Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini

Keesokan paginya.

Merasa tak tenang jika hanya menunggu kedatangan Putra di rumahnya, Imelda memutuskan untuk mendatangi rumah Putra dengan membawa sebuah kotak makanan berisi sarapan untuk Putra.

Tok tok tok!

Imelda mulai mengetuk pintu rumah.

“Ya, siapa?” tanya Putra dari dalam sembari membuka pintu rumahnya.

Bola mata Imelda membulat sempurna serta mengarah pada satu titik saat melihat Putra keluar hanya memakai baju kemeja dan celana boxer pendek.

‘Ya ampun, begitu segarnya mata ini jika aku sering melihatnya setiap pagi,’ gumam Imelda dalam hati.

“Ehem, kenapa Anda terus melihat ke celana boxer ku?” ceplos Putra, membuyarkan pikiran Imelda.

“Anu, i-ini sarapan untuk kamu. Sebaiknya kamu makan dulu sebelum berangkat kerja,” ucap Imelda gugup karena separuh pikirannya masih menerawang ke langit senja.

“Kebetulan sekali aku sudah memasak sarapan untuk diriku sendiri. Gimana kalau kita sarapan bareng saja,” ajak Putra membuka pintu rumahnya untuk mempersilahkan Imelda masuk.

“A-aku biar sarapan di rumah aja!” tolak Imelda gugup saat dirinya memikirnya hanya berduaan dengan Putra dengan memakai celana boxer di dalam rumah.

“Aku benci di tolak,” Putra menggenggam pergelangan tangan Imelda, “Kali ini biarkan aku menjamu dan mengenyangkan mulut Anda,” lanjut Putra menarik Imelda masuk ke dalam rumah.

Saat Putra menarik Imelda masuk ke dalam rumah, ternyata ada Rihana melintasi depan rumah Putra. Ia pun menghentikan sepeda motor maticnya, dadanya naik turun saat tadi tidak sengaja melihat Putra hanya memakai boxer, pikirannya juga mulai terpacu pada hal jorok.

Rihana mengambil benda pipih miliknya, mulai menyebar pesan wa di grup janda kompleks.

📨 {Eh jeng. Kalian mau tahu tidak gossip pagi hari ini?} ucap Rihana di grup pesan wa.

Tanpa menunggu waktu lama, grup wa pun ramai karena kehebohan Rihana.

📨 {Apa itu?}

📨 {Iss….kepolah aku}

📨 {Aku baru saja bangun tidur sudah di gemparkan oleh kesibukan wanita satu ini. Cepat katakan apa yang baru saja kau lihat Janda ria.}

📨 {Isss…Lantam kali mulut kau janda ember. Kau dengar dulu ini. Tadi aku tidak sengaja melewati rumah Putra. Ku lihatlah Janda hiper itu ada di depan pintu rumah Putra, aku pantau…aku pantau terus tuh. Eh, gitu Putra membuka pintu tanpa memakai celana, janda hiper itu tidak langsung pergi, matanya itu langsung melotot menatap anunya Putra.} isi pesan Rihana kembali menggemparkan grup wa.

📨 {Serius kau, janda ria. Putra tidak memakai celana? Berarti aku juga melihat kulit pahanya?}

📨 {Benarnya itu brondong kita nggak pakek celana? kenapa kau tidak foto 'kan tadi. Pelit kali ku rasa janda ria ini.}

📨 {Bukan kau aja janda ria, besok-besok aku akan datang sangat pagi. Pura-pura memberikan sarapan ke rumah Putra agar aku lihat wajah tampannya yang baru bangun tidur itu.}

Kehebohan masih terus terjadi di grup wa.

Sementara itu di ruang makan, terlihat Putra sedang menyajikan nasi goreng buatannya dan masakan buatan Imelda di atas meja. Tak lupa segelas air hangat putih untuk dirinya dan Imelda.

Melihat Putra seperti sudah terbiasa menata makanan seperti ini. Imelda mulai memberikan pertanyaan pada Putra.

“Maaf, kalau aku boleh tahu, apakah kamu dulunya selalu masak di rumah?” tanya Imelda lembut, tidak ingin menyinggung perasaan Putra.

