Putra menghentikan larinya di dalam rumahnya dengan tangan masih menggenggam pergelangan tangan Imelda.
“Hosh, hosh, hosh!” lelah Putra sembari membungkukkan tubuhnya, menyeka kasar keringat bercucuran di dahinya.
“Putra,” panggil Imelda mengejutkan Putra.
“HAAAA!” teriak Putra terkejut. “Ka-kamu kenapa bisa ada di rumahku?” tanya Putra bingung.
“Tapi kamu tadi yang membawaku ikut berlari bersamamu,” sahut Imelda dengan nada rendah, menahan debaran jantung tak karuan saat melihat peluh bercucuran melewati jakun Putra.
“Ya ampun. Kalau gitu aku minta maaf,” maaf Putra sedikit menundukkan kepalanya.
“Iya. Hem, sekarang aku boleh keluar?” tanya Imelda.
“Tunggu dulu,” tahan Putra, ia mengintip dari balik kain gorden ruang tamu. Bola matanya membulat sempurna saat melihat Mayang, Rihana, dan 5 janda lainnya sudah berdiri di depan teras rumah miliknya. Ada 3 orang janda juga mengintip dari kaca jendela luar.
“Kenapa ramai seka…” ucapan Imelda terhenti saat Putra dengan cepat membungkam bibirnya, menarik tubuh Imelda, dan memeluknya dari belakang dengan tangan masih membungkam.
“Diamlah, mereka masih di luar,” bisik Putra tak sengaja hembusan nafasnya menusuk masuk ke telinga Imelda.
Deg deg deg!
Ritme detak jantung Imelda berpacu sangat cepat. Apa lagi saat ini tubuhnya sangat menempel dengan tubuh Putra. Bokong miliknya juga menempel ke rudal masih tertidur namun tetap terasa kokohnya.
‘Sangat dekat, padahal kami baru saja selesai melakukan ibadah. Tapi kenapa harus ada adegan seperti ini. INGIN KHILAF AKU RASANYA!’ teriak Imelda dari dalam hatinya.
“Syukurlah mereka sudah pergi,” hela Putra melepaskan Imelda. Namun, Imelda masih terdiam dalam pikirannya.
‘Andai saja Putra sudah berumur 20 tahun, sudah menjadi pria dewasa, mungkin dia akan…’ gumaman dalam hati Imelda terhenti saat Putra mengulurkan air putih dingin kepada Imelda.
“Minumlah air dingin ini agar dahaga di tenggorokanmu bisa hilang,” ucap Putra mengulurkan segelas air mineral dingin.
Imelda tidak menjawab atau menerima gelas berisi air mineral dingin dari tangan Putra. Imelda masih terus memandang wajah tampan Putra, hingga wajah Imelda berubah menjadi kepiting rebus.
Byur!
Dengan santainya Putra menyiramkan air dingin ke wajah Imelda, berharap wajah merah seperti kepiting rebus bisa mereda.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Putra setelah wajah Imelda kembali normal.
“Ke-kenapa kamu menyiram wajahku?” Imelda balik bertanya dengan wajah hingga ke baju bagian depan basah.
“Itu, habisnya aku melihat wajah kamu sangat memerah. A-aku bingung harus melakukan apa, jadi aku putuskan untuk menyiramkan air minum itu saja,” sahut Putra pelan.
“NGGAK PEKA!” teriak Imelda, lalu ia membuka pintu rumah Putra, pergi dengan langkah besar.
“Eh, kenapa aku di bilang nggak peka?” gumam Putra bingung.
Imelda terus berlari menuju rumahnya berada di depan rumah Putra. Sesampainya di rumah, Imelda di sambut oleh Darwin.
“Loh, kenapa dengan wajah dan baju kamu?” tanya Darwin penasaran melihat wajah dan baju Imelda basah.
“Tidak kenapa-kenapa,” sahut Imelda ketus, sembari terus melangkah menuju kamar miliknya di lantai 2.
“Pasti ulah bocah tengik itu,” gumam Darwin menebak-nebak.
Tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menjadikan Imelda seperti ia inginkan. Darwin pergi ke dapur, membuatkan segelas minuman dingin untuk Imelda.
Cssst!
Satu kapsul dalam genggaman Darwin terjatuh ke dalam minuman segar buatan miliknya. Darwin mengaduk minuman tersebut sembari berkata.
“Kata siapa sepupu jauh tidak bisa menikah. Malam ini akan aku buktikan Imelda akan menjadi milikku selamanya. Tidak perduli dia itu janda ataupun gadis, yang terpenting bagiku adalah bisa menikmati setiap lekukkan bagus di tubuhnya,” gumam Darwin dengan niat jahatnya.
Selesai mengaduk minuman untuk Imelda, Darwin membawa minuman itu menuju kamar Imelda.
Tok tok!
“Apakah aku boleh masuk?” tanya Darwin sambil mengetuk pintu kamar Imelda.
“Iy, masuk saja,” sahut Imelda dari dalam.
Darwin perlahan mendorong handle pintu, bola matanya membulat sempurna saat melihat Imelda sudah mengganti bajunya dengan baju piyama tidur terbuat dari kain sutra.
“Apa itu?” tanya Imelda mendekati Darwin masih berdiri di depan pintu kamar.
