Pria memakai baju piyama berdiri di teras rumah, memandang Putra dan keempat temannya.
“Siapa Mel?” tanya pria itu.
“Ini Putra, dia adalah…” penjelasan Imelda terhenti saat Putra mengeluarkan suaranya.
“Sepertinya kedatangan kami tidak tepat,” membungkuk, “Kami pamit dulu,” lanjut Putra berpamitan ke Imelda.
Imelda hanya mengangguk, menatap kepergian Putra dan keempat temannya keluar dari pagar rumah Imelda.
“Kenapa dengan Putra, ya?” gumam Imelda bertanya sendiri.
Pria itu menuruni anak tangga teras rumah, dan berdiri di samping Imelda.
“Kamu berteman dengan bocah?” tanya pria itu, Darwin.
“Diamlah, lagian kenapa kamu pakek keluar segala sih!” ketus Imelda tak suka. Kedua kakinya mulai melangkah masuk ke dalam rumah diikuti Darwin.
“Tentu saja aku ingin melihat tamu mana yang datang sepagi ini ke rumah kamu,” menyikut lengan Imelda saat langkah mereka seirama, “Apa pria muda itu gebetan baru kamu?” lanjut Darwin bergurau.
“Kepo!” cetus Imelda mempercepat langkah kakinya.
Segaris senyum nakal tercetak di wajah Darwin saat menatap punggung Imelda sudah berada jauh di depannya.
Darwin Surya, atau sapaan Darwin adalah sepupu jauh dari mendiang Papa Imelda. Darwin baru saja pulang dari salah satu tempat wisata di kota Medan. Mengingat masih memiliki saudara di kota Medan, Darwin memutuskan untuk singgah sebentar ke rumah Imelda, sekaligus lepas rindu sama sepupu jauhnya itu.
Sementara itu di rumah kontrakan milik Putra. Putra, Joni, Lila, Randy, dan Fuji duduk di sofa ruang tamu. Randy, Lila, dan Randy saling sikut saat melihat wajah cemburu tersirat di wajah garang Putra.
“Sepertinya mereka akan ribut besar besok?” bisik Joni menyimpulkan.
“Iya, akan ada peperangan besar di tempat kerja besok,” sambung Lila ikutan berbisik.
“Dan sudah pasti tidak ada colokan gratis untuk penambah daya,” sambung Randy dengan pikiran salahnya.
Fuji berada di sebelah mereka langsung melirik tajam, membuat Randy, Joni dan Lila terdiam. Fuji kembali mengalihkan pandangannya ke arah Putra masih dengan mode datar setengah kusut.
Dari kemarin hanya membahas Putra itu adalah anak tajir melintir di Desa. Nah, Author ingin kasih tahu sedikit tentang Putra.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
💫POV AUTHOR 💫
3 bulan sebelum kedua orang tua Putra meninggal dunia karena pembuluh darah pecah.
Di desa tempat mereka tinggal Putra adalah seorang anak dari pasangan suami-istri tuan tanah, dan persawahan. Kekayaan kedua orang tua Putra saat itu bisa terbilang cukup besar dari orang-orang kaya lainnya di Desa.
Meski Putra terlahir dari orang berada, kedua orang tua Putra tidak pernah membenarkan dan memberi contoh untuk bersikap sombong atau memamerkan kekayaan mereka kepada orang lain.
3 bulan sebelum meninggalkannya kedua orang tua Putra.
Di bulan pertama. Kedua orang tua Putra mendadak mendapat serangan jantung, tapi masih bisa di tangani.
Di bulan kedua, kedua orang tua Putra mendadak terkena struk dan harus terapi rutin di rumah sakit, dengan biaya cukup besar membuat Putra perlahan-lahan menjual kekayaan milik kedua orang tuanya.
Di bulan ketiga, hasil gagal panen di sawah milik kedua orang tuannya gagal total, membuat kerugian besar menyerang perkonomian mereka. Kekayaan di miliki kedua orang tua Putra lambat laun habis untuk makan, dan mulai menanam bibit baru di sawah seluas 50 hektar.
Lagi dan lagi, seolah nasib baik tidak menyertai mereka. Bibit baru di tanam menjadi hancur karena sebuah wabah menyerang Desa mereka.
Hal itu membuat mendiang kedua orang tua Putra semakin drop. Tubuh seharusnya bisa kembali bergerak, kini kembali kaku. Hutang menumpuk kepada rentenir Desa, membuat rentenir setiap hari menagih ke rumah membuat pikiran mendiang kedua orang Putra semakin berat, hingga suatu hari pembuluh darah di otak pecah, menyebabkan kedua orang tuanya meninggal dengan bersamaan.
