02. Perdebatan Bapak-bapak

Pukul 19:45 malam.

Beduk adzan isya berkumandang, Putra sudah terbiasa melaksanakan ibadah sholat dengan tepat waktu, kedua kakinya buru-buru melangkah menuju masjid berada di depan gang kompleks.

Selesai mengambil air wudhu, Putra memilih shaf paling depan. Shaf tadinya kosong perlahan terisi, begitu juga shaf wanita mendadak penuh sampai ke teras masjid. Semua keanehan janggal itu membuat semua mata bergidik ngeri.

Apa-apaan ini? Apakah dunia akan segera kiamat, mengingat banyak wanita tiba-tiba sholat di masjid ini. Ucapan itulah yang terpikir oleh pengurus masjid dan bapak-bapak dari luar kompleks tak pernah melihat wanita di kompleks tempat Putra tinggal itu sholat ke masjid.

Selesai sholat isya, Putra memutuskan untuk kembali pulang ke rumah, sebab ia sudah janji akan menemui Imelda, ingin menanyakan pekerjaan.

Baru saja ia selesai memakai sandal, dan ingin melangkah meninggalkan teras masjid, Putra sudah di keliling Riana, Maya, dan janda kompleks lainnya dengan seuntai senyum di bibir mereka berwarna-warni.

“Sholat juga?” tanya Maya berbasa-basi.

“I-iya, i-ibu-ibu juga sholat di sini?” Putra balik bertanya dengan gugup karena ia sedikit ngeri melihat senyuman para wanita di hadapannya itu.

“Oh, te-tentu,” sahut para wanita dengan serentak di selingi tawa.

“Kalau gitu, aku pamit duluan ya, bu,” pamit Putra mulai melangkah.

“Eh, tunggu. Kita bareng saja,” panggil Maya dan wanita lainnya sembari berlari kecil mengikuti Putra.

“Mari,” ajak Putra tanpa penolakan.

Melihat Putra dikerumuni janda-janda kaya raya, dan cantik-cantik, bapak-bapak dan anak muda melihatnya langsung mengumpat, ada juga menggigit peci miliknya sembari menatap kepergian Putra dan para janda

“Uhh…siapa sih, bocah itu?” keluh bapak dengan kepala botak.

“Ganggu aja itu bocah. Mana dia menang banyak dari kita di sini yang menunggu hal seperti itu,” sambung bapak lainnya.

“Sepertinya dia pemuda yang mengontrak di tempat Mama Inces,” sambung lainnya.

“Kita harus mengusir pemuda itu dari dalam kompleks janda-janda kita. Harus!” tegas bapak lainnya dengan semangat.

Saking semangat bapak-bapak dan pemuda di sana, sampai-sampai mereka tidak tahu jika para istri mereka sudah mendengus bagai banteng di belakang.

“BAPAK, ABANG, AYAH!” teriak para istri membuat bapak-bapak menoleh dengan ketakutan.

“I-ibu,” ucap bapak kepala botak.

“Dek, sudah lama?” tanya bapak rambut gondrong.

“Sudah! Oh..jadi abang dan lainnya sedang membicarakan para janda di kompleks sebelah?” tanya istrinya itu sembari menjewer daun telinga suaminya.

“Bu-bukan…”

“Alah, jangan banyak alasan kelen semua. Kalian pikir kalian aja yang bisa melirik ke janda-janda kompleks itu. Kami juga bisa, ada pemuda tampan seperti artis di sana. Jadi jangan macam-macam mata kelen!” ancam para istri dengan serentak.

“Ja-jangan dek, Ma, bu. Kami juga para suami tidak kalah tampannya dari bocah tadi,” ucap bapak-bapak ketakutan dengan serentak.

Perdebatan suami-istri itu masih berlangsung dengan panjang. Sementara itu di kompleks para janda berada. Putra masih di kelilingi para wanita-wanita pejuang hebat, untung saja Imelda segera keluar, memanggil Putra untuk masuk ke rumahnya.

Sementara itu para janda hanya bisa mendengus kesal melihat Imelda membawa mangsa mereka masuk ke dalam rumah, berduaan pula itu.

“Terimakasih ya bu, telah menolong ku,” terimakasih Putra setelah masuk ke dalam rumah Imelda.

