BAB 17 Ciuman Pertama

Di dalam lift, Disra hanya bisa menahan sakit perutnya.

"Apa sangat sakit? Perlu kita ke rumah saki?" tanya Melvin.

"Tidak apa. Aku bisa menahannya," ucap Disra. Tak menyangka nyeri haid hadir secara tiba-tiba.

Melvin menekan tombol password apartemennya. Mereka masuk ke dalam apartemen.

Disra mengedarkan pandangan di apartemen Melvin. Cukup mewah untuk ukuran golongan sepertinya. Meskipun tak banyak warna dan hanya didominasi warna silver. Namun, termasuk nyaman dihuni.

"Di mana toiletnya?" tanya Disra.

"Di sebelah sana," tunjuk Melvin pada pintu kamar mandi.

"Boleh saya minta pembalutnya?" tanya Disra malu-malu. Pria yang tak akrab padanya. Namun, bersedia membelikan sesuatu yang sangat sensitive bagi wanita.

Melvin mengeluarkan pembalut dari kantong plastik. Dia mengeluarkan dua jenis pembalut. Berwarna biru dan berwarna hijau. "Biasa pakai yang mana? Ini yang ada sensasi dingin, kalau yang ini herbal," ujar Melvin mengangkat bergantian pembalut yang diterangkan. Biru sensasi dingin dan hijau yang herbal.

"Yang mana saja," ucap Disra mengerutkan dahinya.

"Yang 30 cm atau yang 26 cm?" tanya Melvin lagi. "Tadi, aku juga beli yang 35 cm," tambahnya.

Disra tak tahan dengan ocehan Melvin. Dia merampas secara asal pembalut yang ada di tangan Melvin. Lalu beranjak pergi ke toilet.

"Tunggu!" seru Melvin.

"Ada apa?" tanya Disra menghentikan langkahnya dan menoleh kepada Melvin.

"Tunggu dulu," ujar Melvin lagi. Dia masuk ke dalam kamar. Secepat kilat kembali dengan membawa celana training panjang. "Kau pasti membutuhkan ini." Melvin menyodorkan celana training tersebut.

Disra sedikit terharu. Dia mengambil celana training tersebut. "Terima kasih," ucapnya tulus. Dia berjalan menuju toilet.

"Tunggu," ucap Melvin.

Disra menghentikan langkahnya. Dia berbalik menghadap Melvin dengan wajah masam.

Mau ke toilet saja susah amat!

Disra hanya bisa menggerutu dalam hati. "Ada apa lagi?" tanyanya.

Melvin mengambil sesuatu di dalam kantong belanja. "Kau pasti butuh ini, aku beli di mini market. Aku harap ukurannya pas," terang Melvin tanpa rasa malu.

Wajah Disra berubah merah. Bagaimana bisa, pria itu menyodorkan panties begitu santai sedangkan dirinya sedang menahan malu. Disra langsung mengambil panties dari tangan Melvin. "Terima kasih," ujarnya seraya berlari masuk ke kamar mandi.

"Handuk sudah tersedia di dalam kamar mandi!" ujar Melvin sedikit berteriak.

Disra semakin cepat menuju kamar mandi. Perutnya yang sakit datang bulan ditambah dengan rasa malu membuat dirinya ingin menghilang dari dunia ini.

Disra langsung mengunci kamar mandi dan mulai menyelesaikan segala urusan wanita. Panties yang diberikan oleh Melvin sangat sesuai dengan tubuhnya.

"Bagaimana dia bisa tahu ukuranku," gumam Disra.

Dia langsung mencuci panties yang ternoda, tidak lupa mencuci celana panjang cream dan blazer milik Melvin.

Setelah selesai, dia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan celana training. Melvin sedikit tertawa ringan melihat Disra yang menggunakan kemeja dengan bawahan celana training.

"Boleh aku minta kantung plastik?" pinta Disra.

"Boleh," jawab Melvin. Dia beralih ke dapur dan mengambilkan kantong plastik untuk Disra.

Disra masuk ke dalam kamar mandi dan memasukan panties, celana panjang dan juga blazer milik Melvin.

"Apa itu?" tanya Melvin melihat Disra membawa kantung yang terlihat berat.

"Aku harus membawa pakaianku dan boleh aku bawa blazermu pulang?" izin Disra.

"Kau suka blazernya? Itu model pria," terang Melvin.

Disra mengangkat tangannya dan melambai menandakan dirinya menyangkal tuduhan Melvin menyukai blazer nya. "Bukan itu, blazermu ternoda. Jadi, aku mau bawa pulang untuk dibersihkan," jelas Disra. Meskipun dia sudah mencuci bagian yang sedikit ternoda. Namun, dia masih ada niat baik untuk mencuci secara menyeluruh blazer tersebut.

"Tidak perlu dibersihkan, tidak perlu repot-repot dicuci," terang Melvin.

"Aku harus bertanggungjawab, blazer mu kotor karena diriku," ujar Disra. "Setelah di cuci, baru aku kembalikan padamu. Begitupula dengan celana training ini," tunjuk Disra pada celana training.