Kehilangan segalanya, bahkan ada beberapa warga Desa menghina dirinya, membuat Putra berubah menjadi dingin, lebih pendiam, dan cuek kepada siapapun. Setelah terpuruk, dan terjatuh hingga lebur bagai abu, membuat Putra bisa memandang jelas bagaimana cara manusia menilai, dan memandang rendah dirinya.
Tidak ingin terlalu larut dalam hinaan dan tuduhan palsu menganggap almarhum orang tua Putra adalah penganut ilmu hitam. Putra fokus belajar karena saat itu ia sedang menjalani ujian akhir sekolah.
1 bulan setelah kedua orang tua Putra meninggal, Putra lulus dengan nilai cukup memuaskan. 2 bulan kemudian, ijazah juga sudah berada di tangannya.
Bingung harus membayar hutang, dengan berat hati Putra memutuskan untuk menjual rumah mendiang kedua orang tuanya untuk melunasi hutang-hutang ke rentenir.
Rumah dengan ukuran 1000x2000 meter itu di jual sedikit murah dari harga pasaran, sehingga banyak orang berminat untuk membelinya. Setelah laku, Putra segera melunasi hutang almarhum kedua orang tuanya, dan memilih untuk hidup di kota, mencari kehidupan baru.
POV END
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Randy melambaikan tangannya ke hadapan Putra.
“Put, Putra. Apakah nyawa kamu masih berada di dalam jasad ini?” gurau Randy, Lila dan Joni tertawa pelan.
Putra melirik tajam. “Mungkin hampir hilang,” sahut Putra.
“Apa kamu benar menyukai janda itu?” tanya Joni penasaran.
“Entahlah, aku sendiri tidak tahu gimana perasaanku kepada seorang wanita,” sahut Putra membuat Randy, Lila, dan Joni kesal.
“Ku rasa hanya kaulah pria bodoh yang ada di muka bumi ini,” cetus Joni geram mendengar jawaban Putra.
“Kalian benar,” sahut Putra pasrah.
Fuji menggeram, ia beranjak dari duduknya mendekati sofa tempat Putra duduk. Tangan mungil itu mencengkram kerah baju kemeja bagian depan Putra, menatap Putra dengan tatapan suram.
“Bodoh! Bagaimana mungkin kamu tidak tahu tentang perasaanmu sendiri. Apa di hatimu ini tidak memiliki rasa cemburu, perhatian, dan ingin memiliki rasa lainnya kepada lawan jenis?!” tanya Fuji meninggikan nada suaranya, membuat Randy, Lila, dan Joni saling berpelukan.
“Mak lampir mulai mengamuk,” bisik Randy diangguki Lila dan Joni.
Dengan santai Putra menjawab. “Itu urusanku, bukan urusanmu.”
Bam!
Kepalan tinju mendarat di pelipis Putra, membuat pelipis itu membiru dan bengkak.
“Duh, sakit juga ternyata,” gumam Putra datar, tangannya mengelus pelipisnya.
Randy, Lila, dan Joni semakin takut, mereka berpelukan sangat erat seolah tidak ingin di pisahkan.
“Mak lampir memulai serangannya. Gimana caranya agar kita bisa kabur,” bisik Lila ketakutan.
Fuji mendengar hujatan dari ketiganya langsung melirik, melangkah mendekati Lila, Randy dan Joni. Kini wajah suram itu memandang satu persatu wajah ketiga temannya semakin takut.
“Kalian tadi bilang apa?” tanya Fuji dengan suara horornya.
“Ti-tidak, ka-kami tidak ikut campur mengenai urusan kalian berdua!” sahut Lila ketakutan.
Fuji terdiam, ia berbalik badan. Setelah merasa lega memberi serangan ke Putra. Fuji kembali ke tempat duduknya, menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.
“Uhh! Ternyata puas juga setelah mengeluarkan uneg-uneg di dalam hati,” hela Fuji terlihat lega.
Randy, Lila, dan Joni semakin bergidik ngeri melihatnya.
“Te-ternyata Mak lampir ini hanya ingin meluapkan kekesalannya ke Putra. Wah! Bisa gawat kita jika sewaktu-waktu kegilaannya keluar,” bisik Lila, Randy dan Joni hanya menatap wajah tenang Fuji.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂
berarti, diam' putra sudah memiliki rasa pada seorang janda 😆✌️
2023-04-12
0
꧁☠︎𝕱𝖗𝖊𝖊$9𝖕𝖊𝖓𝖉𝖔𝖘𝖆²꧂
miris juga kisah kehidupan putra 😢
2023-04-12
0
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Kyk Putra suka ama Imelda deh
Ry Benci Pakpol mampir
2023-04-09
0