05. Makan Bersama Para Wanita

Sesampainya di ruang kerja milik Imelda. Putra terus menunduk, berulang kali meminta maaf atas perbuatannya kepada Imelda saat di tempat makan tadi. Imelda tidak menjawab, ia hanya diam membelakangi Putra sembari menatap dinding kaca menembus pemandangan jalan raya kota Medan.

“Imelda, aku mohon maafkanlah aku. Aku sengaja melakukan hal itu agar kamu tidak terkena masalah. Aku juga tidak ingin kamu berakhir dengan luka, dan cekcok sampai menguras tenaga dan pikiranmu!” jelas Putra tegas.

Lelah berulang kali mendengarkan Putra mengatakan hal sama. Imelda berbalik badan, mendekati Putra masih berdiri sembari terus menunduk.

“Apakah setiap ada masalah menyerangmu, kamu akan selalu lari seperti ini?” tanya Imelda penasaran.

“Iya, aku melakukan hal itu karena aku ingin menjalani hidup dengan tenang dan damai,” sahut putra jujur.

“Ck, kamu memang orang yang aneh. Apa kamu peduli padaku saat itu?” tanya Imelda kembali.

“Tidak, aku tidak perduli dengan siapapun kecuali, diriku sendiri yang tak ingin ikut terlibat dalam perkelahian orang lain,” sahut Putra kembali dengan tegas.

“Oh, menurutku ucapanmu adalah kebalikan dari sikapmu,” Imelda menepuk bahu Putra, “Terimakasih sudah mencemaskan aku, sebaiknya kamu kembali ke ruangan. Masih banyak pekerjaan yang harus kita selesaikan sebelum jam 5 sore nanti,” lanjut Imelda menyuruh Putra untuk kembali ke ruangannya.

“Baiklah, aku akan pergi,” sahut Putra, ia pun mulai melangkah pergi meninggalkan ruangan Imelda.

Waktu pun terus berlalu, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 17:30 sore. Putra sudah menyelesaikan pekerjaannya, ia pun memutuskan untuk masuk ke ruangan Imelda, ia ingin membatu pekerjaan Imelda jika memang belum selesai.

“Permisi, apakah Anda sudah selesai?” tanya Putra setelah ia berdiri di samping meja Imelda.

“Sedikit lagi. Kamu duduklah di sana,” sahut Imelda mengarahkan tangannya ke sofa tamu.

“Bagaimana jika aku bantu. Siapa tahu bisa cepat selesai,” usul Putra menawarkan jasa bantuan darinya.

“Tidak usah, kamu pasti lelah, biarkan aku saja yang menyelesaikannya,” tolak Imelda dengan santai dan masih terus fokus pada layar monitornya.

“Baiklah,” sahut Putra mulai melangkah mendekati sofa tamu dan mendudukkan dirinya.

Putra pun terus menunggu dan menunggu, sedangkan Imelda masih terus menyelesaikan pekerjaannya dengan tidak fokus.

Bagaimana ia ingin fokus mengerjakan pekerjaannya saat kedua matanya terus melirik ke Putra saat ini sedang sibuk bermain dengan benda pipih miliknya.

Ritme detakan jantungnya tak beraturan saat Putra sesekali menyugar poni bagian depan. Seolah bisa mencium aroma shampo dari rambut Putra bisa menyelusup masuk ke indra penciumannya.

‘Sangat tampan, sikap dingin dan cueknya membuat aku semakin ingin melahapnya. Oh…segarnya mata dan pikiran ini jika terus bisa menatap wajahnya secara langsung seperti ini. Apakah ini yang di namakan takdir, apakah ini yang dinamakan jodoh? Ya ampun, ya ampun, duhai jantungku, berhentilah untuk berdetak seperti ini,’ gumam Imelda dengan hatinya terus meronta-ronta.

Tak sabar terus menunggu dan rasa bosan telah menguasai hati Putra, ia pun memutuskan untuk bangkit dari duduknya menghampiri Imelda.

“Maaf, aku tidak bisa lagi menghabiskan waktu hanya untuk menunggu Anda. Gimana kalau aku bantu Anda menyelesaikan pekerjaan ini,” cetus Putra polos, ia pun mulai berdiri di samping kanan Imelda, dan menyibukkan kedua tangannya di atas keyboard.

