Pukul 17:30 sore.
“Daaa! Putra, sampai bertemu kapan-kapan lagi saat kami pergi ke kota,” teriak Randy mengulurkan kepalanya dari jendela mobil.
Putra hanya tersenyum.
“Putra, kapan-kapan kamu harus main ke Desa. Tapi jangan pulang sendirian, bawa janda-janda itu bersamamu, ya!” teriak Joni, tak lupa mengacungkan kedua jempol tangannya untuk Putra.
Putra hanya memberikan bogem mentah dengan kedua bola mata melotot.
Sementara Fuji masih di luar mobil, berdiri di sisi kiri Putra.
Cup!
Fuji tiba-tiba mencium sebelah pipi Putra, membuat Randy, Lila, dan Joni membulatkan kedua bola mata mereka.
“WOUW!” teriak mereka serentak.
Dari kejauhan terlihat Imelda diam-diam memantau dari jendela kamarnya di lantai 2, melihat Fuji memberi ciuman ke Putra, Imelda langsung menutup kain gordennya.
“Apa-apaan ini?” tanya Putra menjauhkan dirinya dari Fuji.
“Itu adalah ciuman untuk perpisahan kita. Tidak tahu apakah kita berjodoh atau tidak suatu hari nanti. Tapi yang jelas, sampai detik ini aku masih mencintaimu,” sahut Fuji, tangannya menggenggam gagang koper.
“Berhentilah untuk mencintaiku, dan jangan buang waktumu untuk berharap bisa membuka hati ini untuk mencintaimu,” ucap Putra menolak secara halus.
“Aku tidak meminta kamu membalas cintaku. Aku hanya ingin mengutarakannya karena aku ingin kamu mengetahui betapa besar cintaku kepadamu,” jelas Fuji, lalu ia melangkah menuju mobil siap jalan.
Fuji, Randy, Lila, dan Joni memberikan lambaian terakhir ke Putra, lalu mobil di tumpangi mereka perlahan maju, meninggalkan kompleks rumah Putra.
“Akh, akhirnya mereka pergi juga,” hela Putra merasa lega.
Baru saja siap menghela nafas lega karena teman-temannya pulang. Putra malah bertemu dengan Darwin, berdiri di samping tiang teras rumahnya.
“Wouw, sungguh menyenangkan bukan jika seorang pria di sukai banyak wanita,” ucap Darwin mulai melangkahkan kedua kakinya naik ke teras Putra, berdiri sejajar dengan Putra.
“Langsung saja ke intinya,” cetus Putra tanpa bertele-tele.
“Berhenti bekerja di Perusahaan Imelda, dan tinggalkan kompleks ini!” hardik Darwin menekan nada suaranya.
“Terimakasih atas sarannya. Sungguh di sarankan aku tidak tertarik mengikuti perintah yang kamu katakan. Kalau kamu memiliki masalah samaku, maka katakan sejujurnya, jangan mengalihkan pembicaraan ke lain hal yang mematikan rezeki orang,” ucap Putra tegas.
“Baiklah, aku akan katakan dengan jelas padamu. Aku menyukai Imelda sudah sejak lama. Memiliki tubuh yang bohay, dan tingkat ketahanan di atas ranjang tak di miliki banyak wanita lain membuatku sangat bergairah. Saat ini aku sangat-sangat menginginkannya, meski aku tahu kami sepupuan, tapi itu tidak menyurutkan rasa cintaku kepadanya. Namun, ada satu hal yang mengganjal di mataku saat melihat Imelda ternyata diam-diam menyukaimu. Itu sangat-sangat mengganggu pikiranku,” jelas Darwin mengutarakan niatnya.
“Mencintai karena melihat lekukan tubuhnya, itu ku rasa hal yang normal bagi seorang lelaki. Tapi kalau dia menyukaiku diam-diam, itu haknya dan aku pun tak ingin ikut campur akan perasaan orang lain kepadaku. Lantas kenapa hal itu membuat pikiranmu terganggu?”
Bam!
Kepalan tangan mendarat di pelipis Putra, membuat secuil darah terlihat di ujung alis tebalnya.
“Aku akan menidurinya malam ini juga, dan aku akan mengancamnya untuk mengeluarkan kamu dari Perusahaan miliknya. Tunggu saja!” tegas Darwin, lalu kedua kakinya mulai melangkah pergi meninggalkan teras rumah Putra.
Putra menyeka darah di pelipisnya, sorot matanya mengarah pada kain gorden jendela kamar milik Imelda berada di lantai 2.
“Apa pun itu bukan urusanku,” gumam Putra sembari melangkah masuk ke dalam rumah.
Waktu begitu cepat berlalu. Malam ini, pukul 19:30 malam, seperti biasa jika Putra tidak sibuk ia memilih untuk melakukan sholat di Masjid depan gang kompleks rumahnya.