"Tidak perlu, tinggal buang saja," ucap Melvin. Dia tak ingin Disra lelah mencuci. Lebih baik dibuang dari pada harus membuat gadis yang disukainya lelah mencuci pakaiannya.

Disra mengernyitkan dahinya. "Maaf, aku mengotori pakaianmu. Aku tahu kau pasti jijik menggunakan blazer bekas pakai orang lain meskipun sudah dicuci," terang Disra menundukkan kepala.

"Bukan seperti itu maksudku. Maksudku adalah ...."

"Aku pamit pulang!" potong Disra berjalan menuju pintu keluar.

Melvin mengejar Disra. "Dis, kamu salah sangka. Bukan maksudku seperti itu. Aku hanya tak ingin kamu direpotkan dengan mencuci pakaian. Itu saja."

"Ini hanya satu potong blazer dan celana training, dan kau bilang aku lelah mencucinya. Bukankah itu hanya merupakan suatu alasan?"

"Tidak! Kau benar-benar salah paham maksudku," terang Melvin.

"Terserah apa yang kau katakan. Aku tetap dengan pemikiranku sendiri."

"Aku tidak pernah jijik padamu!" teriak Melvin.

Disra menoleh sekilas. Setelah itu dia memegang handle pintu berniat keluar dari apartemen Melvin.

Bruk! Melvin mendorong pintu hingga tertutup. Disra terkejut akan sikap Melvin. Dia menatap nanar pria itu.

"Aku tidak pernah merasa jijik padamu. Bagaimana aku jijik padamu. Jika, aku menyukaimu," ucap Melvin tegas.

Disra hanya terpaku, tak tahu harus berbuat apa. Dalam kebingungan, wajahnya ditangkup oleh Melvin. Tanpa aba-aba, Melvin langsung mencium Disra dengan lantang.

Disra melebarkan matanya saat merasakan bibirnya menempel sempurna dengan dosennya. Dia hanya diam ditempat, merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Sedetik kemudian, dia mendorong Melvin. "Apa yang kau lakukan?" tanya Disra meninggikan suaranya.

"Sudah kukatakan aku tidak pernah jijik padamu," jelas Melvin.

"Tapi tidak perlu menciumku, Brengs*k!" teriak Disra.

Disra tak habis pikir dengan pria di depannya. Untuk membuktikan tidak jijik, pria itu menciumnya. Disra membuka pintu dan berlari keluar apartemen Melvin.

Melvin terus mengejar Disra. "Disra, tunggu. Aku benar-benar menyukaimu," celoteh Melvin.

Disra berhenti dan menatap tajam. "Lalu, apa urusanku dengan kau menyukaiku? Apa karena kau menyukai lantas dengan seenaknya melecehkanku?"

Melvin melebarkan matanya. Wanita di depannya salah pengertian. "Dis, kau salah sangka. Aku tidak bermaksud melecehkan mu. Itu karena ....'"

Ucapan lantang Melvin di depan kelas tidak berguna saat berhadapan dengan Disra saat ini. Dia bingung menjelaskan pada wanita di depannya bahwa itu hanya bentuk proyeksi dari rasa sayangnya.

"Apa namanya mencium seorang gadis tanpa izin? Kau bahkan bukan kekasihku!" hardik Disra.

Disra terus berjalan hingga masuk ke dalam lift. Melvin hendak masuk ke dalam lift.

"Stop!" Disra mengangkat tangannya sebelah, menggeleng kepalanya. Memberi tatapan tajam pada Melvin agar pria itu tidak masuk dalam lift.

Melvin berdiri di depan lift dengan pandangan tak lepas dari gadis di dalam lift. Pintu lift mulai tertutup. Tinggal 20 cm lift tertutup, Melvin menggumamkan nama gadis itu. "Disra," lirihnya. Kemudian, lift tertutup sempurna.

"Aku pastikan memiliki hak sepenuhnya atas dirimu," gumam Melvin.

