Putra akhirnya benar-benar tidur di rumah Imelda. Pagi ini, seperti biasa setelah selesai mandi dan sholat subuh, Putra membuat sarapan untuk dirinya sendiri. Tapi karena ia menginap di rumah Imelda, ia membuatkan sarapan untuk Imelda juga.
Pukul 07:30, sarapan nasi goreng hangat tersaji di atas meja. Tidak seperti biasanya, Imelda masih belum bangun, dan itu membuat Putra bingung.
Haruskah ia pulang meninggalkan Imelda setelah selesai sarapan. Apakah ia mengecek keadaan Imelda terlebih dahulu lalu pergi meninggalkan Imelda?
Selama 10 menit Putra menatap ke lantai 2, kamar Imelda. Namun, tak juga mendapatkan tanda-tanda akan bangunnya Imelda. Gelisah dengan hatinya sendiri, Putra mulai melangkahkan kedua kakinya menaiki anak tangga menuju lantai 2, kamar Imelda.
Begitu sampai di kamar Imelda, Putra mengernyitkan dahinya melihat tubuh Imelda masih berbalut selimut lembut.
“Imelda, bangun!” ucap Putra setelah berdiri di samping ranjang.
Bukannya mendengar sebuah jawaban dari bibir Imelda, Putra malah mendengar suara rintihan manja seperti gadis kecil rindu mengadu kepada Papa nya.
“Pa, Imel takut Pa. Imel takut tinggal sendirian di rumah ini, Imel juga takut akan keluar dari rumah ini. Darwin, Imel tidak menyangka kalau Darwin mempunyai niat buruk untuk Imel. Imel salah apa padanya, Imel benar-benar takut, Pa,” rintihan Imelda, tubuhnya bergetar ketakutan.
Putra mengernyitkan dahinya, berulang kali ia menarik nafas panjang, berfikir harus berbuat apa untuk bisa membuat Imelda tenang. Untuk memastikan apakah suhu tubuh Imelda baik-baik saja, Putra mulai mendekatkan punggung tangannya ke dahi Imelda. Baru saja menyentuh kulit, Putra langsung menarik kembali punggung tangannya dari dahi Imelda.
“Panas sekali,” gumam Putra merasakan kulit dahi Imelda panas seperti bara api.
Putra bergerak cepat keluar dari dalam kamar untuk mengambil kotak obat dan baskom kecil berisi air hangat untuk mengompres dahi Imelda, agar demamnya turun.
“Imelda, apa kamu bisa mendengar ku?” tanya Putra setelah duduk di tepian ranjang.
Perlahan kelopak mata Imelda terbuka, mata sayu itu memandang lekat wajah cemas Putra terlihat buram.
“Ka-kamu…uhuk, uhuk!”
“Su-sudah jangan bergerak dan banyak bicara lagi. Hari ini kamu cukup diam di tempat tidur, dan biarkan aku merawat mu,” sela Putra.
Imelda hanya mengangguk, kembali memejamkan kedua matanya.
Putra pun mulai mengompres dahi Imelda dengan handuk hangat, ia juga memasakkan bubur sup iga sapi untuk Imelda.
1 jam selesai ini dan itu, Putra kembali ke kamar Imelda dengan membawa teh hangat, dan bubur sup iga sapi buatannya.
“Imelda, bangun. Aku sudah membuatkan bubur sup iga sapi untuk menambah staminamu,” panggil Putra menggoyangkan tubuh Imelda.
Dengan di bantu Putra, Imelda perlahan bangkit dari tidurnya, menyandarkan tubuh lemahnya di kepala ranjang.
“Kamu harus makan dan minum obat terlebih dahulu sebelum kembali beristirahat,” ucap Putra sembari menyuapkan bubur sup iga sapi ke dalam mulut Imelda.
“Aku tidak menyangka jika kamu bisa sebaik ini padaku,” gumam Imelda sambil mengunyah bubur di dalam mulutnya.
Putra terdiam sejenak, memandang wajah pucat Imelda masih melahap bubur.
‘Benar juga. Baru kali ini aku perduli dan mau mengurus seorang wanita. Ada apa dengan diriku ini, ya?’ gumam Putra bertanya dalam hati, tangan kembali menyuapkan bubur ke dalam mulut Imelda.
30 menit berlalu. Putra telah selesai membantu Imelda makan dan minum obat. Putra akhirnya pamit sejenak untuk mengganti pakaian miliknya. Meski sudah mandi, tetap saja pakaian semalam terasa tidak nyaman.
Setelah mendapatkan izin, Putra keluar dari rumah Imelda dengan raut wajah bingung mengingat sifatnya terlihat begitu berbeda dari biasanya.