Degser!

Aliran darah Imelda naik turun tak karuan saat Putra sangat dekat padanya. Bahkan aroma keringat bercampur dengan minyak wangi miliknya terasa begitu segar menyeruak masuk ke indra penciumannya.

Sabar, sabar, sabar. Imelda hanya bisa melontarkan kalimat itu di dalam hatinya sembari menahan hasratnya semakin meronta-ronta ingin di jamah.

10 menit berlalu, akhirnya Putra menyelesaikan sisa pekerjaan milik Imelda. Setelah menyimpannya ke dalam flashdisk, Putra mulai melangkah mendekati pintu ruangan.

“Sudah sangat sore, sebaiknya kita pulang,” ajak Putra seperti dialah bosnya di sana.

Bukannya marah atau menegur sikap Putra terlampau dingin dan jujur. Imelda malah membiarkan Putra seolah menguasai dirinya. Hah, benar-benar begini rasanya jika kita memiliki ketampanan paripurna tiada duanya.

Pukul 19:10 malam, akhirnya Putra dan Imelda sudah sampai di kompleks rumah. Setelah memarkirkan mobil Imelda ke dalam garasi, Putra pamit pergi karena ia ingin mengejar sholat magrib sempat tertinggal karena kemacetan di jalan.

Putra pun kini sudah berada di rumahnya, ia buru-buru masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan dirinya lalu melaksanakan ibadah sholat magrib. Selesai sholat magrib, Putra ingin keluar untuk membeli makanan. Namun, kedua bola matanya membulat sempurna saat melihat para janda di komplek, termasuk Imelda sedang berdiri di teras rumahnya dengan kedua tangan mereka membawa rantang makanan.

“A-ada apa ini?” tanya Putra kebingungan saat para janda mengulurkan rantang ke hadapannya.

“Kami tahu kamu belum makan dan lelah selama bekerja. Kami sudah menunggumu dari sore, tapi kamu tak kunjung datang gara-gara janda gila ini. Putra, kami semua di sini belum makan karena menunggumu, gimana kalau kita makan bareng di rumah kamu!” sahut para janda dengan serentak, Imelda sendiri hanya tertunduk merasa bersalah.

“Tidak usah repot….kruuk, kruuk! Maafkan suara perutku yang tidak sopan ini,” maaf Putra merasa malu.

“Tuh’kan, ayo kita semua masuk ke dalam rumah!” seru Maya mengajak para wanita masuk ke dalam rumah.

Putra tercengang, ia hanya bisa menghela nafas panjang melihat Maya dan lainnya sibuk mengatur tempat makan untuk mereka di ruang tamu rumahnya.

“Maafkan aku, ya,” maaf Imelda benar-benar merasa bersalah karena membuat Putra pulang terlambat.

“Kenapa harus minta maaf. Itu semua bukan salah Anda,” ucap Putra tidak ingin membuat Imelda merasa bersalah.

“Sepertinya aku tidak jadi ikut makan bareng kalian. Sebaiknya aku pulang saja, dan ini makanan untuk kamu. Tadi aku menyempatkan diri memasakkan sup iga sapi berisi bakso sapi untuk menambah stamina kamu,” ucap Imelda tak suka akan keramaian, ia pun tak ingin para janda di kompleks itu membongkar aibnya karena merasa iri bisa bersama dengan Putra.

Putra tidak mengambil rantang dari tangan Imelda, ia malah menggenggam pergelangan tangan Imelda, membawanya masuk dan duduk bersama wanita-wanita itu.

Melihat Imelda duduk sangat dekat dengan Putra, Maya, Rihana, dan janda lainnya mendengus kesal.

“Hei, kenapa kau masih di sini?” tanya Maya sinis ke Imelda.

“A-aku…” ucapan Imelda terputus saat Putra membelanya.

“Aku yang mengajaknya ke sini. Bukannya enak kalau kita makan beramai-ramai di sini?”

“Tapi wanita itu sudah cukup puas bersamamu selama satu harian. Kenapa malam ini ia pun harus ikut makan bersama dengan kita?” protes janda lainnya.

