Putra tidak menjawab pertanyaan Darwin, sorot matanya fokus ke Imelda terlihat begitu gelisah karena efek obat masih merasuki tubuhnya.
“Katakan penawarnya padaku!” pinta Putra tenang, meski saat ini tangannya ingin sekali melayangkan bogem mentah ke wajah Darwin.
“Penawar satu-satunya hanya melakukan hubungan itu. Kalau kamu tidak ingin Imelda tersiksa, maka biarkan aku lanjutkan permainan ini,” sahut Darwin dengan wajah bengisnya.
“Ck,” decak Putra, kedua kakinya melangkah mendekati ranjang, tangannya menarik selimut tebal, lalu membungkus tubuh polos Imelda dengan selimut hangat.
“Hei, kenapa kamu membungkusnya seperti itu?” tanya Darwin tidak senang.
“Aku akan membawanya pulang ke rumah,” ucap Putra dengan wajah datarnya, kedua tangan menggendong tubuh polos Imelda berbalut selimut.
“Pu-Putra, a-aku tidak tahan lagi, rasanya sangat mengusikku,” keluh Imelda.
“Tenanglah, aku akan mencari cara untuk menetralkan efek obat itu dari tubuhmu,” ucap Putra datar.
Tidak senang mendengar ucapan Putra ingin membawa Imelda pergi bersamanya, dan rencananya untuk menjadikan Imelda sebagai budaknya gagal. Darwin meraih laci bopet, mengeluarkan pisau lipat, menodongkannya ke jenjang leher Putra.
“Letakkan tubuh Imelda kembali, dan kau segera pergi dari rumah ini. Jika kau masih bersikeras untuk membawanya pergi bersamamu, maka aku pastikan jenjang leher yang gagah ini akan mengeluarkan darah segar!” ancam Darwin mulai menusukkan ujung pisaunya, sehingga setetes darah membasahi ujung pisau.
Putra memicing matanya, segaris senyum tercetak di wajah garangnya.
“Silahkan lakukan apa saja yang kamu inginkan. Tapi…” mendekatkan wajahnya ke wajah Darwin. Nanar mata saling bertemu. “Tapi, akan ku pastikan bisnis yang sedang di tangani oleh kedua orang tuamu di ambang ke hancuran setelah video kejahatan putra kesayangan mereka melakukan hal tak senonoh seperti ini…”
“KAU!”
“Kenapa? Aku tinggal tekan tombol rekaman ini untuk menyebar luaskan perbuatanmu. Baiklah, aku akan kasih kamu 2 pilihan, keluar dari rumah ini dengan berlari, atau berlari dari rumah ini!” ancam Putra dengan tenang.
Prang tang!
Darwin menjatuhkan pisau ke lantai sembari berlari meninggalkan kamar, dan rumah Imelda.
Tak tahan dengan efek obat, Imelda menangkup wajah Putra, mencium bibir Putra dengan rakus. Putra terdiam, bola matanya membulat sempurna mendapat serangan mendadak seperti ini dari Imelda.
‘Ci-ciuman pertamaku di rebut oleh wanita ini! ma-mana sangat rakus dan membuat sesuatu yang aneh berputar di kepalaku. Tidak! Aku tidak akan membiarkan hal lebih terjadi padaku. Aku harus melepaskan….’ Gumaman batin Putra terhenti saat Imelda mendorong tubuh Putra hingga jatuh ke atas ranjang saling bertumpuk.
“Imelda, apa yang akan kau lakukan padaku?” tanya Putra mulai panik saat tangan kecil itu mulai merayap ke bagian sensitive.
“A-aku sudah tidak tahan lagi, bantu aku!” sahut Imelda gemetar menahan gejolak semakin naik.
“TIDAK!” teriak Putra menolak keras, tubuhnya spontan menggendong Imelda, membawanya masuk ke dalam kamar mandi, meletakkannya tubuh mungil itu perlahan di dalam bathub.
“Putra, apa kamu ingin kita main di dalam kamar mandi?” tanya Imelda, keringat mulai bercucuran membasahi seluruh tubuh polosnya.
“Maaf!” tegas Putra, tangannya memutar kran air hangat sehingga bathub terisi air hangat.
“Ke-kenapa kamu merendam tubuhku seperti ini? a-aku hanya membutuhkan…” ucapan Imelda terhenti saat Putra membelakangi Imelda.
“Maaf, aku bener-benar tidak bisa membantumu untuk melakukan hal itu. Meskipun saat ini kamu seorang janda, aku akan tetap menghormati kesucian milikmu. Rawatlah dirimu sendiri, aku yakin kamu bisa melakukannya sendiri tanpa menambah dosa baru. Aku tunggu kamu di luar!” jelas Putra menolak keras.
