Keesokan paginya.
Merasa tak tenang jika hanya menunggu kedatangan Putra di rumahnya, Imelda memutuskan untuk mendatangi rumah Putra dengan membawa sebuah kotak makanan berisi sarapan untuk Putra.
Tok tok tok!
Imelda mulai mengetuk pintu rumah.
“Ya, siapa?” tanya Putra dari dalam sembari membuka pintu rumahnya.
Bola mata Imelda membulat sempurna serta mengarah pada satu titik saat melihat Putra keluar hanya memakai baju kemeja dan celana boxer pendek.
‘Ya ampun, begitu segarnya mata ini jika aku sering melihatnya setiap pagi,’ gumam Imelda dalam hati.
“Ehem, kenapa Anda terus melihat ke celana boxer ku?” ceplos Putra, membuyarkan pikiran Imelda.
“Anu, i-ini sarapan untuk kamu. Sebaiknya kamu makan dulu sebelum berangkat kerja,” ucap Imelda gugup karena separuh pikirannya masih menerawang ke langit senja.
“Kebetulan sekali aku sudah memasak sarapan untuk diriku sendiri. Gimana kalau kita sarapan bareng saja,” ajak Putra membuka pintu rumahnya untuk mempersilahkan Imelda masuk.
“A-aku biar sarapan di rumah aja!” tolak Imelda gugup saat dirinya memikirnya hanya berduaan dengan Putra dengan memakai celana boxer di dalam rumah.
“Aku benci di tolak,” Putra menggenggam pergelangan tangan Imelda, “Kali ini biarkan aku menjamu dan mengenyangkan mulut Anda,” lanjut Putra menarik Imelda masuk ke dalam rumah.
Saat Putra menarik Imelda masuk ke dalam rumah, ternyata ada Rihana melintasi depan rumah Putra. Ia pun menghentikan sepeda motor maticnya, dadanya naik turun saat tadi tidak sengaja melihat Putra hanya memakai boxer, pikirannya juga mulai terpacu pada hal jorok.
Rihana mengambil benda pipih miliknya, mulai menyebar pesan wa di grup janda kompleks.
📨 {Eh jeng. Kalian mau tahu tidak gossip pagi hari ini?} ucap Rihana di grup pesan wa.
Tanpa menunggu waktu lama, grup wa pun ramai karena kehebohan Rihana.
📨 {Apa itu?}
📨 {Iss….kepolah aku}
📨 {Aku baru saja bangun tidur sudah di gemparkan oleh kesibukan wanita satu ini. Cepat katakan apa yang baru saja kau lihat Janda ria.}
📨 {Isss…Lantam kali mulut kau janda ember. Kau dengar dulu ini. Tadi aku tidak sengaja melewati rumah Putra. Ku lihatlah Janda hiper itu ada di depan pintu rumah Putra, aku pantau…aku pantau terus tuh. Eh, gitu Putra membuka pintu tanpa memakai celana, janda hiper itu tidak langsung pergi, matanya itu langsung melotot menatap anunya Putra.} isi pesan Rihana kembali menggemparkan grup wa.
📨 {Serius kau, janda ria. Putra tidak memakai celana? Berarti aku juga melihat kulit pahanya?}
📨 {Benarnya itu brondong kita nggak pakek celana? kenapa kau tidak foto 'kan tadi. Pelit kali ku rasa janda ria ini.}
📨 {Bukan kau aja janda ria, besok-besok aku akan datang sangat pagi. Pura-pura memberikan sarapan ke rumah Putra agar aku lihat wajah tampannya yang baru bangun tidur itu.}
Kehebohan masih terus terjadi di grup wa.
Sementara itu di ruang makan, terlihat Putra sedang menyajikan nasi goreng buatannya dan masakan buatan Imelda di atas meja. Tak lupa segelas air hangat putih untuk dirinya dan Imelda.
Melihat Putra seperti sudah terbiasa menata makanan seperti ini. Imelda mulai memberikan pertanyaan pada Putra.
“Maaf, kalau aku boleh tahu, apakah kamu dulunya selalu masak di rumah?” tanya Imelda lembut, tidak ingin menyinggung perasaan Putra.
“Iya, kedua almarhum kedua orang tua ku lelah di sawah. Jadi, sebagai seorang anak sudah tugasnya mengurangi sedikit beban almarhum kedua orang tuaku,” sahut Putra sembari menarik kursi dan duduk.
“Kamu memang sangat hebat. Aku sangat yakin kedua orang tua kamu pasti bangga memiliki putra seperti kamu,” puji Imelda.
“Terimakasih atas pujiannya,” ucap Putra berterimakasih.
