Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG

Imelda berpikir sikap Putra berubah karena ulah para wanita di kompleksnya. Akan tetapi, sikap Putra berubah karena ia sedang memikirkan teman-teman dari Desa baru saja pulang wisata ke Berastagi akan singgah ke rumahnya. Bagaimana jika teman-temannya melihat lingkungan tempat ia tinggal, pasti pikiran buruk menyerang teman-teman nantinya.

Lamunan Putra buyar saat seseorang mengetuk pintu ruangannya.

Tok tok tok

“Masuk,” sahut Putra dari dalam.

“Permisi, sa-saya ingin mengantarkan dokumen ini,” ucap seorang wanita memakai kacamata tebal dari depan pintu.

“Oh, silahkan letakkan saja di sana,” sambut Putra mengulurkan tangannya ke meja kerja miliknya.

Wanita memakai kacamata tebal, mulai melangkah masuk ke dalam ruangan Putra, sebut saja namanya Mimi.

“I-ini,” ucap Mimi setelah meletakkan dokumen di atas tumpukan dokumen lainnya.

“Terimakasih, ya,” terimakasih Putra dengan suara jantannya, membuat jantung Mimi berdebar tak karuan.

“Sa-sama-sama!” sahut Mimi langsung berlari keluar ruangan Putra dengan menutup pintu sangat kuat.

Bam!

“Kenapa dengan gadis kacamata tebal itu?” gumam Putra menatap pintu ruangannya.

Mendengar suara pintu ruangan milik Putra tertutup dengan kuat, Imelda berada di ruangannya langsung berlari memasuki ruangan Putra.

“Kamu kenapa?” tanya Imelda melangkah masuk dengan cemas, menatap Putra duduk di kursi kerjanya.

“Kenapa?” gumam Putra mengernyitkan dahinya.

“Iya, aku dengar tadi suara pintu kamu di tutup dengan kuat. Apa ada seseorang sedang mencoba menyerang mu?” tanya Imelda sudah berdiri di samping kursi kerjanya.

“A-anda sangat dekat dengan ku,” ucap Putra sedikit gugup saat Imelda sangat dekat dengannya.

“Aku ingin memeriksa apakah kamu baik-baik saja,” cetus Imelda cemas, saking cemasnya, Imelda sampai memeriksa hampir seluruh tubuh Putra dari luar. Namun, Putra segera menahan tangan Imelda saat ingin membuka kancing kemejanya.

“Apa yang akan Anda lakukan?” tanya Putra menatap nanar bola mata hitam pekat Imelda.

Bukannya menjawab, Imelda malah terpaku melihat bibir merah muda Putra, pandangan itu kini perlahan turun ke leher, melihat jakun tegap bersembunyi di balik kulit.

‘Sangat dekat! Hembusan nafas dari obat kumur berbau mint menyongsong masuk ke dalam pikiranku. Bibirnya, matanya, kulit wajahnya halus dan kenyal sangat-sangat ingin aku sentuh. Eh…tunggu dulu, sebenarnya apa yang sedang aku lakukan? Apa saat ini kesadaranku mulai hilang dan…apa aku ingin melahapnya? TIDAK!’ batin Imelda. Kedua kakinya spontan mundur ke belakang.

“Anda kenapa?” tanya Putra kembali dengan mode datarnya.

“A-aku hanya mencemaskan kamu,” sahut Imelda menahan malu.

“Aku baik-baik saja. Emang aku kenapa?” tanya Putra.

“Ta-tadi aku mendengar suara pintu kamu..”

“Oh, itu tadi gadis memakai kacamata tebal tiba-tiba saja berlari saat menatap wajahku. Apa wajahku terlihat buruk?” tanya Putra sembari beranjak dari duduknya, mendekati wajahnya dengan wajah Imelda, sehingga rona di kedua pipinya muncul dengan sangat jelas.

“Ti-tidak!” sahut Imelda gugup, ia pun menundukkan pandangannya agar wajah meronanya tidak terlihat oleh Putra.

“Lantas kenapa dia berlari?” tanya Putra polos, ia pun kembali duduk.

“I-itu…mungkin karena kamu tampan,” gumam Imelda di dengar oleh Putra.

“Oh, dulu waktu aku di Desa, para wanita dan ibu-ibu lain juga pernah mengatakan hal seperti itu,” jelas Putra mengingat ucapan wanita di Desa tempat ia tinggal.

“Ka-kalau gitu aku keluar dulu, ya,” pamit Imelda mulai melangkah keluar dari ruangan Putra.

Putra kembali mengerjakan tugasnya, begitu juga dengan Imelda.

.

Waktu terus berlalu.

