Setelah penolakan halus dari Putra, akhirnya Putra tidak bisa berkata apapun saat 9 janda di kompleks itu menjajah rumahnya. Membuatkan makanan dan membantu hal lainnya. Fuji, Randy, Lila, dan Jono memandang penuh tanya ke Putra saat ini duduk santai menyandarkan tubuhnya di sofa.
’9 wanita dewasa dengan memakai pakaian seksi ada di depan mata. Gila, gila, gila, ini bukan aku terjebak di film animasi harem ‘kan?’ batin Jono berulang kali mengucek kelopak matanya.
‘Darimana datangnya wanita-wanita gatal ini? Mana mereka saling bekerjasama dengan sukarela untuk melayani kami. OH! Jangan-jangan Putra pergi ke kota ini karena ia ingin membuka rumah border? ASTAGA!’ batin Lila melirik ke Putra.
‘Tubuh yang sangat bagus. Walaupun wanita ini lebih tua dariku, tapi aku sangat tertarik pada satu wanita yang bernama Maya. Senyuman dan kibasan rambutnya seperti ekor kuda yang hendak berlari,’ batin Randy terus menatap bokong Maya.
‘Aku harus bertanya langsung apa yang sebenarnya terjadi. Gimana caranya wanita-wanita dewasa ini bersatu di dalam rumah kontrakan milik Putra. Ck, tidak akan aku biarkan seorang wanita dewasa ini merebut hati Putra,’ gerutu Fuji cemburu.
Tidak ingin terlalu lama melihat Maya, Rihana, dan wanita lainnya membuat Fuji merasa risih. Ia pun beranjak dari duduknya, melangkah perlahan mendekati Maya, Rihana dan lainnya sibuk di ruang makan menata makanan di atas ambal sudah di bentang lebar di lantai.
Putra, Lila, Jono, dan Randy menatap bingung kepergian Fuji mendekati para wanita di ruang makan.
“Ngapain bocah tengik itu ke sana?” tanya Lila.
“Takut tersaingi kali dia, maka ingin mencoba membaur,” sahut Jono dengan santainya.
“Hush! Jangan asal ngomong kamu Jon,” omel Randy.
“Bukannya kalian sudah tahu jika Fuji sebenarnya diam-diam menyukai Putra? Sih anak tajir ini,” ceplos Jono kemudian terkekeh.
Saat di tengah-tengah perbincangan senda-gurau Randy, Jono, dan Lila di ruang tamu. Imelda ternyata sudah berdiri di belakang sofa tempat Putra duduk dengan kedua tangan memegang rantang berisi lauk-pauk.
Sejenak Imelda terkejut mendengar sendau-gurau para teman-teman Putra, menyebut Putra adalah anak tajir. Karena tidak ada seorangpun melihat kedatangannya, Imelda hendak pergi. Namun, Fuji segera menghentikan langkah Imelda.
“Siapa kamu?” tanya Fuji datar, sorot mata memandang Imelda dari atas sampai bawah.
Randy, Lila, Putra, dan Jono langsung memutar arah pandangannya. Bola mata Jono, Lila, dan Randy membulat sempurna saat melihat Imelda lebih cantik, muda, dan memiliki body bagus dari wanita lainnya.
“Imelda,” gumam Putra sembari bangkit dari duduknya mendekati Imelda.
Fuji melihatnya merasa cemburu, ‘Cih, siapa lagi wanita ini?’ gumam Fuji.
“Ta-tadinya aku ingin memberikan makanan yang sudah aku masak untuk kamu. Ta-tapi setelah sampai di sini aku tidak tahu rumah kamu menjadi ramai seperti ini. Sebaiknya aku pulang saja, tidak enak kalau aku…” ucapan Imelda terputus saat Putra mengambil rantang dari tangan Imelda.
“Bukannya masakan di rantang ini untukku? Kenapa tidak kita makan bersama saja. Mari ikut aku gabung dengan lainnya,” ajak Putra membawa Imelda ikut duduk di atas ambal membentang lebar di ruang makan.
“Tapi, i-ini…”
“Aku tidak suka penolakan, ikuti saja yang aku katakan!" Tegas Putra memaksa Imelda duduk di ambal.
Fuji, Maya, Rihana dan 7 wanita lainnya cemburu saat melihat Imelda datang dan langsung duduk di sebelah Putra. Tidak tahan melihat kedetakan Putra dengan Imelda, Fuji melangkah mendekati Putra.