“Akh, kenapa aku seperti pacarnya saja,” gumam Putra terus melangkah menuju rumahnya.
Langkah Putra terhenti saat Maya Rihana, dan 8 janda lainnya tiba-tiba berkumpul di teras rumahnya.
“Ada apa ini?” tanya Putra melangkahkan kaki kanannya naik ke teras rumah.
“Kenapa bisa kamu tidur di rumah janda hiper itu?” tanya Maya menyelidik.
“Imelda saat ini sedang demam tinggi. Karena tidak memiliki saudara, jadi aku memutuskan untuk merawatnya,” sahut Putra tenang, tangannya membuka kunci pintu rumah.
“Yakin?” tanya Rihana tak percaya.
“Kalian lihat!” ucap Putra mendekatkan tubuhnya di hadapan Maya, Rihana dan lainnya.
Tanpa basa-basi, Maya langsung mengendus jenjang leher Putra, lalu menerawang jenjang leher Putra tanpa meninggalkan seinchi pun. Bukannya mendapatkan apa yang ia pikirkan, Rihana dan 8 janda lainnya langsung bergerak cepat untuk menarik Maya menjauh dari Putra agar tidak terjadi hal aneh sesuai dengan pikiran Maya.
“Maya!” tegur Rihana sembari menarik Maya menjauh dari Putra.
“Apaan sih, ganggu aja kalian semua,” gerutu Maya.
“Jangan kau pikir kau aja yang menginginkan hal itu. Aku juga!” bisik Rihana ingin ikutan mengendus aroma tubuh Putra.
“Ada hal lainnya lagi atau tidak yang harus aku tunjukkan?” tanya Putra karena ia ingin segera masuk dan mandi untuk kedua kalinya.
“Ti-tidak ada, kamu silahkan masuk,” sahut Maya mempersilahkan Putra masuk.
Putra langsung masuk ke dalam rumahnya, tak lupa mengunci pintu rumah agar tidak bisa seorang pun menerobos masuk ke dalam rumahnya.
Setelah kepergian Putra.
Rihana, Maya, dan 8 janda lainnya berjalan menjauh dari halaman rumah Putra. Mengingat Imelda jatuh sakit dan di rawat oleh Putra. Maya, Rihana dan 8 janda lainnya memiliki ide cemerlang agar bisa bersama dengan Putra, dan merasakan perawatan dari kedua tangan kekar Putra.
“Yang benar aja jika janda hiper itu bisa melakukan trik selicik ini, kenapa kita tidak bisa!” cetus Maya tak suka.
“Kalau gitu kita jangan mau kalah sama dia. Kenapa janda satu itu bisa berhasil sakit, dan kenapa kita tidak!”
“Benar, gimana kalau kita berkerjasama untuk membuat diri kita sendiri jatuh sakit, agar Putra bisa merawat kita,” usul Rihana.
“Caranya gimana?” tanya wanita memakai baju kaftan hitam.
“Gimana kalau kita boking bapak-bapak tukang es krim, dan tukang bakso keliling. Makan pedas, di tambah minum es, supaya suhu tubuh kita naik,” usul wanita dengan rambut berwarna merah menyala.
“Nggak ah! Janda merah aja yang melakukan hal itu, aku mah, ogah. Entar tubuh langsing dan seksi ku bisa-bisa berubah menjadi gendut, bergelambir. Iiiiiiihhh, membayangkannya saja sudah takut.”
“Gini aja, gimana kalau rencana itu kita lakukan sendiri-sendiri sesuai dengan kemauan kita. Setelah berhasil, kalian bisa menghubungi Putra untuk memintanya merawat kita,” usul Maya.
“Benar, kebetulan sekali aku sudah memiliki nomor kontaknya,” sahut Rihana setuju.
“Bagi yang belum mendapatkan kontak nomor Putra, maka aku akan memberikannya untuk kalian. Aku kirim melalui wa,” ucap Maya serius.
Di tengah sibuknya Maya, Rihana, dan 8 janda lainnya minta nomor ponsel milik Putra. Putra malah keluar dengan baju kaos berwarna hitam, dan celana pendek sobek-sobek. Membuat aura tubuh Putra terpancar silau di mata Maya, Rihana, dan 8 janda lainnya.
“Tampan sekali,” gumam Maya, Rihana dan 8 janda lainnya dengan sorot mata terus mengikuti langkah kaki Putra menuju rumah Imelda.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Kalau Mereka sakit Putra gk bkl ngurusin
Ry Benci Pakpol mampir
2023-04-16
0