Imelda terdiam, membenamkan tubuh polosnya ke dalam rendaman air hangat, sorot matanya mengarah pada punggung Putra menghilang di balik pintu kamar mandi.
Sementara itu di luar kamar.
“Mati aku, untung saja aku cepat tersadar dan tak terbuai apa pun setelah melihat sangat jelas lekukan tubuh, bahkan kedua gunung kembar terlihat kenyal itu sangat menggodaku,” pandangannya mengarah ke titik tempur terlihat tegang. “Bangun jadinya. Mana bangunnya terjepit dengan resleting celana, sakit kali!” lanjut Putra bergumam.
Agar titik tempur tidak tegang dan meminta mangsa, Putra memutuskan untuk merebahkan tubuhnya, mengambil benda pipih miliknya, membuka salah satu Aplikasi untuk menonton film anime, berharap bisa mengalihkan pikirannya.
2 jam berlalu, Imelda keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, dan handuk kecil melingkar di tubuhnya. Wajah Imelda terlihat segar, namun, kedua lututnya terlihat bergetar hebat.
“Putra,” panggil Imelda melihat Putra terlelap, ponsel miliknya masih menyala dengan film anime masih berputar.
Imelda mengambil selimut baru dari lemari, menyelimuti tubuh Putra. Tidak ingin membuang kesempatan bagus seperti ini, Imelda mengambil ponsel miliknya, diam-diam ia memotret wajah tampan terlihat garang begitu polos saat sedang tidur.
Cekrek!
Suara potret dari camera ponsel membuat Putra membuka kedua matanya, Imelda terkejut spontan terjatuh, duduk di lantai.
“Ma-maaf,” maaf Imelda gugup, menahan malu karena ketahuan memotret wajah Putra diam-diam.
Putra tidak menjawab, ia mendudukkan dirinya, tangannya mengulur, menarik pergelangan tangan Imelda, membawanya duduk di sebelahnya.
“Kenapa hanya wajahku saja yang kamu potret?” mengambil benda pipih dari genggaman tangan Imelda.
Cekrek cekrek!
Sebanyak 10 kali dengan pose berbeda-beda Putra memotret mereka berdua. Meski saat itu Imelda masih berbalut handuk dan rambut basahnya.
“Sepertinya pose yang aku pilih cukup bagus,” ucap Putra sembari memberikan ponsel milik Imelda ke tangannya.
Imelda masih terdiam dalam kebingungan, ritme debaran jantungnya benar-benar tak bisa di atur lagi olehnya, sehingga untuk sekali lagi Imelda mencium Putra.
“Hentikan!” tegas Putra mendorong lembut tubuh Imelda.
“Ma-maaf, habisnya kamu sangat menggemaskan,” gumam Imelda jujur.
“Aku bukan anak kecil,” cetus Putra, ia pun beranjak dari duduknya, sorot mata tajam mengarah pada wajah senang Imelda.
“Kenapa?” tanya Imelda.
“Aku benci padamu karena telah mencuri ciuman pertamaku. Aku harap besok setelah matahari terbit, kamu melupakan semua kejadian malam ini. Untuk kamu, mulai saat ini berhati-hatilah kepada orang lain, ataupun orang terdekat. Rambut sama hitam, hati dan pikiran kita tidak ada yang tahu,” pesan Putra sebelum melangkah pergi.
“Maaf,” hanya itu bisa di ucapkan dari bibir Imelda.
Putra tidak menjawab, ia mulai melangkah pergi meninggalkan kamar Imelda. Namun, langkah kakinya terhenti saat Imelda menahan pergelangan tangan kiri Putra.
“Ada apa lagi?”
“A-aku masih takut untuk tidur sendirian di rumah. Gimana kalau Darwin tiba-tiba kembali dan menyerangku saat aku tertidur lelap?” tanya Imelda merasa gelisah.
“Ha,ah. Baiklah, aku akan menemani kamu tidur. Tapi kamu harus janji tidak melakukan apa pun di saat aku sedang terlelap!”
“80% janji!” sahut Imelda mengangguk.
“20% lagi kemana?” tanya Putra bingung.
“20% menjadi hasrat yang harus di pendam,” sahut Imelda.
Putra tidak bisa berkata apa pun lagi, ia hanya bisa berulang kali menarik nafas untuk menenangkan hati dan pikirannya.
.
.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂
baguslah putra tidak mudah tergoda,, sehingga tidak terjerumus dalam nikmat sesaat..
2023-04-16
0