“Iya, kedua almarhum kedua orang tua ku lelah di sawah. Jadi, sebagai seorang anak sudah tugasnya mengurangi sedikit beban almarhum kedua orang tuaku,” sahut Putra sembari menarik kursi dan duduk.

“Kamu memang sangat hebat. Aku sangat yakin kedua orang tua kamu pasti bangga memiliki putra seperti kamu,” puji Imelda.

“Terimakasih atas pujiannya,” ucap Putra berterimakasih.

“Ehem, pasti sangat sulit bagimu menjalani hidup seperti saat ini tanpa kedua orang tua,” cetus Imelda merasa prihatin melihat Putra menjadi yatim-piatu di usia muda.

“Kenapa harus sulit. Bukannya setiap manusia memiliki jalan hidup dan takdirnya berbeda-beda. Anda tenang saja, aku sudah terbiasa akan hal seperti ini,” ucap Putra sembari memberikan piring berisi nasi goreng. “Sebaiknya kita makan dulu sebelum makanannya dingin,” lanjut Putra menjeda percakapan mereka.

“Hem,” angguk Imelda tanpa bertanya apapun lagi.

30 menit sudah berlalu. Imelda dan Putra sudah selesai makan, dan Putra sudah memakai baju rapih untuk bekerja. Sesampainya di garasi mobil, Imelda mulai memandang Putra dari atas sampai bawah.

“Kamu masih semangat untuk bekerja di tempat ku ‘kan?” tanya Imelda memastikan.

“Jangan di tanya lagi. Sudah pasti aku semangat,” mengulurkan tangannya, “Berikan aku kunci mobilnya,” lanjut Putra meminta kunci mobil masih berada di genggaman tangan Imelda.

“Oh, iya,” sahut Imelda memberikan kunci ke telapak tangan Putra.

“Silahkan masuk,” pinta Putra datar sembari membuka pintu mobil untuk Imelda.

“Terimakasih,” sahut Imelda sembari masuk dan duduk di kursi penumpang.

Putra mulai melajukan mobil keluar dari gerbang otomatis rumah Imelda. Putra juga tak lupa menyapa para wanita sedang berada di depan teras rumah mereka masing-masing. Lalu menambah kecepatan setelah berada di luar kompleks.

“Hem, apa kamu sudah memiliki sim motor dan mobil?” tanya Imelda penasaran.

“Tentu saja sudah,” sahut Putra seadanya.

“Oh, baguslah. Aku pikir kamu belum memilikinya,” gumam Imelda di dengar oleh Putra.

“Hem,” angguk Putra, pandangannya fokus ke jalan.

Sejenak mereka saling diam, hingga membuat Imelda merasakan perjalanan itu terlalu lama. Di lampu merah terakhir, Imelda mulai mencari bahan pembicaraan agar suasana di dalam mobil benar-benar tidak canggung.

“Putra,” panggil Imelda pelan.

“Iya!”

“Apa kamu pernah menonton bioskop?” tanya Imelda sedikit gugup.

“Belum, kenapa?” Putra balik bertanya.

“Gimana kalau sepulang kerja kita pergi nonton bioskop. Kebetulan hari ini aku melihat ada film baru,” ajak Imelda.

“Ya sudah,” sahut Putra tanpa banyak bertanya.

Jawaban singkat dari Putra membuat Imelda semakin bingung dan menjadi salah tingkah. Ia terus membahas topik tak penting agar tetap membuat suasana tidak canggung seperti saat ini. Namun, usaha Imelda sia-sia, sampai mobil terpakir, dan mereka berjalan masuk ke dalam kantor, Putra tetap diam, menjawab hanya seperlunya saja.

Putra dan Imelda pun terpisah, Putra masuk ke dalam ruangannya, Imelda ke dalam ruangannya.

“Semakin ke sini Putra kelihatannya semakin dingin. Kenapa sulit sekali untuk menaklukan hatinya. Bibirnya bergerak hanya seperlunya saja. Gimana ini?” gumam Imelda terus bertanya-tanya kenapa sikap Putra hari ini sangat dingin.

.

.

Sementara itu di ruangan Putra sendiri.

