Keesokan paginya, pukul 07:30 pagi. Putra berdiri dengan pakaian rapih di depan gerbang rumah Imelda, berhubung tak memiliki kendaraan dan tak tahu arah jalan menuju perusahaan milik Imelda, Imelda menawarkan jasa selama 1 bulan untuk pergi bareng dirinya.
Melihat Putra terus menunggu, Maya hendak menuju kantornya menghampiri Putra.
“Mau kemana dek?” tanya Maya menghentikan laju mobilnya di samping Putra.
“Mau kerja, bu,” sahut Putra ramah.
“Oh, sudah dapat pekerjaan. Aku kira belum, kalau belum dapat rencananya aku ingin menyuruh adek kerja menjadi supir pribadiku,” ucap Maya di selingi tawa candaan.
“Saat ini aku kerja di perusahaan milik Bu Imelda,” sahut Putra menjelaskan tempat ia bekerja.
“Eh, tempat janda kuat itu? iiiss, hati-hatilah kau dek kerja sama dia. Dia itu adalah janda yang memiliki nafsu tinggi. Kau tahu, dia itu pisah sama lakik nya gara-gara dia itu hiperseks. Awas kau, nanti di gas nya pula!” fitnah Maya jujur.
“Oh, terimakasih atas perhatian Ibu. Mulai sekarang aku akan hati-hati,” sahut Putra dengan santainya tanpa memikirkan hal buruk akan terjadi padanya.
Tak lama pintu gerbang terbuka, terlihat Imelda berdiri dengan pakaian rapih.
“Aku dengar ucapan kamu loh jeng,” cetus Imelda tak suka.
“Ya, terus kenapa? Emang iya ‘kan kamu pisah gara-gara kamu itu hiperseks. Aku cuman mau kasih tahu sama brondong ini aja biar dia tidak di perkosa olehmu!” jelas Maya tak tanggung-tanggung.
Imelda terdiam, wajah memerah menahan malu.
“A-aku tahu batasan kok jeng. Lagian Putra ini masih kecil,” sahut Imelda pelan.
“Ih…umurnya yang kecil, kamu lihat postur tubuhnya. Uauw! Aku saja memikirkan hal itu bisa panas dingin sendiri, apa lagi kamu yang akan selalu bersama. Bisa-bisa kamu…” ucapan Maya terputus saat Putra mulai merasa risih mendengar percakapan dewasa itu.
“Mohon maaf bu, aku yakin kalau bu Imelda tidak akan melakukan hal itu kepadaku. Waktu juga terus berjalan saat ini, sebaiknya kita sudahi saja percakapan ini. Sampai jumpa nanti sore,” sela Putra datar mengakhiri perdebatan.
“Ya ampun, sudah gagah, tampan, tutur katanya lemah lembut lagi. Baiklah brondong kekar yang tampan. Aku akan pergi ke kantor, pulang nanti aku akan belikan oleh-oleh untuk kamu. Daaa!”
“Hem,” angguk Putra membuat Maya berdebar.
Maya pun melajukan mobilnya menuju kantor miliknya.
“Maaf ya, pagi-pagi sudah mendapatkan aib tentangku. Apa kamu masih tetap ingin bekerja di perusahaan ku?” tanya Imelda ingin mengetahui keyakinan Putra setelah mendengar aibnya di bongkar oleh Maya.
“Ibu tenang aja, aku tidak masalah kok dengan masa lalu ibu. Yang terpenting bagiku sekarang adalah bekerja di tempat yang halal agar aku bisa lebih mandiri dan membeli rumah di sini,” sahut Putra membuat hati Imelda tenang.
“Amin. Aku yakin tujuan kamu pasti akan segera terwujud,” amin Imelda untuk Putra.
“Amin, terimakasih atas doanya, bu,” sahut Putra ikut mengaminkan.
“Eih, jangan panggil aku ibu dong, panggil saja Imel atau Imelda,” protes Imelda merasa dirinya tua jika di panggil Ibu oleh Putra.
“Tapi…”
“Sekarang aku ini atasan kamu, loh. Mau membantah?” ancam Imelda sembari melotot.
“Iya deh, maafkan aku bu…eh, Imelda,” ucap Putra patuh.
“Sudah waktunya kita berangkat. Mari masuk,” ajak Imelda sambil membuka pintu mobil penumpang bagian kursi kemudi untuk Putra.
“Gimana kalau aku saja yang bawa mobil,” usul Putra sopan.
“Emang kamu bisa?” tanya Imelda tak percaya.
“Bisa, dulu aku di Desa suka membawa jetor, dan mobil pick up untuk mengantarkan bahan panen ke pasar,” sahut Putra menjelaskan singkat.
