11. Lelaki Lain di Rumah Imelda

Pukul 05:45 pagi.

Setelah selesai sholat subuh, Putra bergegas pergi ke dapur menyiapkan makanan untuk teman-temannya.

Mendengar suara bising dari dapur, Fuji segera keluar dari dalam kamarnya menuju ruang dapur. Melihat Putra sedang sibuk memasak, Fuji berlari kecil, memeluk Putra dari belakang.

“Kamu masak apa?” tanya Fuji manja.

“Astaghfirullah, jangan peluk aku seperti ini. Cepat lepaskan tanganmu dari perutku,” pinta Putra gugup.

“Loh, kenapa rupanya kalau aku memeluk seorang lelaki yang menyukaiku,” tolak Fuji semakin mengeratkan pelukannya.

Putra mendengar kejujuran Fuji terkejut. Bagaimana bisa Fuji mengatakan hal seperti itu? Jelas-jelas Putra hanya menganggap Fuji sebagai teman dan seperti adiknya sendiri, tidak lebih.

“Fuji, kenapa kamu bisa menyimpulkan ucapan seperti itu?” tanya Putra melirik ke belakang, melihat Fuji masih memeluknya dengan nyaman.

“Setelah aku ingat-ingat setiap perbuatanmu yang bersikap baik dan lembut saat tidak ada Randy, Lila, dan Joni. Di saat itu aku menyadari jika sikap kamu itu ternyata sedang menyembunyikan isi hatimu yang sesungguhnya. Jika perasaanku terbalas seperti ini, aku pasti akan sangat senang mendengarnya,” jelas Fuji salah paham tentang perlakuan Putra padanya.

Putra langsung mematikan api kompor gas miliknya, melepaskan paksa tangan Fuji dari perutnya, ia pun berdiri berhadapan dengan Fuji.

“Sepertinya kamu salah paham. Sejujurnya aku melakukan itu kepada kamu karena aku menganggapmu hanya sebagai teman dan seperti adik sendiri, tidak lebih. Jika pun ada seorang wanita yang aku sukai itu mungkin bukan kamu. Sebab aku tidak bisa merasakan jatuh cinta kepada teman sendiri,” ucap Putra jujur, membuat Fuji terlihat sangat kecewa hingga cairan bening mulai memenuhi kedua bola matanya.

“Oh, mungkin aku saja yang terlalu berharap,” gumam Fuji mencoba menenangkan hatinya.

“Maaf ya,” maaf Putra terlihat tulus, tangannya hendak mengelus puncak kepala Fuji. Namun Fuji segera menepis tangan Putra.

“Aku juga ingin minta maaf. Mulai hari ini berhentilah bersikap baik seolah kamu mempunyai rasa kepadaku,” pinta Fuji lirih.

“Baiklah,” angguk Putra, ia kembali memasak.

“Kalau begitu aku kembali ke kamar. Mau mandi dan mau mencuci pakaian kotor milikku,” pamit Fuji dengan suara gemetar menahan tangis terasa sesak di dalam hati.

“Iya,” angguk Putra masih fokus dengan masakannya.

Sesampainya di dalam kamar tamu, Fuji terduduk di depan pintu kamar. Isakan tangis sedari tadi di bendung di dalam dada perlahan keluar.

“Hiks, hiks, jika benar kamu tak menyukaiku kenapa kamu harus bersikap hangat dan lembut padaku saat hanya di saat kita berduaan. Kenapa, kenapa kamu tidak bisa mencintaiku Putra. Apa kurang dan salahku kepadamu,” keluh Fuji di sela tangisannya. Setelah merasa cukup tenang meluapkan rasa kekecewaannya dalam hati, Fuji bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

.

.

1 jam kemudian.

Di ruang makan sudah duduk Joni, Randy, Lila, dan Fuji beserta dengan Putra duduk di kursi utama. Di hadapan mereka sudah tersaji nasi goreng, susu hangat dan teh hangat.

“Kamu semua yang memasaknya?” tanya Joni memastikan ini adalah masakan Putra bukan Fuji.

“Tentu,” sahut Putra menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya.

“Oh! Aku baru ingat. Bukannya ini hari libur?” tanya Randy mengingat hari ini tanggal merah dan besok hari minggu.

