut Darwin menjelaskan niatnya.
‘Bukan itu saja tujuanku, Ma…Pa. Tujuan lainku adalah aku ingin terus menjajah setiap inchi dari tubuhnya. Benar-benar bentuk sempurna tak pernah aku lihat dari wanita manapun,’ tambah Darwin dalam hati.
Bukan hanya Darwin, ternyata Papa, Doni diam-diam juga memandang hasrat kepada keponakannya itu. Terlalu lama memendam hasrat di dalam hati, Doni langsung saja menyetujui permintaan Darwin. Jika Darwin bisa menikahi Imelda, berarti Darwin akan membawa Imelda masuk ke dalam rumah mereka. Kesempatan besar tercipta untuk Doni bisa melihat bahkan berniat ingin mencicipi Imelda.
“Pemikiran yang bagus. Papa bangga mendengar kamu ingin melakukan hal seperti itu,” cetus Doni menyetujui perbuatan putra semata wayangnya.
“Tuh 'kan, Papa saja setuju. Kenapa Mama tidak! Apakah Mama tidak ingin mencoba menikmati bisnis di bidang lain, gitu? Siapa tahu bisnis milik Imelda bisa menambah grafik kekayaan kita tahun depan,” rayu Darwin kembali.
“Sejak kapan kamu belajar menjadi licik seperti ini?” tanya Jenni paham betul dengan karakter putranya sama dengan Doni.
“Itu tidak penting, terpenting adalah gimana caranya agar kita bisa memiliki usaha lain selain perusahaan milik Papa dan Mama,” sahut Darwin santai.
“Kapan kamu ke rumah Imelda lagi?” tanya Doni, pikiran aneh mulai menyerangnya.
“Untuk saat ini sepertinya aku tidak bisa pergi ke rumah Imelda. Malas banget ketemu sama bocah tetangga baru di komplek rumahnya,” sahut Darwin jelous.
“Bocah! Maksudnya apa?” tanya Jenni penasaran.
“Hemm! Aku jujur ini sama Papa dan Mama. Sebenarnya aku yang tidak pulang-pulang ke rumah aku menginap di rumah Imelda. Di sana aku mencoba merencanakan sesuatu demi bisa mendapatkan Imelda secara utuh, dan mau menuruti semua ucapanku. Sayangnya, setelah aku berhasil menjambak Imelda, dan baru saja hendak melanjutkan rencanaku, seorang bocah datang, membuat semua rencanaku gagal total,” sahut Darwin menjelaskan dengan penuh amarah.
“Rencana apa itu?” tanya Doni penasaran.
“Aku menaruh obat pera*ngsang di minumannya. Sudah hampir berhasil melakukannya, namun harus gagal karena bocah itu datang!”
Jenni berulang kali menarik nafas panjang. Benar-benar tak menyangka jika Putranya bisa memiliki rencana seburuk itu kepada sepupunya. Sejenak Jenni melirik ke Doni, terlihat dari nanar kedua bola mata suaminya itu seperti memendam gejolak hasrat.
Ya, meski Doni berusaha menutupi hasrat terpendam terlarang miliknya dari sang istri. Tetap saja Jenni mampu melihat dengan kedua matanya sendiri jika suaminya sudah lama menyimpan hasrat itu.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂
ayo semangaatt semangaatt up kembali kk
2023-04-18
0
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Kalau Putra sebaik itu ama Imelda
yg ada baper lah Imelda
Ry Benci Pakpol Mampir
2023-04-17
0