13. Ini Namanya Bukan Film 18±

Tanpa memperpanjang pikirannya memikirkan siapa lelaki di rumah Imelda. Putra memutuskan untuk mengajak teman-temannya kembali menonton di bioskop, setelah itu mengajak Fuji, Randy, Joni, dan Lila berkeliling kota Medan sampai sore.

Saat ini di ruang bioskop, Randy, Joni, Lila, Fuji, dan Putra duduk sejajar di bangku paling terakhir.

“Idih, kayak gini rupanya dalam bioskop di kota besar, ya!” cetus Randy menatap sekeliling dalam bioskop sedikit penerangan.

“Norak,” ejek Lila.

“Tahu layarnya sebesar ini, bagusan tadi aku pilih ada tulisan 🔞 ke atas,” sambung Joni mulai dengan pikiran nakalnya. Fuji, Lila, dan Randy spontan menoleh ke Joni. Putra sendiri hanya menggeleng.

“Otak ngeres kau memang, ya!” omel Randy tak lupa menjitak kepala Joni.

“Aduh, duh. Kenapa aku di bilang otak ngeres sih! Kalian lihat saja layarnya begitu besar di sana, sudah pasti saat ada adegan seperti itu seluruh kursi penonton menjadi bergetar hebat hingga pipis di celana,” jelas Joni tak tanggung-tanggung. Penonton remaja wanita di sebelah Randy melotot jijik melihat Joni.

“Film ini juga 18 tahun ke atas kok. Kamu lihat saja setelah filmnya di mulai. Aku pastikan kamu akan terkencing di celana melihatnya,” sambung Putra.

“Benarkah! Kalau gitu kapan filmnya akan di mulai?” tanya Randy tak sabaran.

“10 menit lagi,” sahut Putra, sembari mengambil ponsel dari dalam saku celananya. Dahinya mengernyit saat mendapatkan pesan dari Imelda.

“Kenapa?” tanya Fuji penasaran dengan ekspresi wajah Putra.

“Lihat saja di kursi sejajar dengan kita, dan tempat paling depan,” sahut Putra menunjuk ke bawah, seorang perempuan terlihat melambaikan tangan dengan wajah tersenyum. Wanita itu adalah Imelda bersama dengan seorang pria, Darwin.

“Ouh, janda gatal itu,” cetus Fuji tak suka.

“Jaga bicaramu Fuji. Imelda bukan wanita seperti itu,” sekak Putra menegur Fuji.

“Baiklah, aku tidak akan mengatakan apa pun lagi tentang wanita itu. Tapi, asal kamu tahu saja,” memutar arah pandangnya menatap wajah Putra berada di sisi kirinya. “Jika wanita itu menyakitimu, aku akan menghajarnya dengan tanganku,” lanjut Fuji mengepal kedua tangannya hingga urat-urat di kedua tangannya terlihat.

“Iya,” sahut Putra santai.

Film bioskop akhirnya di mulai. Joni tak sabar untuk melihat adegan di dalam film itu membesarkan kedua bola matanya, menatap lurus ke layar bioskop.

Jeng jeng!

Judul film dan kata penghantar muncul.

“Seru nih, seru sekali kayaknya filmnya,” gumam Joni mulai gelisah.

Padahal, film akan di putar itu adalah film misteri pembunuhan. Gambarnya saja terlihat begitu seksi sehingga Joni menganggapnya itu adalah film dewasa.

Detik dan menit berlalu. Tubuh Joni semakin melorot dari tempatnya saat melihat adegan seorang wanita berjalan dengan tangan berlumur darah.

“Kurang ajar kau, Putra. Kau bilang film ini adalah film dewasa. Iya, memang benar film dewasa, tapi bukan film dewasa yang aku maksud. Ini, ini adalah kisah pembunuhan anak SMA, bukan film dewasa anak SMA!” teriak Joni histeris, wajahnya ia masukkan kedalam baju kaosnya, sedangkan tubuhnya masih dalam posisi melorot ke bawah.

“Bukannya kau tadi sudah melihat adegan sekilas di atas ranjang. Seharusnya sudah terbayar impianmu untuk melihat adegan plus-plus,” sahut Putra, pandangan lurus ke layar bioskop.