“Ehem, pasti sangat sulit bagimu menjalani hidup seperti saat ini tanpa kedua orang tua,” cetus Imelda merasa prihatin melihat Putra menjadi yatim-piatu di usia muda.
“Kenapa harus sulit. Bukannya setiap manusia memiliki jalan hidup dan takdirnya berbeda-beda. Anda tenang saja, aku sudah terbiasa akan hal seperti ini,” ucap Putra sembari memberikan piring berisi nasi goreng. “Sebaiknya kita makan dulu sebelum makanannya dingin,” lanjut Putra menjeda percakapan mereka.
“Hem,” angguk Imelda tanpa bertanya apapun lagi.
30 menit sudah berlalu. Imelda dan Putra sudah selesai makan, dan Putra sudah memakai baju rapih untuk bekerja. Sesampainya di garasi mobil, Imelda mulai memandang Putra dari atas sampai bawah.
“Kamu masih semangat untuk bekerja di tempat ku ‘kan?” tanya Imelda memastikan.
“Jangan di tanya lagi. Sudah pasti aku semangat,” mengulurkan tangannya, “Berikan aku kunci mobilnya,” lanjut Putra meminta kunci mobil masih berada di genggaman tangan Imelda.
“Oh, iya,” sahut Imelda memberikan kunci ke telapak tangan Putra.
“Silahkan masuk,” pinta Putra datar sembari membuka pintu mobil untuk Imelda.
“Terimakasih,” sahut Imelda sembari masuk dan duduk di kursi penumpang.
Putra mulai melajukan mobil keluar dari gerbang otomatis rumah Imelda. Putra juga tak lupa menyapa para wanita sedang berada di depan teras rumah mereka masing-masing. Lalu menambah kecepatan setelah berada di luar kompleks.
“Hem, apa kamu sudah memiliki sim motor dan mobil?” tanya Imelda penasaran.
“Tentu saja sudah,” sahut Putra seadanya.
“Oh, baguslah. Aku pikir kamu belum memilikinya,” gumam Imelda di dengar oleh Putra.
“Hem,” angguk Putra, pandangannya fokus ke jalan.
Sejenak mereka saling diam, hingga membuat Imelda merasakan perjalanan itu terlalu lama. Di lampu merah terakhir, Imelda mulai mencari bahan pembicaraan agar suasana di dalam mobil benar-benar tidak canggung.
“Putra,” panggil Imelda pelan.
“Iya!”
“Apa kamu pernah menonton bioskop?” tanya Imelda sedikit gugup.
“Belum, kenapa?” Putra balik bertanya.
“Gimana kalau sepulang kerja kita pergi nonton bioskop. Kebetulan hari ini aku melihat ada film baru,” ajak Imelda.
“Ya sudah,” sahut Putra tanpa banyak bertanya.
Jawaban singkat dari Putra membuat Imelda semakin bingung dan menjadi salah tingkah. Ia terus membahas topik tak penting agar tetap membuat suasana tidak canggung seperti saat ini. Namun, usaha Imelda sia-sia, sampai mobil terpakir, dan mereka berjalan masuk ke dalam kantor, Putra tetap diam, menjawab hanya seperlunya saja.
Putra dan Imelda pun terpisah, Putra masuk ke dalam ruangannya, Imelda ke dalam ruangannya.
“Semakin ke sini Putra kelihatannya semakin dingin. Kenapa sulit sekali untuk menaklukan hatinya. Bibirnya bergerak hanya seperlunya saja. Gimana ini?” gumam Imelda terus bertanya-tanya kenapa sikap Putra hari ini sangat dingin.
.
.
Sementara itu di ruangan Putra sendiri.
“Apa mereka semua sudah gila. Bagaimana mungkin Randy, Lila, Fuji, dan Jono akan singgah ke kontrakan ku setelah mereka pulang dari jalan-jalan. Apa yang harus aku buat di rumah nanti, mana nanti ada Fuji, anak Pak RT yang memiliki mulut sangat tajam seperti pisau cukur. Aku sangat yakin pasti mereka semua akan mengejekku habis-habisan saat mengetahui jika aku tinggal di kompleks janda. Apa yang harus aku lakukan? Ya ampun, pusing sekali rasanya memikirkan hal ini,” gerutu Putra cemas akan kehadiran tempat satu kampungnya.
.
.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
~~N..M~~~
Andai ada kompleks DuDA. Mungkin akan seru thor
2023-06-14
0
Denry Deny
Lucu kali saat baca isi pesannya.
2023-05-05
0
tina yusuf
ak dah mampir lg thor ,semangat
2023-04-06
0