“Hem, baiklah. Kalau gitu aku tidak perlu capek-capek lagi menyetir. Gimana kalau kamu sekalian jadi supir pribadiku. Tentang gaji kamu tenang saja, bakal aku tambahi kok,” tawar Imelda.
“Serius? Aku mau!” angguk Putra senang mendapatkan double job.
“Kalau gitu mari kita jalan sebelum kemacetan yang memusingkan di kota Medan akan membuat emosi kita naik turun,” ajak Imelda sambil melangkah masuk ke dalam mobil.
Dengan hati-hati Putra mulai melajukan mobil menuju perusahaan milik Imelda. Perusahaan milik Imelda bukanlah Perusahaan besar, ia hanya memiliki perusahaan di bagian jenis percetakan. Namun sudah cukup terkenal. Perusahaan turun-temurun milik mendiang Papanya.
Karena pagi ini kota Medan sangat macet, Putra dan Imelda akhirnya menghabiskan waktu selama kurang lebih 2 jam agar bisa sampai ke Perusahaan miliknya.
Sesampainya di Perusahaan, Putra dan Imelda berjalan dengan beriringan masuk ke dalam Perusahaan.
Karena postur tubuh Putra, paras tampan, hidung mancung bak orang luar, rahang tegas, bola mata hitam lekat, alis tebal terukir rapih, rambut hitam dan halus, membuat semua karyawan tak berkedip memandangnya.
“Pagi semua!” sapa Imelda menghentikan langkahnya di depan meja karyawannya.
“Pagi,” sahut para karyawan datar, sorot mata masih terus memandangi Putra berada di sampingnya.
“Perkenalkan ini adalah Sekrestaris baru kita di sini. Namanya Sanjaya Putra, panggilannya Putra, umurnya masih 18 tahun. Jadi, aku minta kalian bisa bersikap ramah dan bimbing ia bekerja di sini, ya,” jelas Imelda kepada para karyawannya.
Mendengar Putra masih berumur 18 tahun, semua karyawan saling memandang satu sama lain. Keributan membahas Putra pun mulai terdengar hingga keributan itu di hentikan oleh teriakan Imelda.
“STOP!” teriak Imelda degan suara lembutnya.
“Bu, apa benar sekrestaris baru kita berusia 18 tahun?” tanya karyawan wanita berkuncir 1.
“Benar,” sahut Imelda mengangguk.
“Coba tanyakan pada Sekrestaris baru kita, apakah ia sudah memiliki pacar. Kalau belum, boleh tidak saya mendaftarkan diri sebagai pacarnya, bu?” tanya karyawan lainnya.
Imelda menggeleng sembari tersenyum tipis.
“Mohon maaf, aku di sini hanya ingin bekerja dan menjadi orang yang sukses. Untuk umur muda sepertiku tidaklah pantas memikirkan pasangan. Aku hanya ingin fokus cari uang dulu agar bisa mengenyangkan perut pasanganku suatu hari jika aku sudah memiliki dompet tebal,” sambung Putra menjelaskan, membuat karyawan wanita semakin kepincut.
Sorakan suara hati para wanita pun akhirnya mulai terdengar untuk Putra.
“Wah, kalau gitu aku mau mendaftarkan diri.”
“Aku juga, tolong buat nama ku di daftar wanitamu jika kamu sudah sukses.”
“Tidak usah terlalu bekerja keras, aku juga bisa membiayai kehidupan kamu!”
Sejenak Imelda hanya menggeleng, lalu ia kembali berteriak untuk menenangkan keributan di antara karyawan wanita.
“STOP! Kalian ini kalau jumpa sama cowok tampan sudah langsung meriang seperti ulat bulu. Kalau kalian ingin terpilih sebagai kekasih Putra, maka buatlah diri kalian sebagai wanita yang pantas untuk di rebut, dan satu lagi, kalian harus semangat bekerja, karena sebentar lagi akan memasuki bulan puasa,” motivasi Imelda untuk karyawannya.
“Siap! Kami semua akan berusaha bekerja sekeras mungkin. Kami juga akan berusaha menunjukkan kepada Putra jika kami adalah wanita setengah tua yang pantas untuk menjadi kekasihnya,” sahut serentak karyawan wanita.
“Kalau gitu silahkan bekerja kembali, aku mau ke atas dulu,” pamit Imelda sembari menggenggam pergelangan tangan Putra, membawanya menuju lantai 3.
Di tengah-tengah keributan karyawan wanita ingin memikat hati Putra, di situ pula karyawan laki-laki mulai menaruh dendam untuk Putra.
.
.
.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Denry Deny
enaknya jadi cowok tampan
2023-04-09
0
Uli Ulina
memang ya cinta dan dendam tak perlu alasan yang kuat untuk muncul🤔
2023-04-06
2
tina yusuf
putra cuekin aja bu maya
2023-04-03
1