“Biasa aja. Aku mau kasih tahu kamu, kalau tinggal di sini memang akan mendapatkan perlakuan seperti itu. Bukan karena semua janda itu genit. Tapi memang janda di komplek ini agak lain, maklum saja mungkin efek mereka yang lelah banting tulang mencari uang demi membesarkan dan menyekolahkan anak-anak mereka,” jelas Imelda sembari berjalan menuju ruang tamu diikuti Putra.

“Iya, aku juga tidak keberatan kok,” sahut Putra sembari tersenyum manis, membuat jantung Imelda berdegup kencang.

‘Pingin menjamahnya, melahap dan…ukh! Pasti rasanya manis, manis sekali!’ teriak histeris Imelda dalam hati.

Imelda memang terlihat tenang, pemalu dan baik. Tapi di balik sikap itu semua, Imelda menyembunyikan sikap aslinya, tomboy, memiliki nafsu tinggi. Namun, walaupun kriteria buruk itu di miliki Imelda, ia tetaplah seorang janda mampu menahan hasratnya.

“Bu, bu,” panggil Putra melambaikan tangannya, membuyarkan lamunan Imelda.

“Jangan pakek pengaman ya,” ceplos Imelda terbawa suasana pikirannya.

“Pengaman?” tanya Putra bingung.

Wajah Imelda langsung berubah seperti kepiting rebus, ia segera pamit ke dapur untuk mengambilkan minum untuk Putra.

Setelah di dapur, Imelda terus mengumpat kesal dengan dirinya sendiri.

“Bodoh, bodoh! Kenapa kamu terbawa suasana Imelda, ayo lah, tahan dirimu agar tidak berpikir jorok. Kamu harus ingat jika Putra itu adalah anak yang masih polos dan di bawah umur. Tahan, tahan,” gumam Imelda kesal akan dirinya sendiri.

Di ruang tamu.

Sambil menunggu Imelda mengambil minuman untuknya, Putra memutuskan untuk berkeliling ruang tamu, melihat-lihat gambar foto milik Imelda terpajang di sana.

Langkah kaki Putra terhenti di depan bingkai foto besar menempel di dinding ruang tamu, dahinya mengernyit menatap gambar seorang wanita bersama dengan pria berusia 55 tahun sedang duduk di kursi roda, wajahnya juga terlihat sakit-sakitan.

Pandangan Putra teralihkan saat mendengar suara Imelda tepat di sisi kirinya.

“Dia itu adalah Papaku, lelaki terhebat yang ada di muka bumi ini,” jelas Imelda tiba-tiba.

“Oh, aku kira suami ibu,” cetus Putra santai.

“Kejam sekali ucapanmu. Aku dan suamiku sudah lama pisah, dan mana mungkin juga aku mau memajang foto lelaki tak berguna itu di rumahku ini,” ucap Imelda serius.

“Oh!”

“Hanya ‘Oh’ aja, tidak ada pertanyaan lainnya untukku? Apa kamu tidak penasaran kenapa aku bisa berpisah dengan suamiku?”

“Tidak, itu bukan urusan ku!” sahut Putra tegas, ia pun kembali melangkah menuju sofa ruang tamu.

Bukannya marah karena sikap dingin Putra padanya, jantung Imelda malah semakin berdegup kencang. Kedua pipinya terus merona-rona, membuat Putra melihat wajah itu semakin bergidik ngeri.

‘Kenapa dengan ibu ini, ya? Apa dia sedang demam, atau kesurupan?’ batin Putra bertanya-tanya.

Penasaran kenapa wajah Imelda terus memerah seperti itu, Putra pun bangkit dari duduknya mendekati Imelda. Punggung tangan Putra perlahan mendekati dani Imelda saat dirinya sudah berdiri di hadapan Imelda.

Deg deg deg

‘A-ap-apaan ini, apakah Putra akan menciumku. Atau…atau…’

“Nggak demamnya, tapi kenapa wajah Ibu terlihat merona seperti itu?” tanya Putra menghentikan degupan jantung Imelda.

“Ehem, kamu pikir aku sakit?” tanya Imelda mencoba tegas. Meski hatinya saat ini tengah meronta-ronta untuk di dekati Putra.

“Syukurlah kalau tidak sakit. Oh ya, gimana soal pekerjaan yang ibu tawarkan tadi siang?” tanya Putra kembali ke topik pembahasan.

“Oh, iya ada. Tapi apa kamu mau menjadi sekretaris pribadiku?” sahut Imelda balik bertanya.