“Iya, kenapa Ran?” tanya Fuji, Lila, dan Randy serentak.

“Berarti hari ini kamu libur Put?” tanya Joni.

“Heeem, kenapa?” tanya Putra melirik ke masing-masing wajah temannya.

“Gimana kalau kita pergi nonton bioskop. Apa kalian semua setuju?” usul Joni semangat.

“Benar. Aku pun mau pergi nonton bioskop, soalnya di Desa tidak ada gedung bioskop,” sahut Lila semangat.

Mendengar Jono mengajak nonton bioskop, Putra jadi teringat akan ajakan Imelda kemarin.

“Kalau kalian ingin nonton bioskop, maka aku akan mengajak Imelda ikut bersama kita,” ucap Putra dengan wajah datarnya. Randy, Joni, Lila, tercengang, sedangkan Fuji terlihat tak suka.

“Kenapa harus mengajak wanita itu bersama dengan kita?” tanya Joni penasaran.

“Joni, bukannya kamu tahu jika wanita itu adalah tempat charger milik Putra. Wajar aja dong, Putra mengajaknya,” cetus Randy mengingat candaan salah paham mereka tadi malam.

Mendengar hal itu kedua tangan Fuji tersembunyi di bawah meja langsung mengepal erat.

'Ternyata Putra tidak mencintaiku karena janda itu,’ batin Fuji menggeram.

“Maksud kalian apa sih? Dari tadi malam aku tidak mengerti maksud dari ucapan kalian bertiga,” tanya Putra jujur, ia benar-benar tidak mengetahui istilah dewasa di lontarkan dari bibir teman-temannya itu.

“Oh tidak ada. Kalau kamu mau ajak, ajak aja. Lagian bensin di dalam mobil kami juga masih penuh. Mumpung sampai hari minggu kami berada di rumah kamu ini, aku ingin kamu mengajak kami semua keliling kota Medan,” mengalihkan pandangan ke Lila, Fuji, dan Randy, “Bukannya begitu teman-teman?” tanya Joni ke teman-temannya.

“Yup! Benar sekali,” setuju Lila semangat.

“Baiklah, selama di sini aku akan mengajak kalian semua berkeliling kota Medan. Meski sebenarnya aku pun belum pernah berkeliling di kota Medan ini,” sahut Putra menyetujui permintaan teman-temannya.

“Tenang aja, percuma ada google map. Kita tinggal bilang, ‘OK GOOGLE’, langsung mbah google nya menjawab, gampangkan,” usul Randy diangguki Lila, dan Joni.

“Terserah kalian saja,” ucap Putra pasrah.

Setuju sudah akan pergi jalan-jalan di tuntun oleh google map. Putra, Joni, Randy, Lila, dan Fuji baru saja selesai makan langsung beberes sisa makanan dan piring kotor.

30 menit setelah menyelesaikan pekerjaan rumah. Lila, Fuji, Randy, dan Joni menemani Putra ke rumah Imelda.

Ding dong!

Putra menekan tombol bel pagar rumah Imelda.

Gerbang terbuka otomatis, membuat Randy, Lila, dan Jono terperangah mengikuti titik terakhir gerbang terbuka.

“Omak jang. Keren kali ah, gerbang ini terbuka tanpa di dorong sama manusia,” ucap Lila.

“Orang kaya di kota sama di Desa memang beda. Rumah orang kaya di kota semuanya kalau bisa di bantu pakai alat. Coba di Desa, kalau nggak pakek genset mungkin ada beberapa rumah lampunya tidak menyala. Kalau tidak ada sumur dan sungai mengalir di kali, mungkin kerbau, sapi, entok, bahkan kita sendiri tidak bisa mandi, makan, minum, dan lainnya. Orang kaya di kota memang keren, akh!” celetuk Randy.

“Put, bukannya kamu adalah anak orang paling tajir di Desa. Buat gerbang menuju pintu masuk Desa kita mungkin ku rasa bukanlah nominal yang cukup sulit,” gurau Lila.

Putra membalas gurauan Lila dengan pelototan tajam.

“Jangan membahas masa lalu jika ujung-ujungnya ucapan kalian terkesan menghina,” cetus Putra.

Randy, Lila, Joni terdiam dengan penuh penyesalan.