Terpopuler

Comments

Ray Siddiq

Ray Siddiq

kurang ajar bener pak Dosen cabul, main sosor aja kayak soang 🤣🤣🤣🤣🤣

2025-03-21

1

jen

jen

main sosor anak gadis orang /Facepalm/

2025-03-03

2

Lilis N Andini

Lilis N Andini

makasih up nya ...semangat thor🌷🌷

2023-04-09

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Magic Word Tak Berguna
2 BAB 2 Kerja Kuliah
3 BAB 3 Tamat Riwayatmu! Miss Call Angel!
4 BAB 4 Surat Pembaca
5 BAB 5 Dasar Kecoa Bunting! Babi Busuk! Cowok Brengsek!
6 BAB 6 Tanggung Jawab
7 BAB 7 Babi
8 BAB 8 Interview
9 BAB 9 Sekali Interview
10 BAB 10 Hari Pertama Kerja
11 BAB 11 Hidung Minimalis
12 BAB 12 Keganjenan
13 BAB 13 Enkripsi
14 BAB 14 Bebek Jontor
15 BAB 15 All You Can Eat
16 BAB 16 Tembus
17 BAB 17 Ciuman Pertama
18 BAB 18 Sah!
19 BAB 19 Mimpi
20 BAB 20 Ciuman Kedua
21 BAB 21 Cinta Ditolak, Dukun Bertindak!
22 BAB 22 1 Tahun Pacaran
23 BAB 23 Beauty and The Beast
24 BAB 24 Syntax Error
25 BAB 25 Dinas
26 BAB 26 Thailand
27 BAB 27 Bos Besar
28 BAB 28 Jenius
29 BAB 29 Trust
30 BAB 30 Transphobia
31 BAB 31 Makan Malam
32 BAB 32 Jam Tangan
33 BAB 33 Couple Sweater
34 BAB 34 Aturan Persahabatan
35 BAB 35 Pattaya
36 BAB 36 Satu Ranjang
37 BAB 37 Panggilan Telepon
38 BAB 38 Mineral Water
39 BAB 39 E-Commerce
40 BAB 40 Klakson
41 BAB 41 Di bawah pohon mangga
42 BAB 42 Penculikan
43 BAB 43 Room 19
44 BAB 44 Battle Dance
45 BAB 45 Makam
46 BAB 46 Kepergok
47 BAB 47 Tanggung Jawab
48 BAB 48 Persiapan Pernikahan
49 BAB 49 Bawa istrimu pergi
50 BAB 50 Malam Pertama
51 BAB 51 Tragedi Malam Pertama
52 BAB 52 Kabur
53 BAB 53 ASET
54 BAB 54 Bertaubat Bersama
55 BAB 55 Pesugihan
56 BAB 56 Mulutmu Harimaumu
57 BAB 57 Rendah Diri
58 BAB 58 Keistimewaan Hidung Minimalis
59 BAB 59 Video
60 BAB 60 Antara Marah dan Panggilan Alam
61 BAB 61 Persahabatan
62 BAB 62 Publikasi
63 BAB 63 Sistem Pakar
64 BAB 64 Hamil
65 BAB 65 Menuju Pernikahan
66 BAB 66 End
67 Terima Kasih
68 Promo Novel
69 April's Voice
70 Lucid Dream
Episodes

Updated 70 Episodes

1
BAB 1 Magic Word Tak Berguna
2
BAB 2 Kerja Kuliah
3
BAB 3 Tamat Riwayatmu! Miss Call Angel!
4
BAB 4 Surat Pembaca
5
BAB 5 Dasar Kecoa Bunting! Babi Busuk! Cowok Brengsek!
6
BAB 6 Tanggung Jawab
7
BAB 7 Babi
8
BAB 8 Interview
9
BAB 9 Sekali Interview
10
BAB 10 Hari Pertama Kerja
11
BAB 11 Hidung Minimalis
12
BAB 12 Keganjenan
13
BAB 13 Enkripsi
14
BAB 14 Bebek Jontor
15
BAB 15 All You Can Eat
16
BAB 16 Tembus
17
BAB 17 Ciuman Pertama
18
BAB 18 Sah!
19
BAB 19 Mimpi
20
BAB 20 Ciuman Kedua
21
BAB 21 Cinta Ditolak, Dukun Bertindak!
22
BAB 22 1 Tahun Pacaran
23
BAB 23 Beauty and The Beast
24
BAB 24 Syntax Error
25
BAB 25 Dinas
26
BAB 26 Thailand
27
BAB 27 Bos Besar
28
BAB 28 Jenius
29
BAB 29 Trust
30
BAB 30 Transphobia
31
BAB 31 Makan Malam
32
BAB 32 Jam Tangan
33
BAB 33 Couple Sweater
34
BAB 34 Aturan Persahabatan
35
BAB 35 Pattaya
36
BAB 36 Satu Ranjang
37
BAB 37 Panggilan Telepon
38
BAB 38 Mineral Water
39
BAB 39 E-Commerce
40
BAB 40 Klakson
41
BAB 41 Di bawah pohon mangga
42
BAB 42 Penculikan
43
BAB 43 Room 19
44
BAB 44 Battle Dance
45
BAB 45 Makam
46
BAB 46 Kepergok
47
BAB 47 Tanggung Jawab
48
BAB 48 Persiapan Pernikahan
49
BAB 49 Bawa istrimu pergi
50
BAB 50 Malam Pertama
51
BAB 51 Tragedi Malam Pertama
52
BAB 52 Kabur
53
BAB 53 ASET
54
BAB 54 Bertaubat Bersama
55
BAB 55 Pesugihan
56
BAB 56 Mulutmu Harimaumu
57
BAB 57 Rendah Diri
58
BAB 58 Keistimewaan Hidung Minimalis
59
BAB 59 Video
60
BAB 60 Antara Marah dan Panggilan Alam
61
BAB 61 Persahabatan
62
BAB 62 Publikasi
63
BAB 63 Sistem Pakar
64
BAB 64 Hamil
65
BAB 65 Menuju Pernikahan
66
BAB 66 End
67
Terima Kasih
68
Promo Novel
69
April's Voice
70
Lucid Dream

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!