“Aku sengaja membuat minuman ini untuk menambah stamina mu yang hilang,” sahut Darwin tak lupa memberikan senyuman manisnya di wajah polosnya.
“Terimakasih,” sahut Imelda mengambil gelas minuman, dan meneguknya hingga kandas.
‘Bagus, dalam waktu 10 menit kamu akan merasakan hawa panas yang akan membuat kita menjadi satu,’ gumam Darwin dalam hati.
“Enak juga,” puji Imelda memberikan gelas kosong kepada Darwin.
“Terimakasih atas pujiannya. Kalau begitu aku pamit,” pamit Darwin sudah beranjak pergi dari kamar Imelda.
Sesaat Darwin pergi, tubuh Imelda merasakan gejolak membara cukup ia kenal. Panas di dada hampir menyerang seluruh bagian tubuhnya. Tidak ingin terjadi hal buruk menimpa dirinya, Imelda segera mengambil ponsel miliknya, menelepon Putra untuk meminta bantuan.
Tuuutt tuuutt!
“Ayo dong, aku mohon angkat Putra,” gumam Imelda dengan tubuh mulai gelisah.
Berulang kali Imelda menelepon Putra, namun Putra tak kunjung mengangkat panggilan teleponnya. Mendengar suara langkah kaki Darwin seperti mendekati pintu kamar miliknya. Imelda langsung mengirim pesan wa kepada Putra.
Cklek!
Benar saja, Darwin membuka pintu dan masuk ke dalam kamar Imelda.
“I-ini pasti ulah kamu!” tuduh Imelda langsung, kedua kakinya berjalan mundur mendekati sudut ruangan.
“Iya, kenapa?” sahut Darwin balik bertanya, kedua kaki terus melangkah mendekati Imelda.
“Kenapa kamu lakukan ini kepadaku?”
“Karena aku ingin memilikimu,” sahut Darwin sambil menghentikan langkah kakinya di hadapan Imelda.
“Kita ini sepupuan, gimana bisa kamu punya pikiran seburuk ini…akh!”
“Sepertinya efek obat mulai bereaksi,” bisik Darwin membuat Imelda semakin gelisah.
Karena tubuh sudah di pengaruhi obat jahat, Imelda mengalungkan kedua tangannya ke leher Darwin, memepetkan tubuhnya ke Darwin.
“Oh, ternyata seperti ini efek obat dahsyat itu. Baiklah tanpa menunggu waktu lama lagi, aku akan membantu kamu menyelesai tuntas masalah yang kamu miliki. Tapi, tak lupa sebuah bukti rekaman sebagai tanda jadi kita agar kamu tidak kabur,” cetus Darwin mulai membuka handycam sudah ia sediakan di laci lemari rias Imelda, dan meletakkannya di atas meja rias agar bisa merekam secara menyeluruh.
“Tega kamu…akh! Kenapa rasa ini sungguh menyiksa,” gumam Imelda berkeringat dingin.
“Aku akan bantu kamu untuk naik ke atas ranjang,” bisik Darwin, ia pun menggendong Imelda lalu merebahkannya.
Begitu sampai di ranjang Imelda spontan menciumi Darwin terlebih dulu, dan itulah yang di inginkan oleh Darwin. Detik selanjutnya Darwin membalasnya, hingga saling melucuti baju masing-masing. Baru saja ingin melepaskan puncaknya, Darwin di kejutkan dengan suara Putra.
Prok prok!
Putra memberi tepuk tangan dengan wajah datar sembari memegang handycam, merekam dengan sangat dekat.
“OOoooh! Baru tahu aku kalau ingin melakukan hubungan intim harus seperti ini dulu,” cetus Putra dengan wajah santainya, sorot mata fokus ke layar handycam, merekam wajah Darwin.
“Kenapa kamu bisa berada di sini? Siapa yang menyuruh kamu masuk tanpa izin?” tanya Darwin, ia pun turun dari tubuh Imelda.
“Sebab aku di undang untuk menonton siaran langsung yang akan kamu lakukan kepada Imelda,” sahut Putra dengan santainya, mengarahkan handycam ke bawah, titik tempur Darwin.
“Berikan handycam itu!” pinta Darwin mencoba meraih camera dari tangan Putra. namun, Putra dengan cepat mengelak hingga tidak ketangkap.
“Loh, kenapa kamu fokus ke kamera yang aku pegang. Sudah cepat sana lakukan, aku ingin melihat pisang kapok milikmu itu bermain di sana,” perintah Putra, tangan tegapnya dengan kuat mendorong tubuh Darwin hingga tersungkur ke ranjang.
“KAU!” geram Darwin langsung berdiri dengan kedua tangan di kepal.
“Apa? Nggak suka?” tantang Putra tidak takut.
“Rasakan ini!”
Kepalan tinju hendak melayang ke wajah Putra, namun Putra dengan cepat mencekal lengan Darwin, lalu memelintir lengannya.
“Berani sekali kamu menyentuh Imelda,” gumam Putra menahan amarahnya.
“Kenapa? Apa kau menyukainya?”
Putra tidak menjawab, ia hanya memukul tengkuk Darwin hingga pingsan.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Untung aja ada Putra
Ry Benci Pakpol Mampir
2023-04-14
0