1 jam sudah berlalu.
Putra, Maya, Rihana dan wanita lainnya selesai makan dan membereskan sisa makanan mereka. Putra, Maya, Imelda, Rihana, dan wanita lainnya kini sedang duduk di ruang tamu.
Para wanita terus memandangi Putra dari atas sampai bawah, ada juga terpikat pada jari jempol milik Putra terlihat panjang dan lebar. Pikiran buruk para wanita mulai meronta-ronta di dalam hati mereka masing-masing.
‘Uluh-uluh, mantab betul lah itu jempol kaki dan jari-jemari lainnya,’ batin wanita memakai baju piyama sutra.
‘Iiiihh…gemesnya aku pingin lihat. Saat berdiri tegak pasti, aaaih! Meleleh aku, meleleh,’ batin wanita memakai baju dress rajut lembut.
‘Untung belum bulan puasa. Kalau sudah memasuki bulan puasa, mana bisa mataku jelalatan seperti sekarang ini. Puas-puasin dulu akh, melirik yang bening-bening seperti ini,’ batin Maya.
Lamunan dan pikiran para wanita terhenti saat Putra beranjak berdiri dari duduknya.
“Mau kemana dek?” tanya Maya spontan sembari menatap langkah Putra.
“Mau sholat Isya. Kenapa?” sahut Putra datar, ia pun menghentikan langkahnya.
“Kalau gitu aku ikut, ya. Aku pulang dulu ambil mukenah sama sajadah di rumah,” ucap Maya ingin ikutan sholat.
“Maaf, sebaiknya ibu dan lainnya pulanglah. Aku ingin istirahat setelah selesai sholat,” Putra menundukkan kepalanya, “Terimakasih atas makanan lezat dari ibu-ibu sekalian,” lanjut Putra tak lupa mengucapkan terimakasih sudah diberikan makanan enak.
“Ah, sama-sama. Mulai hari ini kami akan mengirimkan makanan untuk nak Putra. Siapa tahu melalui makanan kita bisa menjadi jodoh,” ucap Rihana tak lupa menyelipkan rayuannya untuk Putra.
Putra hanya bisa menghela nafas panjang, dan menggeleng.
Mendengar Rihana mulai meluncurkan rayuannya, para janda lainnya pun ikut serta merayu Putra.
“Jangan hanya sama dia. Rihana itu wanita tua yang kaku saat di atas ranjang. Sebaiknya sama tante saja.”
“Sama tante juga bisa. Kebutulan sekali tante saat ini ingin memiliki pendamping hidup.”
“Kalau sama tante enak, kamu tidak perlu bekerja di tempat janda aneh itu. Kamu cukup menemani kemanapun tante pergi.”
Lagi, lagi, Putra kembali menghela nafas panjang, lalu berbalik badan membelakangi para wanita dengan wajah sedikit menoleh.
“Mohon maaf untuk semuanya. Saat ini aku sedang fokus untuk menyukseskan diri sendiri,” tolak Putra datar, ia merasa mulai tak nyaman melihat sikap para wanita di sana.
Merasa tak nyaman melihat sikap dingin dan datar Putra, Maya memutuskan untuk mengajak para wanita di sana untuk pulang ke rumah mereka masing-masing setelah berpamitan dengan sopan. Namun ada satu wanita masih tinggal di sana yaitu, Imelda.
“Anu…Putra…aku..”
“Tanya saja jika Anda ingin menanyakan sesuatu,” sela Putra datar.
“Anu….aku lihat dari tadi kamu terlihat kesal. Apa itu semua karena kami?” tanya Imelda merasa canggung melihat sikap Putra.
“Tidak, aku hanya ingin istirahat dan segera melaksanakan sholat Isya,” jelas Putra sedikit berbohong.
“Kalau gitu aku…aku pulang dulu. Soal besok…”
“Aku akan datang ke rumah Anda, dan tetap bekerja," sambung Putra dengan cepat saat tahu maksud dari ucapan Imelda.
“Syurkurlah, aku pikir kamu tidak akan bekerja di tempatku lagi setelah malam ini,” hela Imelda merasa lega.
“Aku bukan anak kecil yang akan membawa masalah pribadi ke lingkungan pekerjaan. Jadi, Anda tidak perlu kuatir,” sahut Putra tegas.
“Kalau gitu aku pamit dulu,” pamit Imelda sekali lagi, sebelah tangan kaku terangkat sendiri untuk melambai, “Da-daaa!”
Setelah memberi lambaian, Imelda berlari cepat keluar dari rumah Putra dengan wajah memerah menahan malu.
Setelah kepergian Imelda dan para wanita lainnya. Putra segera menekan nomor kontak Mama Inces.