Karena mendapatkan telepon dari teman-temannya, Putra membatalkan acara nonton bioskop bersama dengan Imelda. Pukul 17:20 sore, Putra dan Imelda akhirnya sudah sampai di kompleks rumah. Baru saja keluar dari gerbang rumah Imelda, Putra sudah di sambut meriah oleh teman-temannya.

“Putra!” teriak 3 orang lelaki dan 1 orang wanita berlari ke arah Putra dengan tas camping masih melingkar di masing-masing bahu.

“Sudah lama?” tanya Putra datar, kedua kaki terus melangkah menghampiri temannya.

“Sudah dong,” sahut seorang lelaki berambut lurus gondrong.

“Putra, ini rumahmu?” tanya seorang wanita yaitu Fuji.

“Bukan, ini rumah bos tempat aku bekerja. Kalau rumahku di sebrang sana,” sahut Putra mengarahkan tangannya lurus ke sebrang jalan. Terlihat rumah dengan tingkat satu berwarna merah muda.

“Bephahahaha! Nggak salah nih, lihat rumah kamu?” tanya seorang pria bertubuh gempal, Randy, tertawa mengejek.

“Nggak, aku ngontrak di sana. Emang kenapa?” sahut Putra datar.

“Loh, ngontrak? Tapi kamu jual rumah di Desa…” ucapan Fuji terhenti saat Putra melangkah terlebih dahulu menyebrang ke rumahnya.

“Ayo, masuk!” ajak Putra terus melangkah.

“I-iya!” sahut keempat temannya berlari kecil mengikuti langkah kaki Putra.

Saat Putra dan keempat temannya masuk ke dalam rumah, para wanita ternyata dari tadi sedang bersembunyi di masing-masing pagar rumah mereka. Bahkan janda-janda itu menguping pembicaraan Putra dengan keempat temannya sehingga saat ini para janda berkumpul di depan gerbang rumah Imelda.

“Bsss! Kalian lihat tadi ada seorang wanita muda terus tertawa di hadapan brondong kita ‘kan?” cetus Maya mulai memprovokasi.

“Iya, siapa mereka itu, ya?” sambung janda lainnya.

“Tapi, kalau ku lihat-lihat sepertinya teman-teman brondong kita terlihat tidak terlalu kampungan. Mereka juga sepertinya baru saja pulang dari camping.”

“Kalian lihat tadi yang gemuk. Aduh…aduh, jika aku bisa tidur dengannya, mungkin seumur hidupku tidak akan pernah membeli kasur,” sambung Rihana terpikat dengan Randy.

“Yang gemuk itu memang empuk, tapi terkadang lonceng mereka selalu bersembunyi,” sambung Maya membuat Rihana tersinggung.

“Sirik aja kau janda!” cetus Rihana menatap Maya suram.

“Aku nggak sirik. Aku hanya ingin memperingatkan kamu aja jika lonceng orang gemuk itu sering bersembunyi!” jelas Maya tidak mau kalah.

“Siapa bilang? Jika dia menikah samaku, maka akan ku bawa ia pergi ke tempat Mak erot. Di tarek-tarek sedikit aja uda panjang laginya itu!” sahut Rihana.

“Idih, masa kau rela lonceng pasanganmu di tarek sama nenek-nenek. Kalau aku punya pasangan, mending aku yang tarek sendiri biar bunyinya dahsyat saat bertemu!” protes Maya tak ingin diam.

Perdebatan Rihana dan Maya membuat para janda di sana hanya bisa menatap mereka berdua. Ada juga sedang mengipas-ngipas baju seragam kerjanya karena merasa gerah. 3 orang janda lainnya malah memanggil abang bakso kojek baru saja melintas di depan mereka. Para janda-janda lainnya malah memilih untuk menonton perdebatan Maya dan Rihana.

Mendengar perdebatan cukup hebat sampai terdengar ke rumah Putra. Putra pun keluar, mencoba mendekati kumpulan janda.

“Maaf, kenapa dengan ibu-ibu di sini, ya?” tanya Putra berdiri di samping Maya.

“Eh, begini. Kamu pasti lelah sehabis pulang bekerja. Dan…” Maya melirik ke rumah Putra, “Aku lihat kamu ada tamu. Boleh tidak aku bantuin kamu untuk menyajikan makanan, siapa tahu kamu repot menyajikannya sendiri,” lanjut Maya mengalihkan pembicaraan ke arah lainnya.

“Tidah perlu repot-repot. Kami semua sudah terbiasa menyajikan makanan tersendiri. Kalau memang tidak ada masalah, aku balik masuk dulu,” tolak Putra sambil pamitan.

Maya, Rihana, dan 9 janda lainnya saling menyikut, alis dan bibir mereka saling bergerak seolah memberi isyarat.