Putra mulai melangkah meninggalkan rumahnya dengan santai. Namun, langkahnya terhenti saat terdengar suara Imelda memanggilnya dari belakang.
“Mau sholat?” tanya Imelda, mukenah menggantung di lengan kirinya.
“Iya, kenapa?” sahut Putra kembali bertanya.
“Aku ikut boleh?”
“Tentu saja, kenapa aku harus melarang…”
Belum lagi selesai menjawab, 7 janda di kompleks terdengar berteriak memanggil namanya.
“PUTRA!”
“BERONDONG KU, HONEY KU!”
“TUNGGU KAMI, KAMI IKUT MENUJU SYURGA BERSAMAMU!”
Putra meraup kasar wajahnya, menghela nafas panjang, dan mulai melangkahkan kedua kakinya meninggalkan Imelda, dan 7 janda sedang berlari mengejarnya.
“Jangan lari-larian seperti ini dong, sayang. Sebab tante tidak suka berkeringat hanya untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan!” teriak salah seorang janda dengan lipstik cetar.
Putra tidak menjawabnya, ia terus berjalan sampai langkahnya terhenti karena ia tak sengaja menabrak seorang gadis remaja.
Bug!
“Aduh!” keluh gadis remaja itu lembut.
Imelda, Maya, Rihana, dan 5 wanita lainnya mengernyitkan dahi saat melihat Putra terlihat mengulurkan tangannya untuk gadis remaja tersebut.
Entah kenapa saat melihat Putra hendak memberikan bantuan buat gadis tersebut, kedua kaki Imelda bergerak dengan cepat mendekati Putra, mengganti uluran tangan Putra dengan tangan miliknya.
“Mari aku bantu,” tawar Imelda tak lupa memberikan senyum paksa.
Gadis remaja tersebut melirik sekilas ke Putra, lalu melirik ke uluran tangan Imelda.
“Terimakasih, saya bisa bangkit sendiri,” tolak gadis remaja tersebut.
Putra hanya melirik sekilas ke Imelda, kemudian ia kembali melangkah menuju tempat ambil air wudhu karena adzan sholat Isya mulai berkumandang.
30 menit kemudian. Selesai melaksanakan sholat Isya dan berdoa, Putra memutuskan untuk keluar dari Masjid tanpa menunggu siapa pun. Langkah kaki Putra harus kembali terhenti saat dirinya di hadang oleh anak gadis setempat baru saja selesai sholat.
“Ada apa?” tanya Putra menatap satu persatu wajah gadis remaja di hadapannya.
“Abang genteng kali,” puji gadis remaja dengan jilbab ungu.
“Abang, apa janda-janda di belakang abang itu pacar abang?” tanya gadis remaja dengan hijab seruti warna kuning.
Putra hanya melirik sekilas ke belakang, dimana Imelda, Maya, Rihana, dan 5 janda lainnya terlihat mulai di bakar api cemburu.
“Bukan, mereka adalah ibu dan tante yang sangat memperhatikan aku di kompleks. Maklum saja, aku hanya tinggal sendirian di kontrakan Mama Inces,” sahut Putra sedikit menjelaskan.
“Apa? Abang tinggal sendirian di kontrakan itu? berarti kami bisa main kapan saja ke rumah abang?” tanya gadis remaja memakai hijab Pashmina panjang berwarna coklat.
“Maaf, aku tidak menerima sembarangan tamu untuk datang ke rumah. Aku takut fitnah nantinya,” tolak Putra masih melanggati pertanyaan gadis remaja.
“Main di teras pun tidak boleh bang?” tanya gadis remaja serentak.
“Tidak boleh, yang datang ke rumah Putra hanya kami. Anak gadis masih perawan tidak boleh datang ke rumah Putra!” sahut Maya menyela, di susul 6 janda lainnya sudah berdiri di belakang Putra.
“Iss, dasar janda genit!” ketus gadis remaja memaki hijab seruti.
“Daripada kalian, masih gadis-gadis udah genit. Apa kalian sudah jebol dan minta di colok oleh Putra?” cetus Rihana tanpa pikir panjang.
“Kasar sekali ucapan para janda ini. Awas saja kalian, kami akan merebut Putra dari kalian!”
“Ouh, silahkan.”
Tidak ingin terlalu lama terlibat dengan anak gadis luar kompleks dan janda-janda. Putra perlahan menjauh, tak lupa tangannya menggenggam pergelangan tangan Imelda, membawa Imelda lari bersamanya. Bukannya marah, Imelda hanya terdiam dengan senyuman manisnya.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂
ya sudah gasskeun putra vs Imelda, aku mendukungmu 😆😆
2023-04-14
0
PASYA VOLDIGOD
kpn ngew nt
2023-04-13
0
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Putra emang Suka ama Imelda nih
Ry Benci Pakpol Mampir
2023-04-13
0