“Sekretaris! Bukanya posisi itu hanya akan di dapatkan oleh orang-orang yang tamat di bidang tertentu, dan juga memiliki IQ tinggi?” cetus Putra.

“Sekretarisku sedang hamil besar, ia pun sudah berhenti bekerja karena ingin fokus menjaga anaknya. Kalau soal tentang ke pintaran dan lain sebagainya, itu urusan belakangan. Yang terpenting bagiku saat ini gimana dengan kamu, mau atau tidak bekerja denganku?”

“Mau, aku mau. Bekerja apa saja aku pun mau asal mendapatkan uang halal,” sahut Putra dengan cepat.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Raysonic Lans™

Raysonic Lans™

horas bahhhh

2023-05-31

1

~~N..M~~~

~~N..M~~~

Jelalatan itu matanya bu, marahi aja. 😂

2023-04-10

0

~~N..M~~~

~~N..M~~~

Kalaj cepat sama yang muda

2023-04-10

0

lihat semua
Episodes
1 01. Perdebatan Para Janda
2 02. Perdebatan Bapak-bapak
3 03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4 04. Minta Foto
5 05. Makan Bersama Para Wanita
6 06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7 Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8 Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9 09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10 10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11 11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12 12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13 13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14 14. Ciuman Perpisahan Kita
15 15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16 16. 80% Janji, 20% Hasrat
17 17. Merencanakan Untuk Sakit
18 18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19 19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20 20. GAGAL BERDUAAN
21 21. Hasutan Maya
22 22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23 23. Ada Semut di Bibir
24 24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25 25. Darwin datang Untuk melamar
26 26. Kalung Emas Untuk Imelda
27 27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28 28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29 29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30 30. Pilihlah
31 31. Para wanita menangis
32 32. Tak perlu bersedih
33 33. GALAU
34 34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35 35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36 36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37 37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38 38. Putra Menghentikan Ciuman
39 39.
40 40. Mami nggak Marah, kan?
41 41. Kehebohan Maya dan Rihana
42 42. Mengatur
43 43. Bingung Melihat sikap wanita
44 44. Linda Janda Bohay
45 45.
46 46.
47 47. MELAMARMU
48 48. Apa kamu puas?
49 49. Janda Baru
50 50. Kedua orang Asing
51 51. Di tengah-tengah Kemesraan
52 52. Pelaku Misterius dan Siti
53 53. Di Buntuti
54 54. Tak Tahan Di tindas
55 55. Ternyata Mimi
56 56. Dynamic
57 57. Sandera Bohongan
58 58. Sepucuk Surat Dari Doni
59 59. Tertangkap
60 60.
Episodes

Updated 60 Episodes

1
01. Perdebatan Para Janda
2
02. Perdebatan Bapak-bapak
3
03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4
04. Minta Foto
5
05. Makan Bersama Para Wanita
6
06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7
Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8
Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9
09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10
10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11
11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12
12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13
13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14
14. Ciuman Perpisahan Kita
15
15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16
16. 80% Janji, 20% Hasrat
17
17. Merencanakan Untuk Sakit
18
18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19
19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20
20. GAGAL BERDUAAN
21
21. Hasutan Maya
22
22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23
23. Ada Semut di Bibir
24
24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25
25. Darwin datang Untuk melamar
26
26. Kalung Emas Untuk Imelda
27
27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28
28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29
29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30
30. Pilihlah
31
31. Para wanita menangis
32
32. Tak perlu bersedih
33
33. GALAU
34
34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35
35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36
36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37
37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38
38. Putra Menghentikan Ciuman
39
39.
40
40. Mami nggak Marah, kan?
41
41. Kehebohan Maya dan Rihana
42
42. Mengatur
43
43. Bingung Melihat sikap wanita
44
44. Linda Janda Bohay
45
45.
46
46.
47
47. MELAMARMU
48
48. Apa kamu puas?
49
49. Janda Baru
50
50. Kedua orang Asing
51
51. Di tengah-tengah Kemesraan
52
52. Pelaku Misterius dan Siti
53
53. Di Buntuti
54
54. Tak Tahan Di tindas
55
55. Ternyata Mimi
56
56. Dynamic
57
57. Sandera Bohongan
58
58. Sepucuk Surat Dari Doni
59
59. Tertangkap
60
60.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!