“Apa tidak ada film yang lebih menyeramkan lagi dari ini?” tanya Randy menahan ketakutannya hingga wajahnya pucat pasi.

“Film mana yang serem? Menurutku film ini tidak seram, hanya alunan musik mengiringi film saja yang terdengar horror,” ucap Lila dengan santainya, karena ia tidak membuka kedua matanya sama sekali selama film di putar.

Randy yang jahil mulai membuka kedua kelopak mata Lila, membuat kedua mata itu melotot tanpa berkedip.

“Makanya buta matamu!”

“AAAAAAA! Seram, seram!” teriak Lila memberontak.

Mendengar keributan Lila, Randy, dan Joni di ruang bioskop. Para penonton langsung menatap sinis ke arah mereka, tak lupa sebuah sorakan menghujani.

“Bisa diam tidak!”

“Dasar orang kampung. Kalau nggak pernah nonton film horor di bioskop, sebaiknya menonton kartun aja!”

“Pulang aja, pulang woy!”

“Huuuuu, norak kalian!”

Mewakili teman-temannya, Putra beranjak dari duduknya, berdiri dengan kedua tangan di satukan dan meminta maaf kepada para pengunjung.

“Mohon maaf atas ketidak nyamanan yang di buat oleh teman-teman ku,” pinta Putra.

Karena tingkat ketampanan dan suara garang di milik Putra, semua pengunjung menjadi luluh dan akhirnya tidak menyoraki mereka lagi.

Randy, Lila, dan Joni, mereka terpaksa menonton film pembunuhan itu sampai selesai. 1 jam kemudian, film telah selesai. Joni, Lila, dan Randy berlari terbirit-birit menuju kamar mandi di ikuti Putra berjalan santai bersama dengan Fuji.

Bam bam bam!

Randy, Lila, dan Joni masuk ke dalam kamar mandi bersamaan. Putra dan Fuji, mereka hanya menunggu di luar kamar mandi.

“UWEEEEK!” kalimat itulah yang terdengar dari dalam kamar mandi.

“Putra, apa kamu yakin tidak ingin balik ke Desa bersama kami?” tanya Fuji tiba-tiba.

“Tidak, aku sudah memutuskan untuk berjuang dan memulai hidup baru di kota ini,” sahut Putra terdengar tegas.

“Kenapa? Apa karena Imelda?” tanya Fuji.

“Fuji, aku tidak pernah melibatkan semua keputusanku dengan orang lain. Aku ingin tetap di kota, karena aku memang ingin merubah nasib di kota. Jadi, jangan menyuruhku untuk pulang ke Desa. Sebab di Desa aku sudah tak memiliki siapapun di sana,” ucap Putra.

“Ada aku, Randy, Lila, dan Joni di Desa. Jadi pulanglah, jika kau tidak memiliki tempat tinggal. Maka menetap lah di rumahku,” pinta Fuji terdengar tulus, tangannya memegang tangan Putra, dan terlihat oleh Imelda.

“Ma-maaf, apakah benar yang aku dengar?” tanya Imelda mendengar Fuji memohon kepada Putra agar kembali ke Desa.

“Kamu dengar apa?” tanya Putra datar, lirikan matanya mengarah ke Darwin berdiri di sisi kiri Imelda.

“Kalau gadis ini memintamu untuk kembali pulang ke Desa,” sahut Imelda.

“Iya, aku menginginkan Putra kembali. Kenapa?” potong Fuji dengan lantangnya.

“Fuji,” panggil Putra menekan nada suaranya, bola matanya membesar.

“Ck,” decak Fuji memutar bola mata jengah.

“Oh, kalau memang ingin kembali ke Desa. Maka aku akan memberikan gaji selama beberapa hari kamu bekerja,” tangannya meraih ponsel di tas jinjing, “Katakan, berapa nomor rekeningmu,” lanjut Imelda ingin meminta nomor rekening Putra untuk mentransfer gaji.

Di saat Imelda ingin meminta nomor rekening milik Putra, pintu kamar mandi terbuka, keluarlah Randy, Joni, dan Lila dengan baju bagian depan basah.

“Kalian mandi di dalam?” tanya Fuji sinis.