📲[“Hallo, darlingku yang blame-blaem!”] sapa Mama Inces setelah mengangkat panggilan telepon dari Putra.
📲[“Aku rasa cuman Anda lah wanita paling ekstrem yang membuat kontrakan di tengah-tengah situasi darurat seperti ini. Pantes saja banyak orang yang marah kepada Anda, ternyata…ternyata…”]
📲[“Uuuhhh…jangan marah begitu dong darling. Lagian para janda di sana baik-baik kok. Suatu saat kamu juga pasti membutuhkan pertolongan janda-janda di sana.”]
📲[“Ahh…kesal aku melihat Anda!”]
📲[“Hei, hei. Jangan marah-marah seperti itu dong, darling. Bukannya sekarang kamu sudah menerima manfaat dari salah satu janda paling tajir di sana?”] cetus Mama Inces sudah mendengar gossip Putra bekerja di tempat Imelda
.
📲[“Tahu darimana kamu?”] tanya Putra sinis.
📲[“Darlingku, sayangku. Aku, dan janda-janda di sana adalah seorang wanita normal seperti lainnya. Meski kami tajir melintir dan selalu sibuk dengan masing-masing pekerjaan kami. Kami ini adalah seorang wanita normal yang hobi menggosip ria, berbelanja, dan juga kami akan genit jika sedang merasa kehausan. Dan ingat ya, sayangku. Bukannya para janda di kompleks itu tidak ingin menikah. Mereka pernah menikah bahkan ada yang gagal sampai 10 kali karena suaminya terlampau jahat. Jika janda-janda di sana suka merayu dan memberi perhatian ekstra kepada kamu, mungkin mereka hanya ingin melepas rasa lelah saja. Maklumi sana, janda di kompleks itu beda dari janda-janda lainnya.”] jelas Mama Inces panjang lebar.
📲[“Terimakasih atas penjelasannya. Aku tutup dulu panggilan teleponnya, sebab aku sudah terlalu lama mengulur waktu untuk sholat.”] pamit Putra ingin menutup panggilan teleponnya.
📲[“Mau sholat? Jangan lupa selipkan nama Mama Inces di doa….”]
Tut tut!
Tanpa banyak bicara Putra langsung menutup panggilan teleponnya. Kedua kakinya mulai melangkah menuju lantai 2, ruang sholat terletak di lantai 2.
Setelah selesai sholat, Putra membaringkan tubuhnya di atas ranjang, sejenak ia bermain dengan ponsel miliknya, sampai ada satu pesan wa mengejutkan dirinya.
“Buset, hampir saja ponselku ini jatuh ke lantai,” gerutu Putra.
Putra segera membaca isi pesan wa di grup miliknya. Grup pemuda tampan di DESA KUNO, itulah nama grup wa itu. Bola mata Putra membulat sempurna saat membaca isi pesan dari para teman di Desanya.
“Gila! Kenapa mereka semua bercandanya seserius ini!”gumam Putra histeris.
Di saat Putra sibuk dengan isi pesan di wa grup. Imelda sendiri sedang berjalan mondar-mandir mengingat mimik wajah Putra seolah dirinya ingin pergi meniggalkan kompleks ini.
“Apa Putra beneran masih ingin bekerja di Perusahaanku. Gimana jika dia tiba-tiba saja kabur. Aku jadi tidak punya alasan untuk membuat dirinya tetap bersamaku!” gumam Imelda sembari menjatuhkan tubuhnya di sofa empuk.
Imelda berulang kali menghela nafas, sorot matanya memandang ke langit-langit ruang tamu bernuansa awan mendung. Kelopak matanya kembali memancarkan sebuah kenangan, kenangan itu adalah dimana saat pertama kali Putra memasuki kompleks perumahan mewah.
Imelda meraskan kehangatan dan rasa nyaman berbeda saat pertama kali melihat wajah Putra. Seolah tidak ingin putus harapan untuk ingin terus mendekati Putra, Imelda saat itu membuat banyak kegiatan tak bermutu. Mulai menyapu halaman rumah sampai sengaja memampangkan kedua gunung kembarnya. Pura-pura membungkuk dengan rok span pendek hingga penutup segitiga hampir terlihat, dan banyak hal aneh lainnya untuk memikat Putra. Namun sayangnya, Putra saat itu tidak terlihat tertarik dengan Imelda. Hal itu pula yang membuat Imelda semakin tertantang untuk mendekati Putra.
Karena baginya Putra seperti seorang dewa yang akan menghiasi kehidupannya. Makaya dari saat itu Imelda berusaha keras untuk berbuat baik kepada Putra dengan cara sopan, meski hatinya terus meronta-ronta.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
~~N..M~~~
Puber kedua kah ini
2023-06-14
0
Denry Deny
bisa aja
2023-05-05
0