“Apa mereka semua sudah gila. Bagaimana mungkin Randy, Lila, Fuji, dan Jono akan singgah ke kontrakan ku setelah mereka pulang dari jalan-jalan. Apa yang harus aku buat di rumah nanti, mana nanti ada Fuji, anak Pak RT yang memiliki mulut sangat tajam seperti pisau cukur. Aku sangat yakin pasti mereka semua akan mengejekku habis-habisan saat mengetahui jika aku tinggal di kompleks janda. Apa yang harus aku lakukan? Ya ampun, pusing sekali rasanya memikirkan hal ini,” gerutu Putra cemas akan kehadiran tempat satu kampungnya.

.

.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

~~N..M~~~

~~N..M~~~

Andai ada kompleks DuDA. Mungkin akan seru thor

2023-06-14

0

Denry Deny

Denry Deny

Lucu kali saat baca isi pesannya.

2023-05-05

0

tina yusuf

tina yusuf

ak dah mampir lg thor ,semangat

2023-04-06

0

lihat semua
Episodes
1 01. Perdebatan Para Janda
2 02. Perdebatan Bapak-bapak
3 03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4 04. Minta Foto
5 05. Makan Bersama Para Wanita
6 06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7 Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8 Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9 09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10 10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11 11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12 12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13 13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14 14. Ciuman Perpisahan Kita
15 15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16 16. 80% Janji, 20% Hasrat
17 17. Merencanakan Untuk Sakit
18 18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19 19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20 20. GAGAL BERDUAAN
21 21. Hasutan Maya
22 22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23 23. Ada Semut di Bibir
24 24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25 25. Darwin datang Untuk melamar
26 26. Kalung Emas Untuk Imelda
27 27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28 28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29 29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30 30. Pilihlah
31 31. Para wanita menangis
32 32. Tak perlu bersedih
33 33. GALAU
34 34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35 35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36 36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37 37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38 38. Putra Menghentikan Ciuman
39 39.
40 40. Mami nggak Marah, kan?
41 41. Kehebohan Maya dan Rihana
42 42. Mengatur
43 43. Bingung Melihat sikap wanita
44 44. Linda Janda Bohay
45 45.
46 46.
47 47. MELAMARMU
48 48. Apa kamu puas?
49 49. Janda Baru
50 50. Kedua orang Asing
51 51. Di tengah-tengah Kemesraan
52 52. Pelaku Misterius dan Siti
53 53. Di Buntuti
54 54. Tak Tahan Di tindas
55 55. Ternyata Mimi
56 56. Dynamic
57 57. Sandera Bohongan
58 58. Sepucuk Surat Dari Doni
59 59. Tertangkap
60 60.
Episodes

Updated 60 Episodes

1
01. Perdebatan Para Janda
2
02. Perdebatan Bapak-bapak
3
03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4
04. Minta Foto
5
05. Makan Bersama Para Wanita
6
06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7
Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8
Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9
09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10
10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11
11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12
12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13
13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14
14. Ciuman Perpisahan Kita
15
15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16
16. 80% Janji, 20% Hasrat
17
17. Merencanakan Untuk Sakit
18
18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19
19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20
20. GAGAL BERDUAAN
21
21. Hasutan Maya
22
22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23
23. Ada Semut di Bibir
24
24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25
25. Darwin datang Untuk melamar
26
26. Kalung Emas Untuk Imelda
27
27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28
28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29
29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30
30. Pilihlah
31
31. Para wanita menangis
32
32. Tak perlu bersedih
33
33. GALAU
34
34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35
35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36
36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37
37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38
38. Putra Menghentikan Ciuman
39
39.
40
40. Mami nggak Marah, kan?
41
41. Kehebohan Maya dan Rihana
42
42. Mengatur
43
43. Bingung Melihat sikap wanita
44
44. Linda Janda Bohay
45
45.
46
46.
47
47. MELAMARMU
48
48. Apa kamu puas?
49
49. Janda Baru
50
50. Kedua orang Asing
51
51. Di tengah-tengah Kemesraan
52
52. Pelaku Misterius dan Siti
53
53. Di Buntuti
54
54. Tak Tahan Di tindas
55
55. Ternyata Mimi
56
56. Dynamic
57
57. Sandera Bohongan
58
58. Sepucuk Surat Dari Doni
59
59. Tertangkap
60
60.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!