.

.

Bersambung

Terpopuler

Comments

~~N..M~~~

~~N..M~~~

mulai deh

2023-06-16

0

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂

bech... tambah ngelantur tuh para janda 😆😆

2023-04-07

0

lihat semua
Episodes
1 01. Perdebatan Para Janda
2 02. Perdebatan Bapak-bapak
3 03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4 04. Minta Foto
5 05. Makan Bersama Para Wanita
6 06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7 Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8 Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9 09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10 10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11 11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12 12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13 13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14 14. Ciuman Perpisahan Kita
15 15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16 16. 80% Janji, 20% Hasrat
17 17. Merencanakan Untuk Sakit
18 18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19 19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20 20. GAGAL BERDUAAN
21 21. Hasutan Maya
22 22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23 23. Ada Semut di Bibir
24 24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25 25. Darwin datang Untuk melamar
26 26. Kalung Emas Untuk Imelda
27 27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28 28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29 29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30 30. Pilihlah
31 31. Para wanita menangis
32 32. Tak perlu bersedih
33 33. GALAU
34 34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35 35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36 36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37 37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38 38. Putra Menghentikan Ciuman
39 39.
40 40. Mami nggak Marah, kan?
41 41. Kehebohan Maya dan Rihana
42 42. Mengatur
43 43. Bingung Melihat sikap wanita
44 44. Linda Janda Bohay
45 45.
46 46.
47 47. MELAMARMU
48 48. Apa kamu puas?
49 49. Janda Baru
50 50. Kedua orang Asing
51 51. Di tengah-tengah Kemesraan
52 52. Pelaku Misterius dan Siti
53 53. Di Buntuti
54 54. Tak Tahan Di tindas
55 55. Ternyata Mimi
56 56. Dynamic
57 57. Sandera Bohongan
58 58. Sepucuk Surat Dari Doni
59 59. Tertangkap
60 60.
Episodes

Updated 60 Episodes

1
01. Perdebatan Para Janda
2
02. Perdebatan Bapak-bapak
3
03. Sorakan Wanita Setengah Tua
4
04. Minta Foto
5
05. Makan Bersama Para Wanita
6
06. Hanya Melirik Jempol Kaki
7
Bab 07. Begitu Segarnya Mata Ini
8
Bab 08. BERSELISIH KARENA LONCENG
9
09. 9 Janda menjajah Rumah Putra
10
10. Maaf ya, Aku nggak suka yang Sempit
11
11. Lelaki Lain di Rumah Imelda
12
12. MAK LAMPIR MENGAMUK
13
13. Ini Namanya Bukan Film 18±
14
14. Ciuman Perpisahan Kita
15
15. AKU INGIN MENONTON SIARAN LANGSUNG
16
16. 80% Janji, 20% Hasrat
17
17. Merencanakan Untuk Sakit
18
18. Imelda sakit Pasti mengandung Anak Dari pria hidung Belang!
19
19. Pikiran Anak dan Papa Sama Ajah!
20
20. GAGAL BERDUAAN
21
21. Hasutan Maya
22
22. Aku Lelah! Mau tidak jadi Pacarku
23
23. Ada Semut di Bibir
24
24. Buka Celana Demi Membuktikan Cintaku
25
25. Darwin datang Untuk melamar
26
26. Kalung Emas Untuk Imelda
27
27. Aku Sudah Dijodohkan dengan Putra!
28
28. Perjodohan itu sebenarnya tidak ada
29
29. Aku ingin keluar dari Perusahaan kamu
30
30. Pilihlah
31
31. Para wanita menangis
32
32. Tak perlu bersedih
33
33. GALAU
34
34. Kau tidak akan bisa menggapai ku
35
35. Kedua Kaki Lemas, Hati Terasa Sakit
36
36. Apa yang Akan Kalian Lakukan Tante?!
37
37. 4 tahun berlalu (Apa itu anak kamu?)
38
38. Putra Menghentikan Ciuman
39
39.
40
40. Mami nggak Marah, kan?
41
41. Kehebohan Maya dan Rihana
42
42. Mengatur
43
43. Bingung Melihat sikap wanita
44
44. Linda Janda Bohay
45
45.
46
46.
47
47. MELAMARMU
48
48. Apa kamu puas?
49
49. Janda Baru
50
50. Kedua orang Asing
51
51. Di tengah-tengah Kemesraan
52
52. Pelaku Misterius dan Siti
53
53. Di Buntuti
54
54. Tak Tahan Di tindas
55
55. Ternyata Mimi
56
56. Dynamic
57
57. Sandera Bohongan
58
58. Sepucuk Surat Dari Doni
59
59. Tertangkap
60
60.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!