“Putra, bisa tidak kita bicara sebentar?” pinta Fuji memegang bahu kanan Putra.
“Hem!” angguk Putra beranjak dari duduknya, mengikuti langkah Imelda menuju ruang tv.
Jono, Randy, dan Lila saling sikut saat melihat wajah Fuji terlihat tak bersahabat.
“Sepertinya akan ada peperangan rumah tangga,” bisik Randy.
“Mereka belum nikah, gimana bisa ada peperangan rumah tangga?” tanya Randy.
“Hanya istilah bodoh!” cetus Randy.
Sementara itu di ruang tv, Putra dan Imelda saling berhadapan.
“Ada apa?” tanya Putra menatap sorot mata tersimpan cemburu di bola nanar mata Fuji.
“Ke-kenapa bisa banyak wanita dewasa di rumah kamu? Wanita-wanita itu juga terlihat sangat leluasa di dalam rumah kamu. Apakah mereka sudah terbiasa melakukan hal seperti ini kepadamu?” tanya Fuji tenang.
“Iya, mereka adalah wanita kuat di kompleks ini. Kenapa?” sahut Putra balik bertanya tanpa menutupi apapun.
“Ja-jadi kamu dan para wanita de…” ucapan Fuji terputus saat Putra menepuk bahu Fuji.
“Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Kamu pasti berpikir jika aku ini adalah pria muda simpanan para wanita kaya di kota ‘kan? Kamu tenang saja, aku tidak seperti itu. Aku masih Sanjaya Putra, teman kalian yang dulu,” jelas Putra menepis pikiran buruk Fuji.
“Jadi, wanita yang baru saja kamu ajak duduk itu siapa?” tanya Fuji merendahkan volume suaranya.
“Oh, Imelda. Wanita itu adalah bos di tempat aku bekerja. Wanita itu sangat berbeda dengan wanita lainnya. Kamu ingin aku kenalkan kepadanya?” tanya Putra menawarkan dengan semangat.
‘Saat membahas wanita bernama Imelda, kenapa raut wajah Putra menjadi berubah semangat seperti ini. Selain bos, siapa Imelda bagi Putra?’ Fuji bertanya-tanya dalam hati.
“Fuji, Fuji,” panggil Putra melambaikan tangannya, membuyarkan lamunan Fuji.
“Oh, i-iya, aku mau berkenalan dengan bos kamu,” sahut Fuji segera tersadar.
“Mari,” ajak Putra mulai melangkah.
Sesampainya di ruang makan, Putra dan Fuji melihat ambal sudah penuh. Segaris senyum tercetak di wajah Putra saat melihat para wanita rela himpit-himpitan duduk di ambal.
“Ibu, tante, dan kakak-kakak. Kenapa kalian masih di sini?” tanya Putra menatap Maya, Rihana, dan 7 wanita lainnya.
“Kami ingin ikut bergabung makan malam di sini,” sahut Maya, Rihana, dan 7 wanita lainnya serentak.
“Kenapa tidak pulang saja?” tanya Putra.
“Jika kami pulang, maka kami akan makan sendirian di rumah. Rasanya benar-benar tidak bernafsu jika hanya menatap tumpukan nasi, dan sayuran di atas meja seorang diri,” sahut Maya, di angguki wanita lainnya.
“Huh! Baiklah, kali ini aja aku menerima kalian makan bersama di rumahku. Lain kali, kalian tidak boleh lagi melakukan hal yang sama!” tegas Putra.
“Baiklah!” sahut Maya, Rihana, dan 7 wanita lainnya serentak. Imelda sendiri hanya diam, menunduk seolah dirinya tidak akan bisa mengunjungi rumah Putra lagi.
Mendengar sahutan patuh dari para wanita, Fuji, Randy, Lila, dan Jono tercengang. Dalam hati mereka terus bertanya-tanya. Bagaimana bisa Putra membuat para wanita dewasa patuh akan ucapannya? Putra benar-benar seperti seorang Raja harem versi dunia nyata.
Semua sudah tenang, makanan dan minuman sudah tertata rapih di hadapan mereka. Putra seperti kepala suku para wanita mulai menuntun doa makan, lalu mengajak semuanya makan tanpa suara hingga suasana kenikmatan makan malam bersama mengenang dirinya akan tinggal di Desa dulu. Putra merindukan kehangatan dari mendiang kedua orang tuanya.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments