20. GAGAL BERDUAAN

Pukul 16:30 sore.

Putra sudah selesai dengan tugasnya menjumpai Imelda ke ruangannya. Setelah mendapatkan sahutan, memperbolehkan dirinya masuk. Putra masuk ke dalam ruang kerja milik Imelda.

“Ada Put?” tanya Imelda setelah Putra berdiri di sisi kanan meja kerjanya.

“Apakah hari ini kita akan pulang cepat?” Putra balik bertanya.

“Iya, kebetulan tugas untuk bulanan sudah selesai. Emang kamu mau kemana?”

“Apakah kamu mau pergi nonton bioskop berdua denganku?” ajak Putra serius.

“Mau!” sahut Imelda cepat.

“Aku mengajak kamu hari ini, karena ingin menebus jadwal tertunda waktu itu. Apa kamu benar-benar tidak keberatan nonton berdua dengan anak di bawah umur sepertiku?”

“Tentu saja tidak. Kalau gitu, mari kita pergi!” ajak Imelda semangat.

Imelda merapihkan dokumen kerja miliknya, lalu mengajak Putra bergegas keluar dari ruangannya. Sepanjang kaki melangkah, bibir Imelda terus tersenyum menyapa karyawan ia lewati, hal itu membuat para karyawannya merasa aneh.

Langkah kaki Imelda terhenti saat salah satu karyawan menghadang jalannya.

“Ayo, ibu mau kemana?” tanya karyawan wanita memakai hijab berwana orange.

“Mau nonton, kenapa?” sahut Imelda jujur.

“Wah, ibu mau nonton. Ikut boleh bu?” sambung karyawan lelakinya.

“Ikut, enak aja. Emang pekerjaan kalian sudah selesai semua?”

“Sudah dong, bu! Gimana, kami boleh ikut tidak? Kebetulan malam ini ada film yang sudah lama kami tunggu-tunggu!”

“Benar, ada film romansa yang begitu menyayat hati. Kami boleh ikutan nonton ya, bu!”

“Ibu tenang aja, kami nonton tidak minta duit ibu kok. Kami pakai uang masing-masing!"

Kemeriahan karyawan Imelda ingin meminta izin agar di perbolehkan ikut nonton bersama terus terdengar hingga membuat Putra harus melangkah terlebih dahulu meninggalkan Imelda.

“Sudah ajak aja!” ucap Putra sembari terus melangkah menuju parkiran mobil.

“Baiklah, kalian semua boleh ikut, tapi bayar masing-masing!” celetuk Imelda, kedua kakinya berlari kecil menuju mobil tempat Putra sudah menunggunya.

“Baik bu!” sahut para karyawan serentak.

Mobil dinaiki Putra dan Imelda perlahan melaju meninggalkan gedung perusahaan, diikuti para karyawan beriringan dari belakang naik sepeda motor masing-masing menuju gedung bioskop.

Sejenak di dalam mobil suasana terasa canggung. Putra terlihat diam dengan raut wajah datarnya, sedangkan Imelda berulang kali melirik ke wajah datar itu.

‘Gimana nih, apakah Putra sedang marah padaku. Aih, pasti dalam hatinya ia, ingin mengajak aku seorang saja. Bukan ramai seperti ini. Gimana ini,’ batin Imelda, tangannya menggenggam rok miliknya.

“Kenapa?” tanya Putra menyadari sikap gugup Imelda.

“Anu…apakah kamu marah padaku?” sahut Imelda balik bertanya.

“Tidak!”

“Kalau tidak, kenapa kamu terus diam seperti ini?” tanya Imelda penasaran.

“Tadinya aku hanya ingin mengajak kamu nonton berdua sebagai pemintaan maafku karena telah membatalkan ajakan kamu waktu itu. Tapi….” ucapan Putra terhenti, saat sorot matanya melirik ke kaca sen sebelah kiri. Terlihat para karyawan beriringan dengan canda-tawa di masing-masing wajah mereka. “Tapi, setelah melihat wajah karyawan begitu semangat ingin ikut, aku pun tak bisa menolaknya. Mungkin memang kita tidak diperbolehkan untuk nonton berdua,” lajut Putra, pandangannya kembali fokus ke jalan.

“Maafkan sikap karyawanku, ya!” maaf Imelda tulus.

“Tenanglah, aku tidak mengatakan jika ingin mendengar kata maaf dari bibirmu. Terpenting penting saat ini yang harus aku lihat adalah melihat kamu senang,” sahut Putra membuat Imelda salah paham.

“Terimakasih,” gumam Imelda.

20 menit kemudian mobil dan iring-iringan sepeda motor karyawan telah memasuki gedung parkiran bioskop. 20 karyawan lainnya mengikuti langkah kaki Imelda dan Putra dari belakang menuju gedung bioskop. Begitu sampai di tempat pemesanan tiket dan kursi, agar meja pemesanan tidak di penuhi para karyawan, Putra memutuskan untuk mewakili para karyawan mengambil tiket dan kursi.

2 jam menunggu, akhirnya film mereka segera di mulai. Putra, Imelda, dan 20 karyawan lainnya segera masuk dan duduk di kursi mereka masing-masing. Ada 15 menit menunggu, akhirnya film mereka di mulai.

Niat hati ingin duduk berduaan dengan Putra, Imelda malah di tarik karyawan wanita untuk duduk bersama dengan mereka. Akhirnya, sepanjang film di putar, Imelda hanya bisa melirik ke Putra tanpa menikmati filmnya.

2 jam kemudian, pemutaran film sudah selesai. Putra dan Imelda berpisah dengan 20 karyawannya di parkiran. Baru saja keluar dari gedung parkiran bioskop, Imelda menawarkan ajakan makan malam bersama di luar.

“Putra,” panggil Imelda, Putra melirik sekilas lalu kembali fokus ke jalan raya.

“Iya!”

“Kamu lapar?” tanya Imelda.

“Iya, apakah kamu ingin makan?” sahut Putra balik bertanya.

“Iya, gimana kalau kita makan di luar. Kali ini aku yang traktir,” usul Imelda sebagai permintaan maafnya.

“Sebenarnya aku kurang suka makan di luar.”

“Jadi, kamu mau makan malam di mana?” tanya Imelda bingung.

“Aku akan makan di rumah saja,” sahut Putra dengan pandangan masih fokus ke jalan.

“Gimana kalau aku yang masakkan makan malam buat kamu!”

“Tidak usah, aku tidak ingin membawa wanita ke rumahku,” tolak Putra lembut.

“Loh, kenapa?”

“Aku tidak enak dengan ibu-ibu di kompleks itu. Kalau aku menerima kamu masuk ke dalam rumahku, sudah pasti mereka juga akan ikut masuk. Itu sungguh membuat aku pusing,” jelas Putra, tangannya mulai memijit pelipisnya terasa berdenyut memikirkan kehebohan dari emak-emak di kompleks.

“Baiklah, aku akan masak dari rumah saja. Setelah masakan itu selesai, aku akan mengantarkannya ke rumah kamu!” ucap Imelda lesu.

Sejenak Putra melirik ke wajah kecewa Imelda, diam-diam ia menarik nafas, dan mulai berkata.

“Tidak perlu, selesai mandi dan sholat aku akan langsung ke rumah kamu,” sahut Putra membuat hati Imelda senang.

“Benarkah?!”

“Iya!”

“Baiklah, aku akan masakan makanan enak buat kamu malam ini!”

Setelah menempuh perjalanan 1 jam lamanya menuju kompleks rumah mereka. Akhirnya mobil Imelda sudah masuk ke dalam gerbang rumah. Putra pun segera pamit pulang untuk melaksanakan ibadah sholat Isya. Imelda sendiri berjalan ke depan kompleks, ingin membeli bahan di mini market tak jauh dari gang rumahnya.

Baru saja separuh jalan ke depan, Imelda harus menghentikan langkah kakinya saat bertemu dengan Maya.

“Eh, jeng Maya,” sapa Imelda ramah.

Maya menghentikan langkah kakinya.

“Mau kemana kamu berpakaian rapih?” tanya Maya penasaran.

“Ini, aku baru pulang kerja dan ingin pergi ke mini market depan untuk membeli bahan makanan yang kurang,” sahut Imelda tak menutupi hal apa pun.

“Tumben, mau ada tamu?” tanya Maya semakin penasaran.

“Putra katanya ingin berkunjung makan malam ke rumah selesai sholat,” sahut Imelda.

“Ouh, kalau gitu aku jalan duluan, ya!” pamit Maya.

“Iya, jeng,” sahut Imelda, ia pun melangkah kembali.

Tak ingin membiarkan Imelda hanya berduaan di dalam rumah. Maya segera mencari cara agar bisa menggagalkan makan malam Imelda dengan Putra. Sepanjang jalan ia terus berpikir dan berpikir, hingga langkah kakinya membawanya terhenti di depan teras rumah Putra.

“Aku harus melakukannya!” gumam Maya, kaki kanannya mulai naik ke atas teras rumah.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

rencana apa yg akan dilancarkan Maya...
semoga gagal..
dahlah putra go to home Imelda saja...
cuekin aja itu simaya 😂

2023-04-19

0

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Makin Seru Kk
Ry Benci Pakpol Mampir

2023-04-19

1

lihat semua
Episodes
1 01. Perdebatan Para Janda
2 02. Perdebatan Bapak-bapak
3 03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4 04. Minta Foto
5 05. Makan Bersama Para Wanita
6 06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7 Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8 Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9 09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10 10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11 11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12 12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13 13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14 14. Ciuman Perpisahan Kita
15 15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16 16. 80% Janji, 20% Hasrat
17 17. Merencanakan Untuk Sakit
18 18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19 19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20 20. GAGAL BERDUAAN
21 21. Hasutan Maya
22 22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23 23. Ada Semut di Bibir
24 24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25 25. Darwin datang Untuk melamar
26 26. Kalung Emas Untuk Imelda
27 27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28 28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29 29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30 30. Pilihlah
31 31. Para wanita menangis
32 32. Tak perlu bersedih
33 33. GALAU
34 34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35 35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36 36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37 37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38 38. Putra Menghentikan Ciuman
39 39.
40 40. Mami nggak Marah, kan?
41 41. Kehebohan Maya dan Rihana
42 42. Mengatur
43 43. Bingung Melihat sikap wanita
44 44. Linda Janda Bohay
45 45.
46 46.
47 47. MELAMARMU
48 48. Apa kamu puas?
49 49. Janda Baru
50 50. Kedua orang Asing
51 51. Di tengah-tengah Kemesraan
52 52. Pelaku Misterius dan Siti
53 53. Di Buntuti
54 54. Tak Tahan Di tindas
55 55. Ternyata Mimi
56 56. Dynamic
57 57. Sandera Bohongan
58 58. Sepucuk Surat Dari Doni
59 59. Tertangkap
60 60.
Episodes

Updated 60 Episodes

1
01. Perdebatan Para Janda
2
02. Perdebatan Bapak-bapak
3
03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4
04. Minta Foto
5
05. Makan Bersama Para Wanita
6
06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7
Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8
Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9
09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10
10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11
11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12
12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13
13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14
14. Ciuman Perpisahan Kita
15
15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16
16. 80% Janji, 20% Hasrat
17
17. Merencanakan Untuk Sakit
18
18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19
19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20
20. GAGAL BERDUAAN
21
21. Hasutan Maya
22
22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23
23. Ada Semut di Bibir
24
24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25
25. Darwin datang Untuk melamar
26
26. Kalung Emas Untuk Imelda
27
27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28
28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29
29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30
30. Pilihlah
31
31. Para wanita menangis
32
32. Tak perlu bersedih
33
33. GALAU
34
34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35
35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36
36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37
37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38
38. Putra Menghentikan Ciuman
39
39.
40
40. Mami nggak Marah, kan?
41
41. Kehebohan Maya dan Rihana
42
42. Mengatur
43
43. Bingung Melihat sikap wanita
44
44. Linda Janda Bohay
45
45.
46
46.
47
47. MELAMARMU
48
48. Apa kamu puas?
49
49. Janda Baru
50
50. Kedua orang Asing
51
51. Di tengah-tengah Kemesraan
52
52. Pelaku Misterius dan Siti
53
53. Di Buntuti
54
54. Tak Tahan Di tindas
55
55. Ternyata Mimi
56
56. Dynamic
57
57. Sandera Bohongan
58
58. Sepucuk Surat Dari Doni
59
59. Tertangkap
60
60.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!