“Jika kalian tidak suka adanya Imelda di sini, maka aku mohon maaf. Sebaiknya ibu-ibu segera pulang, biar aku mencari makanan di luar saja!” tegas Putra dengan wajah datarnya.

“Ti-tidak, duduk. Kamu duduk saja di sana. Baiklah kami tidak akan protes lagi. Sebaiknya mari kita makan sebelum makanan ini dingin,” pinta Maya ketakutan saat mendengar Putra ingin memilih makan di luar.

Akhirnya Putra, Imelda, Rihana, Maya dan wanita lainnya makan bersama di ruang tamu tanpa ada cekcok sama sekali.

Melihat Putra di keliling para janda cantik dan tajir, membuat aku iri.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

jadi siapa ni ceritanya yg merasa iri?

2023-04-04

2

lihat semua
Episodes
1 01. Perdebatan Para Janda
2 02. Perdebatan Bapak-bapak
3 03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4 04. Minta Foto
5 05. Makan Bersama Para Wanita
6 06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7 Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8 Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9 09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10 10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11 11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12 12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13 13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14 14. Ciuman Perpisahan Kita
15 15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16 16. 80% Janji, 20% Hasrat
17 17. Merencanakan Untuk Sakit
18 18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19 19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20 20. GAGAL BERDUAAN
21 21. Hasutan Maya
22 22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23 23. Ada Semut di Bibir
24 24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25 25. Darwin datang Untuk melamar
26 26. Kalung Emas Untuk Imelda
27 27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28 28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29 29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30 30. Pilihlah
31 31. Para wanita menangis
32 32. Tak perlu bersedih
33 33. GALAU
34 34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35 35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36 36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37 37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38 38. Putra Menghentikan Ciuman
39 39.
40 40. Mami nggak Marah, kan?
41 41. Kehebohan Maya dan Rihana
42 42. Mengatur
43 43. Bingung Melihat sikap wanita
44 44. Linda Janda Bohay
45 45.
46 46.
47 47. MELAMARMU
48 48. Apa kamu puas?
49 49. Janda Baru
50 50. Kedua orang Asing
51 51. Di tengah-tengah Kemesraan
52 52. Pelaku Misterius dan Siti
53 53. Di Buntuti
54 54. Tak Tahan Di tindas
55 55. Ternyata Mimi
56 56. Dynamic
57 57. Sandera Bohongan
58 58. Sepucuk Surat Dari Doni
59 59. Tertangkap
60 60.
Episodes

Updated 60 Episodes

1
01. Perdebatan Para Janda
2
02. Perdebatan Bapak-bapak
3
03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4
04. Minta Foto
5
05. Makan Bersama Para Wanita
6
06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7
Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8
Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9
09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10
10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11
11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12
12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13
13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14
14. Ciuman Perpisahan Kita
15
15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16
16. 80% Janji, 20% Hasrat
17
17. Merencanakan Untuk Sakit
18
18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19
19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20
20. GAGAL BERDUAAN
21
21. Hasutan Maya
22
22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23
23. Ada Semut di Bibir
24
24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25
25. Darwin datang Untuk melamar
26
26. Kalung Emas Untuk Imelda
27
27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28
28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29
29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30
30. Pilihlah
31
31. Para wanita menangis
32
32. Tak perlu bersedih
33
33. GALAU
34
34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35
35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36
36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37
37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38
38. Putra Menghentikan Ciuman
39
39.
40
40. Mami nggak Marah, kan?
41
41. Kehebohan Maya dan Rihana
42
42. Mengatur
43
43. Bingung Melihat sikap wanita
44
44. Linda Janda Bohay
45
45.
46
46.
47
47. MELAMARMU
48
48. Apa kamu puas?
49
49. Janda Baru
50
50. Kedua orang Asing
51
51. Di tengah-tengah Kemesraan
52
52. Pelaku Misterius dan Siti
53
53. Di Buntuti
54
54. Tak Tahan Di tindas
55
55. Ternyata Mimi
56
56. Dynamic
57
57. Sandera Bohongan
58
58. Sepucuk Surat Dari Doni
59
59. Tertangkap
60
60.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!