“Kalian ini bisa tidak jangan mengungkit masa lalu. Kedua orang tua Putra sudah tidak ada, kisah hidupnya juga kalian pasti tahu ‘kan?” omel Fuji membela Putra.

“Maaf, tapi kami tetap berharap semua itu hanya mimpi,” maaf dan harapan Randy, Lila, dan Joni serentak.

Di saat wajah mereka terlihat tegang, Imelda keluar rumah hanya dengan memakai baju piyama sutra, sehingga beberapa titik terpampang jelas begitu nyata.

Langsung saja bola mata Joni, Randy, dan Lila melotot sempurna dan seperti hendak lepas.

“Ada apa Putra?” tanya Imelda mendekati Putra masih berdiri di depan gerbang rumah.

“Teman-temanku ingin pergi menonton bioskop. Jadi aku….” Ucapan Putra terhenti saat melihat seorang pria keluar dari pintu.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

gagal fokus ya lihat penampilan Imelda.

2023-04-10

0

lihat semua
Episodes
1 01. Perdebatan Para Janda
2 02. Perdebatan Bapak-bapak
3 03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4 04. Minta Foto
5 05. Makan Bersama Para Wanita
6 06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7 Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8 Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9 09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10 10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11 11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12 12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13 13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14 14. Ciuman Perpisahan Kita
15 15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16 16. 80% Janji, 20% Hasrat
17 17. Merencanakan Untuk Sakit
18 18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19 19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20 20. GAGAL BERDUAAN
21 21. Hasutan Maya
22 22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23 23. Ada Semut di Bibir
24 24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25 25. Darwin datang Untuk melamar
26 26. Kalung Emas Untuk Imelda
27 27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28 28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29 29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30 30. Pilihlah
31 31. Para wanita menangis
32 32. Tak perlu bersedih
33 33. GALAU
34 34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35 35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36 36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37 37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38 38. Putra Menghentikan Ciuman
39 39.
40 40. Mami nggak Marah, kan?
41 41. Kehebohan Maya dan Rihana
42 42. Mengatur
43 43. Bingung Melihat sikap wanita
44 44. Linda Janda Bohay
45 45.
46 46.
47 47. MELAMARMU
48 48. Apa kamu puas?
49 49. Janda Baru
50 50. Kedua orang Asing
51 51. Di tengah-tengah Kemesraan
52 52. Pelaku Misterius dan Siti
53 53. Di Buntuti
54 54. Tak Tahan Di tindas
55 55. Ternyata Mimi
56 56. Dynamic
57 57. Sandera Bohongan
58 58. Sepucuk Surat Dari Doni
59 59. Tertangkap
60 60.
Episodes

Updated 60 Episodes

1
01. Perdebatan Para Janda
2
02. Perdebatan Bapak-bapak
3
03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4
04. Minta Foto
5
05. Makan Bersama Para Wanita
6
06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7
Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8
Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9
09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10
10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11
11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12
12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13
13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14
14. Ciuman Perpisahan Kita
15
15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16
16. 80% Janji, 20% Hasrat
17
17. Merencanakan Untuk Sakit
18
18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19
19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20
20. GAGAL BERDUAAN
21
21. Hasutan Maya
22
22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23
23. Ada Semut di Bibir
24
24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25
25. Darwin datang Untuk melamar
26
26. Kalung Emas Untuk Imelda
27
27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28
28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29
29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30
30. Pilihlah
31
31. Para wanita menangis
32
32. Tak perlu bersedih
33
33. GALAU
34
34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35
35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36
36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37
37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38
38. Putra Menghentikan Ciuman
39
39.
40
40. Mami nggak Marah, kan?
41
41. Kehebohan Maya dan Rihana
42
42. Mengatur
43
43. Bingung Melihat sikap wanita
44
44. Linda Janda Bohay
45
45.
46
46.
47
47. MELAMARMU
48
48. Apa kamu puas?
49
49. Janda Baru
50
50. Kedua orang Asing
51
51. Di tengah-tengah Kemesraan
52
52. Pelaku Misterius dan Siti
53
53. Di Buntuti
54
54. Tak Tahan Di tindas
55
55. Ternyata Mimi
56
56. Dynamic
57
57. Sandera Bohongan
58
58. Sepucuk Surat Dari Doni
59
59. Tertangkap
60
60.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!