Randy, Lila, dan Joni menggeleng, kepala sedikit tertunduk karena malu.

“Apa kalian tidak bisa menggunakan toiletnya?” tanya Putra langsung ke intinya.

Randy, Lila, dan Joni mengangguk malu.

“Ya ampun. Kalian ini!” hela Putra sembari meraup kasar wajahnya. Imelda dan Darwin hanya bisa tertawa dalam bibir terkunci.

“Dasar udik!” gumam Fuji menghujat teman-temannya, tak lupa tawa kecil terdengar keluar dari bibirnya.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Mimi Ilham

Mimi Ilham

seruu

2023-06-18

0

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

luar biasa kk, ceritanya makin seru... 😍😍

2023-04-13

0

PASYA VOLDIGOD

PASYA VOLDIGOD

hmm

2023-04-12

0

lihat semua
Episodes
1 01. Perdebatan Para Janda
2 02. Perdebatan Bapak-bapak
3 03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4 04. Minta Foto
5 05. Makan Bersama Para Wanita
6 06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7 Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8 Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9 09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10 10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11 11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12 12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13 13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14 14. Ciuman Perpisahan Kita
15 15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16 16. 80% Janji, 20% Hasrat
17 17. Merencanakan Untuk Sakit
18 18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19 19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20 20. GAGAL BERDUAAN
21 21. Hasutan Maya
22 22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23 23. Ada Semut di Bibir
24 24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25 25. Darwin datang Untuk melamar
26 26. Kalung Emas Untuk Imelda
27 27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28 28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29 29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30 30. Pilihlah
31 31. Para wanita menangis
32 32. Tak perlu bersedih
33 33. GALAU
34 34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35 35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36 36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37 37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38 38. Putra Menghentikan Ciuman
39 39.
40 40. Mami nggak Marah, kan?
41 41. Kehebohan Maya dan Rihana
42 42. Mengatur
43 43. Bingung Melihat sikap wanita
44 44. Linda Janda Bohay
45 45.
46 46.
47 47. MELAMARMU
48 48. Apa kamu puas?
49 49. Janda Baru
50 50. Kedua orang Asing
51 51. Di tengah-tengah Kemesraan
52 52. Pelaku Misterius dan Siti
53 53. Di Buntuti
54 54. Tak Tahan Di tindas
55 55. Ternyata Mimi
56 56. Dynamic
57 57. Sandera Bohongan
58 58. Sepucuk Surat Dari Doni
59 59. Tertangkap
60 60.
Episodes

Updated 60 Episodes

1
01. Perdebatan Para Janda
2
02. Perdebatan Bapak-bapak
3
03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4
04. Minta Foto
5
05. Makan Bersama Para Wanita
6
06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7
Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8
Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9
09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10
10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11
11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12
12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13
13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14
14. Ciuman Perpisahan Kita
15
15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16
16. 80% Janji, 20% Hasrat
17
17. Merencanakan Untuk Sakit
18
18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19
19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20
20. GAGAL BERDUAAN
21
21. Hasutan Maya
22
22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23
23. Ada Semut di Bibir
24
24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25
25. Darwin datang Untuk melamar
26
26. Kalung Emas Untuk Imelda
27
27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28
28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29
29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30
30. Pilihlah
31
31. Para wanita menangis
32
32. Tak perlu bersedih
33
33. GALAU
34
34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35
35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36
36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37
37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38
38. Putra Menghentikan Ciuman
39
39.
40
40. Mami nggak Marah, kan?
41
41. Kehebohan Maya dan Rihana
42
42. Mengatur
43
43. Bingung Melihat sikap wanita
44
44. Linda Janda Bohay
45
45.
46
46.
47
47. MELAMARMU
48
48. Apa kamu puas?
49
49. Janda Baru
50
50. Kedua orang Asing
51
51. Di tengah-tengah Kemesraan
52
52. Pelaku Misterius dan Siti
53
53. Di Buntuti
54
54. Tak Tahan Di tindas
55
55. Ternyata Mimi
56
56. Dynamic
57
57. Sandera Bohongan
58
58. Sepucuk Surat Dari Doni
59
59. Tertangkap
60
60.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!